Gambar diambil dari Twitter/Irfan Wahid

Tekstil adalah produk yang banyak diproduksi dan dijual oleh pelaku UKM di Indonesia. Terintegrasinya industri tekstil dari hulu ke hilir mampu menciptakan sumber daya yang lengkap dalam produksi. Tingkat kreativitas dan inovasi pada industri ini juga semakin meningkat. Terlebih pada generasi milenial Indonesia, yang sering mengamati tren fashion dunia.

Sayangnya, derasnya arus globalisasi mempengaruhi generasi milenial ini sehingga mereka melupakan budaya Indonesia. Di satu sisi, juga terdapat generasi milenial yang mampu menggunakan aset budaya kita ini untuk mengembangkan produk tekstil Indonesia, bahkan hingga karyanya mendunia. Contohnya adalah pada Tex Saverio, Rafi Ridwan, Dian Pelangi, dan masih banyak lainnya.

Sekarang pertanyaannya adalah bagaimana mengoptimalkan potensi industri tekstil kita agar mampu menembus pasar ekspor? Salah satu caranya adalah dengan ekonomi kreatif. Yuk kita bahas disini bagaimana potensi ekspor tekstil kreatif Indonesia.


Mengapa Tekstil Kreatif?

Selain China dan India, Indonesia adalah negara yang memiliki industri tekstil yang terintegrasi. Di Indonesia, terdapat industri hulu sampai hilir dalam menghasilkan produk akhir tekstil, meliputi dari produksi serat dan benang, produksi kain, hingga produksi pakaian jadi. Terlebih lagi, UKM di Indonesia juga didominasi oleh industri tekstil (setelah industri makanan/minuman).

Ekonomi kreatif, yang berbasis ide kreatif dan inovatif, dipercaya mampu meningkatkan daya saing produk Indonesia sekaligus mempertahankan eksistensi dan jati diri bangsa. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang tinggi. Terdapat berbagai ras, bahasa, adat-istiadat, seni dan tradisi yang masing-masing memiliki kekhasan unik. Inilah sebenarnya aset terbesar dari negara kita. Aset ini bisa kita jadikan peluang besar bagi bisnis ekonomi kreatif yang sedang tren di level global, termasuk pada industri tekstil.

Baca Juga: Tips Jitu Untuk Sukses di Pameran Internasional

Salah satu sektor ekonomi kreatif yang kekuatannya besar adalah fashion. Sumbangsih fashion mampu mencapai 20% kepada total pasar industri ekonomi kreatif. Tidak terbantah lagi bahwa produk tekstil kreatif Indonesia seharusnya memiliki potensi besar bagi pasar ekspor.


Performa Ekspor Produk Tekstil Indonesia

Pasar produk tekstil di dunia masih dikuasai oleh China yang memegang lebih dari 50% pangsa pasar. Bahkan di posisi kedua yaitu India hanya berkontribusi terhadap 5% pangsa pasar dunia. Sedangkan Indonesia hanya mampu berkontribusi terhadap sekitar 1,5% pasar produk tekstil.

Berdasarkan data BPS, lebih dari 60% ekspor produk tekstil Indonesia adalah pakaian jadi. Sedangkan 35% merupakan ekspor serat dan benang, dan sisanya berupa kain. Sayangnya, di sektor pakaian jadi ini, produk Indonesia masih kalah jauh daripada negara-negara pesaing. Ini terbukti dengan Indonesia yang pada tahun 2018 hanya menempati posisi ke-14 dalam ekspor pakaian jadi (HS Code 61) dengan nilai 4 miliar USD (setara 56 triliun Rupiah) dengan pangsa pasar hanya 1.7%. Posisi Indonesia kalah jauh dengan Bangladesh dan Vietnam, di posisi kedua dan ketiga, yang mampu mengekspor pakaian jadi dengan nilai masing-masing 20.1 miliar USD dan 13.6 miliar USD. Penguasa pasar ekspor pakaian jadi masih China dengan nilai 70 miliar USD.

Nilai Ekspor Pakaian Jadi Tiap Negara, 2018

Nilai Ekspor Pakaian Jadi Tiap Negara, 2018. Sumber: Trade Map ITC

Performa ini menandakan bahwa sektor pakaian jadi Indonesia memiliki banyak kelemahan daripada pesaing. China jelas memiliki keunggulan dalam volume besar termasuk murahnya tenaga kerja dan bahan baku. Lalu, Vietnam dan Bangladesh selain memiliki keunggulan dalam murahnya biaya produksi, memiliki pula keunggulan terkait skema perjanjian dagang internasional. Vietnam mendapatkan akses dagang dengan negara-negara Eropa melalui Vietnam-EU Free Trade. Sedangkan Bangladesh mendapatkan akses dagang ke Eropa maupun Amerika Serikat melalui skema tarif khusus produk tekstil (Generalised System of Preferences).

Baca Juga: Jitu Membidik Peluang Pasar dan Target Negara Ekspor

Dengan melihat realita ini, industri tekstil pakaian jadi Indonesia harus sadar bahwa mereka tidak akan mampu mengalahkan China, Bangladesh, dan Vietnam. Mereka mampu menguasai pasar pakaian jadi global karena menargetkan segmen menengah ke bawah yang pangsanya memang sangat besar, namun segmen ini menciptakan nilai tambah yang sedikit dalam rantai pasokan. Oleh karenanya, Indonesia tidak perlu terpaku pada industri segmen ini untuk dapat bersaing di pasar ekspor produk pakaian jadi.


Fokus pada Pemasaran Fashion

Untuk dapat bersaing di pasar global produk pakaian jadi, pelaku UKM harus memiliki keunggulan yang kuat dan segmen pasar yang tepat. Desain menjadi salah satu keunggulan yang dapat ditonjolkan sebagai produk kreatif yang mampu memasuki segmen pasar ekspor yang lebih tinggi. Maka dari itu, yang perlu dijual bukanlah hanya produk pakaian jadi melainkan juga fashion. Tapi ingat, keberhasilan fashion di pasar global bukan hanya dari kreativitas desain, tapi juga harus mempertimbangkan selera pasar. Media online juga penting di era digital ini untuk keberhasilan fashion. Strategi ini tepat untuk dilakukan oleh pelaku UKM karena tidak membutuhkan skala volume yang besar untuk bermain di pasar ekspor pakaian jadi.

Kesuksesan pemasaran fashion telah terbukti dilakukan oleh para desainer Indonesia. Contohnya adalah Tex Savario dan Rafi Ridwan yang telah merancang untuk tokoh-tokoh terkemuka kelas dunia. Pamoritas desain mereka terus tumbuh pesat dari pagelaran, kompetisi, dan penghargaan fashion internasional. Desain mereka sukses karena karakteristik desain yang unik namun tetap bersifat universal sehingga diterima di pasar global.

Baca juga: Visi dan Misi


Prospek Produk Busana Muslim

Lalu, saat ini terdapat peluang besar pada produk hijab dan pakaian muslim yang sedang tumbuh tren fashionnya di dunia. Fashion muslim dari Indonesia sudah terbukti mampu berhasil di pasar ekspor, seperti yang dilakukan oleh Dian Pelangi. Produk karya Dian Pelangi mampu tembus pasar Timur Tengah dan Inggris. Produknya berhasil dipamerkan di berbagai pameran kancah internasional seperti New York Fashion Week dan International Fair of Muslim World. Terdapat juga beberapa desainer fashion muslim Indonesia lainnya yang sudah masuk ke pameran internasional seperti Shafira, Zaskia Sungkar, dan Berlia Asmara.

Bekraf sendiri mengatakan bahwa Indonesia bisa menjadi pusat busana muslim Indonesia. Bahkan, hijab juga sekarang tidak hanya dipakai oleh kaum muslim, tapi dipakai secara universal. Fashion hijab sudah umum dipakai khususnya untuk negara-negara dingin. Inilah yang harus kita manfaatkan potensinya dalam meningkatkan ekspor tekstil kreatif.

Baca Juga: Mengenal Harga Patokan Ekspor


Prospek Produk Batik

Pada 2009, batik mendapat pengakuan UNESCO sebagai warisan budaya milik Indonesia. Ini seharusnya bisa menjadi peluang besar bagi batik Indonesia untuk terus berinovasi dan memasarkannya di pasar global. Akan tetapi, nyatanya terdapat banyak tantangan dalam pemasaran batik ini. Contohnya adalah banyaknya produk batik murah dari China. Tantangan ini bisa diatasi dengan fokus pada mengedepankan kualitas dan pemenuhan standar.

Perlu diingat, bahwa batik yang berpotensi di pasar ekspor adalah bukan batik printing atau sablon/cetak. Sesuai SNI, batik yang diakui adalah yang menggunakan proses batik tulis, batik cap, dan batik kombinasi tulis & cap. Ini diperkuat dengan adanya sertifikasi Batik Mark. Sertifikasi ini hanya akan diberikan kepada produsen batik yang memenuhi standar pada lilin, motif, teknik, dan kualitas batik. Dengan adanya Batik Mark yang memiliki barcode sendiri, konsumen ekspor akan lebih percaya kepada kualitas dan originalitas produk batik Indonesia.

Edukasi yang masif kepada konsumen global penting untuk kesuksesan pemasaran batik Indonesia. Dengan adanya komunikasi mengenai keunggulan jenis batik Indonesia serta proses pembuatannya telah terbukti mampu untuk menarik perhatian ekspor. Ini yang dilakukan oleh Kedubes RI di Venezuela yang mampu menghasilkan penetrasi ekspor batik Indonesia ke Venezuela dan sekitarnya.

Baca Juga: Mengenal Ragam Standar Produk Ekspor

Prospek batik juga besar terdapat di beberapa produk yang diminati oleh pasar global. Kita ambil salah satu contoh pada kain pantai. Kain pantai Bali, yang berdesain batik, mampu menjadi tren yang diadopsi pada banyak negara-negara lain, terutama kawasan Amerika Latin. Jadi pelaku batik Indonesia sebaiknya mengambil momentum pada pasar global untuk diinovasikan pada produk batiknya.


Optimalkan Potensi dengan Produk Sustainable

Saat ini, isu sustainability sangat sensitif bagi pilihan konsumen di negara-negara maju terutama di Amerika Serikat dan Eropa. Ini juga berlaku pada industri pakaian jadi. Terjadi pertumbuhan konsisten pada permintaan pasar terhadap produk pakaian jadi yang sustainable. Fakta menarik yang membuktikan tren ini adalah bahwa satu dari tiga konsumen di Eropa lebih memilih produk pakaian jadi yang sustainable dalam berbelanja.

Tren ini dipicu oleh industri tekstil yang merupakan industri yang menghasilkan polusi dan limbah terbesar setelah migas. Apalagi, terdapat budaya fast fashion, yaitu tren dengan life cycle dalam kurun 35 hari atau digunakan tak sampai 5 kali, yang menjadi faktor utama polutan di industri ini. Saat ini, istilah slow fashion sudah diperkenalkan oleh Center for Sustainable Fashion sejak 2007, yang mengacu pada tren fashion yang tidak musiman.

Pemilihan bahan yang ramah lingkungan juga faktor penting untuk mengurangi polutan ini. Bahan katun adalah yang paling banyak menyerap pestisida. Disisi lain, wool dan linen adalah bahan yang direkomendasikan karena tingkat penggunaan energinya paling rendah dan tingkat ketahanannya lama. Sisi negatifnya adalah bahan-bahan ini harganya lebih mahal sehingga hanya segmen atas tertentu yang mampu membelinya. Untuk produk berbahan katun, solusinya adalah dengan pemenuhan standar dan sertifikasi organik dalam proses produksinya. Terdapat berbagai sertifikasi untuk pemenuhan standar lingkungan ini yang khusus untuk produk tekstil. Contohnya adalah Global Organic Textile Standard (GOTS) dan OEKO-TEX (Nantikan artikel Standar Khusus Ekspor).

Baca Juga: Meningkatkan Daya Saing Ekspor dengan Mengkomunikasikan Prinsip ‘Sustainability’

Tidak hanya dari isu lingkungan, isu sosial menjadi faktor utama lainnya bagi konsumsi produk pakaian jadi. Perlu diingat lagi bahwa pernah terjadi insiden tragis di Bangladesh pada tahun 2013 yang menewaskan ribuan buruh pabrik garmen. Lalu, banyak pula ditemukan pabrik garmen di negara-negara berkembang yang memberikan upah buruh di bawah standar serta tidak menyediakan fasilitas yang tidak aman dan sehat bagi para buruh. Situasi ini yang memicu para konsumen produk pakaian jadi yang mengharuskan adanya pemenuhan standar sosial ini. Saat ini, ada beberapa sertifikasi yang mengedepankan kondisi sosial bagi produksi produk tekstil, seperti Better Cotton Initiative (baca selengkapnya di artikel Standar Khusus Ekspor).


Target Pasar Ekspor Potensial bagi Produk Tekstil Kreatif Indonesia

Potensi Ekspor Pakaian Jadi  ke Amerika Serikat, Jerman, dan Jepang, 2018

Potensi Ekspor Pakaian Jadi ke Amerika Serikat, Jerman, dan Jepang, 2018. Sumber: Trade Map & Export Potential Map ITC

Amerika Serikat adalah negara importir terbesar produk pakaian jadi (HS Code 61) dengan nilai yang berkontribusi pada 22.2% pangsa pasar impor. Sedangkan, di posisi kedua dan ketiga importir terbesar adalah Jerman dan Jepang. Amerika Serikat juga memiliki potensi pasar ekspor terbesar bagi produk pakaian jadi Indonesia yang mencapai 2,7 miliar USD.

Jelas sekali Amerika Serikat bisa menjadi pusat importir produk pakaian jadi. Ini bukan hanya dikarenakan penduduknya yang begitu besar (327 juta penduduk) dengan pendapatan yang cukup tinggi, tapi juga dikarenakan Amerika Serikat menjadi pusat tren fashion di dunia. Tingkat konsumsi akan produk pakaian jadi sangat tinggi dan cepat di negara ini.

Namun, kita juga harus melihat besarnya potensi ekspor yang belum terealisasikan bagi produk pakaian jadi Indonesia. Ternyata, Jerman dan Jepang adalah negara yang potensi ekspornya belum dioptimalkan. Masih terdapat 202 juta USD (setara 2,8 triliun Rupiah) dan 358 juta USD (setara 5 triliun Rupiah) potensi ekspor di Jerman dan Jepang yang belum terealisasikan bagi produk pakaian jadi Indonesia. Bandingkan dengan Amerika Serikat yang pasarnya sangat besar, tapi sudah 97% potensi ekspor yang dilakukan oleh Indonesia sehingga menyisakan nilai potensi ekspor hanya 83 juta USD.

Baca Juga: Menerapkan Pelabelan (Labelling) yang Layak dalam Standar Ekspor

Terdapat beberapa hal yang menyebabkan Jerman dan Jepang adalah target pasar paling potensial bagi Indonesia saat ini. Jerman adalah salah satu pusat bisnis fashion. Terdapat Bread & Butter dan Berlin Fashion Week di Berlin yang merupakan salah satu pameran khusus produk fashion terbesar di Eropa. Tidak heran, bahwa Jerman mampu menjadi negara keempat eksportir produk pakaian jadi terbesar di dunia. Disisi lain, Jepang saat ini merupakan negara yang tinggi sekali konsumsinya akan produk pakaian jadi, didorong dengan pendapatan yang tinggi. Jepang juga memiliki industri tekstil yang sangat maju dengan beberapa brand yang sudah mendunia seperti Uniqlo. Maka dari itu, pelaku UKM Indonesia sudah saatnya untuk menargetkan Jerman dan Jepang untuk ekspor produk tekstil kreatif, bukan hanya Amerika Serikat.

Strategi Tembus Pasar Ekspor Tekstil Kreatif

Kita sudah memahami prospek yang dapat diambil oleh pelaku UKM industri tekstil, namun dibutuhkan strategi-strategi untuk mampu menembus pasar ekspor, diantaranya:

  • Targetkan secara spesifik segmen konsumen pakaian jadi, seperti busana muslim, batik, atau produk lainnya serta negara tujuannya dengan pendapatan tinggi. Untuk itu, diperlukan standar kualitas yang tinggi serta desain yang unik.
  • Lakukan kerjasama dengan pembeli/importir yang khusus menjual produk pakaian jadi yang premium. Usahakan untuk memenuhi standar/sertifikasi yang dibutuhkan serta komunikasikan prinsip sustainability dan transparansi harga.
  • Usahakan mengikuti festival/pameran fashion internasional. Ikuti terus jadwal pameran-pameran ini dari forum fashion dan organizer.
  • Aktif tergabung dalam asosiasi usaha fashion dan tekstil, di skala lokal maupun internasional. Hal ini akan meningkatkan pengetahuan tren fashion yang berkembang serta mendapatkan networking.
  • Kedepankan informasi detail mengenai produk, khususnya mengenai karakteristik desain, jenis bahan, dan tempat produksi untuk dapat menjelaskan produk secara spesifik ke calon pembeli. Lalu, untuk lebih menarik calon pembeli, informasi keunggulan produk seperti sertifikat produk dan pemenuhan standar pabrik khususnya terkait isu lingkungan dan sosial. Informasi-informasi ini perlu dicantumkan pada kemasan, company profile, website, serta platform sosial media.
  • Optimalkan online marketing di era digital saat ini untuk mendapatkan calon pembeli/importir. Sudah terbukti bahwa website dan sosial media yang memiliki performa SEO yang baik serta informasi yang deskriptif dapat membantu eksportir untuk dihubungi oleh calon pembeli/importir.
  • Pertimbangkan berbagai platform trading site yang tersedia saat ini yang membantu mempertemukan dengan calon pembeli/importir secara online. Contoh platform yang sangat populer adalah alibaba.com. Sebaiknya juga mendaftarkan dalam trading site produk tekstil khusus seperti organiccotton.org.

Baca Juga: Mengidentifikasi Peta Persaingan Supaya Bisnis Tetap Unggul

Industri tekstil bagi pelaku UKM Indonesia sudah sepantasnya mampu bersaing di pasar ekspor. Kita harus percaya bahwa budaya kita mampu menciptakan keunggulan produk. Kita tidak harus mengalahkan China, Bangladesh, atau Vietnam dalam persaingan ekspor produk tekstil. Dengan mendorong produk tekstil kita menjadi produk fashion, jelas sekali akan menjadikan Indonesia bukan hanya sebagai “tukang jahit” tapi sebagai “pusat fashion”. Kita sudah membahasnya bahwa Indonesia memiliki potensi besar disini terutama pada produk busana muslim dan batik.

Pelaku UKM di sektor tekstil pasti bisa menggarap potensi ekspor ini. Ingat, disini yang terpenting adalah bukan seberapa unik desain produk kita, tapi bagaimana produk kita dapat diminati oleh konsumen dunia. Perbanyaklah riset mengenai tren fashion internasional yang bisa dilakukan dari internet. Fokuskan juga untuk mengutamakan komponen sustainability dalam produksi tekstil kita. Dengan ini semua, tekstil kreatif Indonesia pasti bisa mendunia.

Jika merasa artikel ini bermanfaat, yuk bantu sebarkan ke teman-teman Anda. Jangan lupa untuk like, share, dan berikan komentar pada artikel ini ya Sahabat Wirausaha.

Referensi:

  1. Kementerian Perdagangan RI (2016): Warta Ekspor Tekstil dan Produk Kreatif Indonesia
  2. Kementerian Perdagangan RI (2015): Warta Ekspor Fesyen Muslim Indonesia
  3. Kementerian Perdagangan RI (2012): Warta Ekspor Batik Indonesia
  4. CBI: Which trends offer opportunities or pose threats on the apparel market?
  5. CBI: Tips to Find Apparel Buyers