Sumber : Instagram Nine Square (HII)

Beberapa tahun belakangan, produk yang mengusung konsep produksi berbahan lokal dan alami tengah digandrungi beberapa segmen pasar Indonesia. Terutama untuk mereka yang berasal dari kalangan menengah ke atas. Bahan-bahan alam yang diolah secara tradisional menampilkan kesan mewah saat dibawa dengan konsep modern dan ditempatkan secara lebih kasual. Salah satu contohnya adalah anyaman rotan yang tadinya mayoritas diproduksi untuk furnitur dan barang rumah tangga, saat ini juga diolah menjadi tas punggung dan tas jinjing dengan desain modern.

Tren ini sekaligus menciptakan ruang bisnis yang lebih luas untuk para pengrajin anyaman lokal di Indonesia. Tak hanya rotan, tanaman eceng gondok, kulit dan batang pisang, serta tanaman lamun (seagrass) kini juga dimanfaatkan sebagai bahan dasar anyaman. Popularitas barang-barang ini pun semakin naik, bahkan hingga merambah pasar ekspor di luar negeri. Salah satu yang berhasil mencapainya adalah PT. Homeware Internasional Indonesia yang sudah menjadi supplier kerajinan budaya lokal untuk brand-brand ternama di Eropa. Bagaimana cara mereka mengembangkan bisnis dengan konsep sustainable product? Dan apa saja yang harus disiapkan jika ingin memulai bisnis di ranah ini? Simak Cerita Inspirasinya di artikel ini.

Menekankan Nilai Unik Untuk Menggaet Pasar Eropa

Rumondang Agnesia Doloksaribu, General Manager PT. Homeware Internasional Indonesia, bercerita bahwa perusahaan yang berkecimpung di bidang manufaktur sustainable product tersebut mulai berbisnis di tahun 1998. Pabrik pertama mereka dibuka di Curug, Tangerang, tempat perusahaan ini pertama kali merintis manufaktur anyaman lokal. Saat itu, geliat kerajinan tangan yang merupakan budaya lokal hampir tidak terdengar di Indonesia. Namun, perusahaan mereka berhasil memasarkannya di luar negeri, bekerjasama dengan beragam retailer besar di Amerika Serikat dan Eropa. Di tahun 2004, mereka melakukan restrukturisasi perusahaan, dan menjadi PT. Homeware International Indonesia (HII). Sejak saat itu, mereka secara konstan menjadi supplier untuk lebih banyak brand internasional dan memantapkan pasar ekspor mereka.

Baca Juga: Kanagoods, Melangkah Dengan Produk Fashion Berkelanjutan

Menurut Agnes, keotentikan, nilai unik, dan kualitas produk adalah hal paling penting bagi HII. Ditambah lagi, bermodal pengalaman matang, perusahaan ini juga mampu memprediksi selera pelanggan di masing-masing brand atau retail yang membeli barang dari mereka. Sebelum menawarkan proposal, manajemen HII biasanya akan mencari tahu lebih dulu model-model produk brand luar negeri, lewat website atau media sosial, sebelum kemudian membuat prototipe atau desain yang diajukan. Hal ini tentu agar produk yang ditawarkan selaras dengan gaya khas dari masing-masing brand. Prinsip Sustainability ability juga merupakan salah satu karakteristik produk mereka. Artinya, material yang digunakan bisa didaur ulang, produksi yang dijalankan juga menerapkan efisiensi energi, serta mendukung social compliance dan sustainable livelihoods.

Saat ini, pasar paling besar ada di Amerika dan Eropa yang memiliki banyak toko furniture dan homegoods. Berjualan dan berpromosi juga dijalankan HII dengan mengikuti beragam pameran. Mulai dari pameran Ambiente di Frankfurt (Jerman), pameran IFEX di Jakarta, hingga pameran KOFURN di Seoul (Korea Selatan).

“Kami juga memiliki misi untuk menjadi one-stop destination dari beragam kategori produk kerajinan,” ujar Agnes. Seiring berkembangnya perusahaan, HII juga membuka pabrik dan showroom di Yogyakarta dan Cirebon. Masing-masing pabrik memiliki fokus kerajinannya masing-masing. Di Yogyakarta produksi utama adalah natural fiber eceng gondok dan tanaman lamun (seagrass), serta pahatan batu, kerajinan kayu, dan keramik. Sedangkan di Cirebon, lebih mengutamakan produksi furniture kayu dan rotan. Di semua pabrik ini, pemborong dan pelanggan bisa melihat barang dan menentukan pilihan dengan lebih nyaman.

Baca Juga : Unique Selling Proposition

Mengolah Bahan Alami Menjadi Produk Siap Ekspor

Saat ini, rotan termasuk bahan kerajinan yang tengah naik daun. Pengolahannya saat ini sangat luas, mulai dari bentuk kontainer, rak, lemari, keranjang laundri, hingga tas jinjing. Semua produk tersebut dibuat oleh para pengrajin yang berperan sebagai supplier secara bertahap dan HII sudah memiliki standar pabrikannya. Di akhir produksi, tim Quality Control (QC) akan melakukan pengecekan kualitas. “Karena untuk manufaktur besar, semua harus sesuai dan seragam, mulai dari tinggi, lebar, warna, dan bahan,” tutur Agnes. Saat bahan datang, tim QC akan mengecek kualitas dan ukurannya. Mereka juga akan mengecek apakah barang yang dikirim oleh pengrajin supplier sesuai dengan barang yang disetujui oleh pemborong.

Tidak hanya produk kerajinan konvensional seperti furnitur, HII juga memproduksi pot tanaman dan jam dinding. Tak ketinggalan, mereka juga melayani pembuatan facade dan interior rumah yang dianyam dengan mengambil tema kearifan lokal. Selain rotan, HII juga mengolah anyaman dari bahan eceng gondok dan tanaman lamun yang tumbuh subur di perairan Indonesia. Sama dengan bahan rotan, kedua bahan inipun bisa diolah menjadi homegoods, dekorasi rumah, tas, dan keranjang. Dalam proses produksi, kualitas harus menjadi perhatian. Barang-barang rotan dan anyaman lain misalnya, harus dipastikan benar-benar kering dari pabrik sesuai standar yang ditentukan. Jika tidak kering, bisa –bisa berjamur. HII juga ruangan dehumidifier untuk memastikan tidak ada kutu atau hama lainnya. Sementara untuk kerajinan marmer, mereka mengambil bahan baku dari Tulungagung.

Sumber : Instagram Nine Square (SII)

Pelayanan yang ditawarkan HII kepada pelanggan dan pemborong besar sangat komplit. Mulai dari Pengembangan dan desain produk, perolehan bahan, produksi dan manufaktur barang, hingga quality control, pengemasan, hingga pengiriman barang. Tidak jarang, mereka juga harus bisa memenuhi tuntutan desain dan keinginan pelanggan. ”Biasanya, pemborong besar seperti IKEA akan memberikan brief pada kita, agar disesuaikan dengan koleksi atau tema yang mereka usung. Diberitahu pula tren warna atau tren bentuk tahun depan,” Agnes menjelaskan. Berdasarkan brief berupa desain dan foto yang diberikan inilah, nantinya HII akan membuat furnitur yang dipesan. Baik dalam bentuk masih berupa maket maupun prototipe. Jika ada revisi dari pemborong, HII akan mengerjakannya sesuai tim. Standar yang berlaku, umumnya produk sudah harus siap setidaknya setengah tahun sebelum jadwal launching dari pemborong.

Baca Juga: 10 Wirausaha Inovatif yang Ramah Lingkungan

HII juga berkomitmen untuk meningkatkan kualitas dan desain produk dengan inovasi-inovasi baru. Misalnya saja, menghasilkan kombinasi eceng gondok dengan rotan, atau kombinasi rotan dengan kayu, atau bambu dengan kayu. Kita terus berkembang. Warna pun juga terus mengikuti tren dan perkembangan zaman. Demi perkembangan yang dimaksud, HII juga terus memperluas fasilitas produksi.

Mengedepankan Standar Kerja, Kelayakan SDM, dan Kualitas Produk

Demi kualitas produk yang baik, HII selalu mengutamakan kesejahteraan para pekerja dan supplier mereka. Prinsipnya, jangan sampai ada upah yang tidak dibayar atau ada produk yang ditawar dengan harga terlalu rendah. HII juga berkomitmen dalam pemenuhan hak-hak pekerja. Karyawan akan dilatih melalui program training, mulai dari bagaimana memakai meteran, memastikan ukuran dengan cermat, memakai sigmat, dan hal-hal lainnya. Pabrik Homeware Internasional Indonesia di Yogyakarta pernah mendapat penghargaan dari Kementerian Kketenagakerjaan karena dedikasinya dalam memperhatikan keselamatan dan hak-hak kerja pegawai.

Sementara untuk supplier, Agnes menyatakan bahwa yang paling penting baginya adalah lokasi produksi yang jelas, lalu produknya sesuai dan harganya. “Beberapa kita kategorikan, misalnya supplier tersebut akan dipakai untuk produksi barang-barang untuk IKEA dan TARGET yang pesanannya banyak, ya tentu persiapannya juga banyak,” jelasnya. Biasanya, HII akan memastikan terlebih dulu hal-hal tentang supplier tersebut, bahan apa yang digunakan, seperti apa lingkungan kerjanya, dan bagaimana mengelola limbahnya. Sebab, bahan jelas harus alami dan limbah D3 harus dipisahkan.

Baca Juga: Memberdayakan Karyawan Dengan Berbagai Kepemilikan

Supplier yang ingin bekerja sama juga harus memperhatikan kesejahteraan pegawai mereka. “Tidak boleh ada anak di bawah umur bekerja, jam kerja juga harus jelas, misalkan ada yang pengerjaannya dibawa pulang, jam lembur juga harus dihitung,” Jika untuk pelanggan atau pemborong yang skala kecil, biasanya yang perlu diperhatikan paling utama adalah harganya masuk akal dengan kualitas bagus.

Selain itu, HII juga memastikan kualitas produknya dengan meraih sertifikat-sertifikat penting, seperti ISO, dan sertifikat lainnya. Pasalnya, sertifikasi memang sangat diperlukan jika memang ingin ekspansi bisnis lokal ke luar negeri, terutama sertifikasi untuk standar keamanannya. Untuk IKEA dan pemborong besar lainnya, harus dipastikan juga bahwa kerjasama mereka dengan HII memenuhi standar-standar yang berlaku. Baik itu standar keamanan pekerja, kesehatan, gaji, hingga jam kerja. Semuanya dipantau dan pengrajin diperlakukan dengan selayaknya. “Tidak mungkin seharian bekerja dibayar di bawah UKM,” tutur Agnes. Harus lapor juga ke dinas lingkungan untuk diaudit setiap tahun, urusan limbah dan lainnya. Hal ini juga diterapkan pada supplier mereka yang harus mengikuti standar QC perusahaan. Untuk produksi homeware, tim QC perusahaan juga akan mendatangi lokasi untuk melihat lokasinya dan lingkungannya mendukung untuk produksi atau tidak.

Kedepannya, PT. Homeware International Indonesia bertekad untuk menjadi eksportier, produsen, dan supplier utama dalam bidang kerajinan lokal di Indonesia dan dunia. Tekad ini akan didukung dengan inovasi yang berkelanjutan dan komitmen untuk tetap memproduksi barang ramah lingkungan. Untuk teman-teman UKM, Agnes menyarankan agar rajinlah mengikuti berbagai pameran di Indonesia. Sebab, banyak pemborong dan pelanggan dari luar dan dalam negeri mencari produk yang otentik dan unik di pameran untuk dikenalkan ke masyarakat luas. Bukan tidak mungkin, hal ini menjadi jalan teman-teman untuk mengembangkan usaha. Sebab, sudah saatnya UKM Naik Kelas!

Baca Juga : Kerajinan, Komoditas Unggulan Indonesia yang Berpotensi Ekspor

Prinsip sustainability juga terbukti menjadi hal krusial untuk dapat memasarkan produk ke pasar ekspor. Dengan menerapkan prinsip ini, meskipun terkesan sulit, namun dapat memberikan manfaat dalam jangka panjang khususnya untuk akses pasar. Jika teman-teman bingung apa dan bagaimana menerapkan prinsip sustainability dalam usaha, baca artikel Meningkatkan Daya Saing Ekspor dengan Mengkomunikasikan Prinsip ‘Sustainability’.

Jika tertarik lebih lanjut tentang kisah dari PT. Homeware International Indonesia, bisa ditonton webinar APINDO UMKM Akademi bertajuk “Bisnis Produk Dari Bahan Alami dan Budaya Lokal”, yang bisa diakses melalui link ini.


Referensi :

Star4hire.com

https://www.homewaregroup.com/