Sektor pariwisata dewasa ini menjadi industri ekspor unggulan bagi negara-negara di dunia karena mendatangkan devisa melalui kunjungan para wisatawan mancanegara. Karena itu, pariwisata memberikan harapan, kemakmuran, dan pemahaman terhadap begitu banyak kehidupan mata pencaharian di dunia.

Hal ini selaras dengan data dari United Nations World Trade Organization (WTO) tahun 2016 lalu, dimana sebanyak 1,2 miliar wisatawan melintasi perbatasan internasional. Pada tahun 2030 mendatang, diprediksi jumlah wisatawan yang melintas meningkat jadi 1,8 miliar jiwa.

Lebih jauh, industri pariwisata memberikan kontribusi sebanyak 7,6 miliar dolar AS atau setara dengan 10,9 Triliun Rupiah terhadap perekonomian global. Jumlah itu setara dengan 10,2 persen dari produk domestik bruto (PDB) global dan menciptakan 292 juta pekerjaan.

Baca Juga: Sukses Usaha di Era Pandemi Dengan Teknologi Digital

Setiap tanggal 27 September, diperingati sebagai Hari Pariwisata Dunia atau World Tourism Day. Ditetapkannya tanggal 27 September ini bertepatan dengan pertama kali UNWTO merancang anggaran dasarnya pada tahun 1970. Namun baru 10 tahun berikutnya, yaitu tahun 1980, diputuskan hari resmi World Tourism Day di Torremolinos, Spanyol.

World Tourism Day bertujuan untuk mendorong kesadaran masyarakat internasional akan pentingnya dampak pariwisata terhadap nilai budaya, sosial, ekonomi, politik serta lingkungan, serta pentingnya untuk terus memberikan kesadaran tentang pariwisata sebagai kontributor dalam mencapai tujuan pembangunan yang berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs).

Gambar 1. World Tourism Day

Sumber: vecteezy


Sektor Pariwisata di Indonesia

Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk mengembangkan sektor pariwisata. Indonesia memiliki lebih dari 17.000 pulau, lebih dari 300 suku bangsa, 742 bahasa, situs warisan dunia, 51 taman nasional, dan keanekaragaman hayati terbesar nomor 3 di dunia.

Baca Juga: Cara Mendorong Kreativitas Dalam Berbisnis

Sehingga, sektor pariwisata nasional semakin mengambil peranan penting sejalan dengan perkembangan dan kontribusi yang diberikan melalui penerimaan devisa, pendapatan daerah, pengembangan wilayah, penyerapan investasi dan tenaga kerja, serta pengembangan usaha yang tersebar di berbagai pelosok wilayah di Indonesia.

Namun sayangnya, dilansir dari WEF, berdasarkan peringkat daya saing pariwisata, Indonesia masih berada pada urutan ke 42 dari 136 negara di dunia. Bahkan peringkat Indonesia di bawah Singapore, Malaysia, dan Thailand untuk negara di kawasan Asia Tenggara.

Tabel 1. Peringkat Pariwisata dan Perjalanan Indonesia dan Negara Asia Tenggara Lainnya, 2017

Pilar

Keterangan

Singapore

Malaysia

Thailand

Indonesia

Sri Lanka

Vietnam

Philippines

Laos

Cambodia

Rata- rata SEA

Peringkat

13

26

34

42

64

67

79

94

101


Dukungan Lingkungan

Lingkungan Bisnis

6.1

5.4

4.7

4.5

4.7

4.4

4.3

4.7

3.7

4.7

Keamanan

6.5

5.8

4.0

5.1

5.5

5.6

4.6

5.4

5.1

5.2

Kesehatan dan Kebersihan

5.5

5.2

4.9

4.3

5.3

5.0

4.8

4.3

4.0

4.8

SDM dan Pasar Tenaga Kerja

5.6

5.2

4.9

4.6

4.5

4.9

4.8

4.6

4.1

4.8

Kesiapan ICT

6.1

5.2

4.8

3.8

3.7

4.2

4.0

3.1

3.6

4.3

Kebijakan yang Mendukung

Prioritas Pariwisata

6.0

4.7

5.0

5.6

5.2

4.0

4.8

4.7

5.1

5.0

Keterbukaan Internasional

5.2

4.1

3.8

4.3

3.1

3.0

3.4

3.0

3.5

3.7

Harga yang Bersaing

4.7

6.1

5.6

6.0

5.6

5.3

5.5.

5.7

5.1

5.5

Lingkungan Berkelanjutan

4.3

3.5

3.6

3.2

2.9

3.4

3.6

3.8

3.3

3.6

Infrastruk tur

Infrastruktur Udara

5.3

4.5

4.6

3.8

2.6

2.8

2.7

2.1

2.1

3.4

Infrastruktur Darat dan Pelabuhan

6.3

4.4

3.1

3.2

3.9

3.1

2.5

2.4

2.4

3.5

Infrastruktur Jasa Pariwisata

5.4

4.7

5.8

3.1

3.2

2.6

3.4

3.5

2.9

3.9

Sumber Daya Alam dan Budaya

Sumber Daya Alam

2.4

4.1

4.9

4.7

4.1

4.0

4.0

3.0

3.2

3.8

Sumber Daya Budaya

3.1

2.9

2.8

3.3

1.6

3.0

1.9

1.3

1.6

2.4

Sumber: The Travel & Tourism Competitiveness Report 2017 dalam Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi UI


Sektor Pariwisata di Beragam Negara: Malaysia

Berdasarkan WTTC di tahun 2016, sektor pariwisata di Malaysia telah menyumbang sekitar 13,7 persen dari total PDB atau sekitar $ 40 miliar atau setara dengan 574 Triliun Rupiah. Dampak dari sektor pariwisata ini lebih besar daripada sektor perbankan, industri manufaktur otomotif, industri manufaktur kimia, sektor konstruksi, dan bahkan sektor jasa keuangan.

Baca Juga: Tips Memulai Bisnis Online Berbasis Jasa

Jika dibandingkan dari kontribusi PDB langsung saja, sektor pariwisata mencakup tiga kali lipat jumlah kontribusi PDB langsung industri manufaktur otomotif di Malaysia. Sektor pariwisata dan perjalanan menjadi sumber pendapatan ekspor yang signifikan untuk Malaysia dengan total $ 17,5 miliar atau setara dengan 251 Triliun Rupiah. Angka ini setara dengan 51,1 persen dari keseluruhan ekspor jasa dan 8,8 persen dari keseluruhan total ekspor barang dan jasa.

Gambar 2. Pariwisata Malysia

Sumber: befreetour.com


Sektor Pariwisata di Beragam Negara: Singapura

Sektor Pariwisata dan perjalanan Singapura menghasilkan $ 29 miliar atau setara dengan 416 Triliun Rupiah dari total PDB Singapura di tahun 2016. Kembali, sektor pariwisata ini memiliki dampak yang lebih besar dibandingkan dengan pertambangan, pertanian, industri manufaktur otomotif, dan sektor retail.

Dari kontribusi PDB langsungnya, sektor pariwisata dan perjalanan memiliki kontribusi dua kali lipat dari ukuran industri manufaktur kimia. Total kontribusi sektor pariwisata dan perjalanan di Singapura mencapai 9,9 persen dari PDB Singapura di tahun 2016, lebih besar dari ukuran sektor retail secara keseluruhan yang hanya mencapai 5,1 persen.

Baca Juga: PolicyLab COVID-19 VS UMKM: Pemulihan Ekonomi Indonesia di Tengah Pandemi

Sektor pariwisata dan perjalanan merupakan sumber pendapatan ekspor yang signifikan untuk Singapura yang mencapai $ 17,8 miliar atau setara dengan 255 Triliun Rupiah di tahun 2016 atau sekitar 12,7 persen dari total ekspor jasa dan 3,6 persen dari total ekspor barang dan jasa.

Pertumbuhan angka ekspor sektor pariwisata dan perjalanan ini mencapai 188 persen sejak tahun 1997 hingga 2016. Angka ini cukup besar walaupun masih lebih rendah dari total ekspor barang dan jasa yang mencapai 191 persen pada periode yang sama.

Gambar 3. Pariwisata Singapura

Sumber: airpaz.com


Sektor Pariwisata di Beragam Negara: Thailand

Sektor perjalanan dan pariwisata Thailand menghasilkan sekitar $ 83 miliar atau setara dengan 1.192 Triliun Rupiah dari PDB Thailand di tahun 2016. Total PDB yang dihasilkan oleh sektor perjalanan dan pariwisata lebih besar dari sektor jasa keuangan, konstruksi, pertanian dan retail.

Lebih jauh, sektor perjalanan dan pariwisata menghasilkan 20,6 persen dari total PDB Thailand di tahun 2016. Angka ini lebih besar dari kontribusi sektor perbankan di Thailand, yaitu 18,6 persen.

Baca Juga: Pinjaman Online Terbaik Untuk Pemilik Usaha dan UMKM

Dalam hal ekspor jasa, sektor perjalanan dan pariwisata juga merupakan sumber penghasilan ekspor yang penting bagi Thailand. Di tahun 2016, ekspor pengunjung mencapai $ 53,7 miliar atau setara dengan 771 Triliun Rupiah.

Angka ini setara dengan 78,6 persen dari total ekspor jasa dan 19,1 persen dari total ekspor barang dan jasa. Dari tahun 1976 hingga 2016, total ekspor sektor perjalanan dan pariwisata berkembang hingga 498 persen, lebih besar dibandingkan ekspor barang dan jasa yang mencapai 288 persen pada periode yang sama.

Gambar 4. Pariwisata Thailand

Sumber: idntimes.com


Sektor Pariwisata di Beragam Negara: Jepang

Sektor perjalanan dan pariwisata Jepang menghasilkan total kontribusi sebesar $ 343 miliar atau setara dengan 4.926 Triliun Rupiah ke PDB Jepang di tahun 2016. Kontribusi ini lebih besar dari sektor perbankan, sektor pertanian, dan pertambangan.

Dalam hal kontribusi PDB langsung, sektor perjalanan dan pariwisata lebih dari dua kali lipat besar dari PDB industri pertanian di Jepang. Sektor pariwisata ini menghasilkan 7,4 persen dari PDB Jepang di tahun 2016. Angka ini lebih besar dari dampak yang dihasilkan oleh sektor perbankan yaitu 4,0 persen.

Baca Juga: Melirik Peluang Bisnis di Sektor Pertanian Lewat Inovasi

Ekspor dari sektor perjalanan dan pariwisata merupakan sumber pendapatan ekspor yang signifikan dimana ekspor dari wisatawan mencapai $ 32,4 miliar atau setara dengan 465 Triliun Rupiah atau mencapai 25,2 persen dari semua ekspor jasa dan 4,3 persen dari total ekspor barang dan jasa.

Di antara 1997 hingga 2016, pertumbuhan ekspor Jepang untuk sektor pariwisata dan perjalanan berkembang sebesar 464 persen. Angka ini melewati pertumbuhan ekspor barang dan jasa yaitu sebesar 61 persen pada periode yang sama.

Gambar 5. Pariwisata Jepang

Sumber: Tokopedia


Potensi Ekspor Pariwisata di Indonesia

Menurut Buku Saku Kementerian Pariwisata (2016), kontribusi sektor pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional pada tahun 2014 telah mencapai 9 persen atau sebesar Rp 946,09 triliun. Sementara devisa dari sektor pariwisata pada tahun 2014 telah mencapai Rp 120 triliun dan kontribusi terhadap kesempatan kerja sebesar 11 juta orang.

Lebih jauh, visi indonesia 2045 dalam bidang pariwisata adalah Indonesia sebagai salah satu destinasi wisata utama di Asia dan dunia dengan 73,6 juta wisatawan mancanegara, dan pertumbuhan devisa 4,9 persen setiap tahunnya.

Baca Juga: Cantiknya Pernak-Pernik Aksesoris Khas Indonesia

Gambar 6. Total Wisatawan Mancanegara dalam Visi Indonesia 2045

Sumber: Bappenas tahun 2018 dalam Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi UI

Sektor pariwisata memberikan multiplier effect melalui mekanisme tarikan dan dorongan terhadap sektor ekonomi lain terkait, seperti hotel dan restoran, angkutan, industri kerajinan dan lain-lain.

Melalui multiplier effect-nya, pariwisata dapat dan mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja. Itulah mengapa, percepatan pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja yang lebih luas dapat dilakukan dengan mempromosikan pengembangan pariwisata.

Multiplier effect ini terjadi melalui aktivitas lintas sektor dan lintas pelaku ekonomi yang menghasilkan dampak, baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga pada tahap selanjutnya akan menyebabkan tingkat pendapatan rumah tangga di seluruh perekonomian akan meningkat sebagai akibat dari meningkatnya lapangan pekerjaan.

Sebagian dari peningkatan pendapatan rumah tangga ini akan meningkatkan kembali permintaan barang dan jasa pada sektor pariwisata dan sektor-sektor lainnya. Hal ini terlihat pada gambar berikut.

Baca Juga: Pesona dan Potensi Busana Muslim Indonesia

Gambar 7. Dampak Sektor Pariwisata terhadap Perekonomian

Sumber: Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi UI

Sejalan dengan hal tersebut, ekonom senior sekaligus Former Rektor Perbanas Business School, Faisal Basri, melihat bahwa penerimaan negara dari sektor jasa seperti turisme, tenaga kerja, dan perfilman bisa dimanfaatkan karena memiliki potensi yang besar. Sektor jasa bisa menjadi kekuatan ekonomi yang dapat menambal buruknya kinerja perekonomian.

Berdasarkan data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) Bank Indonesia, sektor jasa yang menyumbang uang masuk terbesar bagi Indonesia adalah jasa perjalanan. Lini jasa ini mencakup seluruh barang dan jasa yang diperoleh wisatawan untuk konsumsi pribadi di negara yang dikunjungi, termasuk penginapan, makanan dan minuman, hiburan, transportasi, hadiah, serta cinderamata.

Gambar 8. Nilai Ekspor Jasa (dalam US $)

Sumber: CNBC Indonesia

Pada tahun 2018, uang yang masuk ke Indonesia dari jasa perjalanan mencapai US$ 14,11 miliar atau setara dengan 202 Triliun Rupiah, sedangkan total pendapatan seluruh sektor jasa pada periode tersebut sebesar US$ 27,93 miliar atau setara dengan 401 Triliun Rupiah.

Hal ini berarti, jasa perjalanan menyumbang lebih dari separuh atau sebesar 50,5 persen dari pendapatan sektor jasa. Data ini dapat menjadi penguat mengapa Indonesia harus mengedepankan industri yang terkait dengan pariwisata, karena porsinya yang memang sangat besar.

Baca Juga: Aroma Segar Bisnis Kopi Indonesia Dari Hulu ke Hilir

Namun sayangnya, pertumbuhan pendapatan jasa perjalanan pada 2018 yang sebesar 7,4 persen ternyata turun dari 2017 yang bisa mencapai 17,3 persen. Selain itu, rata-rata pertumbuhan jasa perjalanan selama masa pemerintahan Presiden Joko Widodo di rentang tahun 2015 hingga 2018 memang hanya naik 8 persen, lebih rendah dibanding periode 2011 hingga 2014 yang sebesar 10 persen.

Gambar 9. Pertumbuhan Ekspor Jasa Perjalanan YoY (dalam persen)

Sumber: CNBC Indonesia

Maka dari itu, perlu pembenahan yang lebih mendasar pada industri pariwisata. Seperti pembenahan infrastruktur, kemudahan akses, serta dukungan pembiayaan bagi pelaku usaha terkait. Efisiensi terkait biaya transportasi juga menjadi komponen penting yang dapat mendorong pertumbuhan jumlah wisatawan asing. Bila tidak, maka potensi pendapatan yang akan terealisasi tidak akan bisa maksimal. Alhasil potensi defisit neraca pembayaran akan terus menghantui.

Terkait dengan hal tersebut, dilansir dari Bisnis ID, Kementerian Pariwisata dan dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) telah menyusun perencanaan untuk mencari peluang meraup cuan dari upaya akselerasi pertumbuhan ekonomi melalui keberadaan bandara superhub yang dapat menunjang konektivitas.

Gambar 10. Bandara Superhub Sebagai Strategi MEndongkrak Ekspor Pariwisata

Sumber: idntimes.com

Strategi pertama yaitu segmentasi pelanggan. Dalam hal ini, pemerintah memetakan potensi wisatawan dengan target devisa. Kedua, memetakan destinasi pariwisata dengan potensi pasar yang ada, sekaligus arah peluang pengembangan destinasi sesuai dengan pasar dan keunikan.

Ketiga, dari segi aviasi, dimana pemerintah tengah membangun ekosistem ekonomi aviasi, mulai dari maskapai, bandara, logistik, ground handling services, dan aset destinasi.

Strategi keempat, pemerintah memetakan dan mengembangkan sumber daya manusia (SDM) sesuai dengan keperluan destinasi dan pasar. Kelima, menyelenggarakan beragam event dan promosi berskala internasional sebagai bagai daya tarik.

Baca Juga: Cahaya Kecil dari Lereng Kawi

Keenam, menciptakan travel pattern sesuai dengan potensi pasar dan aset yang dimiliki destinasi. Strategi terakhir atau ketujuh, membuat kantor perwakilan dengan aviasi dan pariwisata terintegrasi di negara-negara dengan potensi pariwisata besar.

Bagaimana Sahabat Wirausaha, luar biasa bukan upaya yang tengah dilakukan untuk dapat memajukan ekspor pariwisata Indonesia? Apakah Sahabat Wirausaha tertarik untuk memasuki industri pariwisata juga? Tetap semangat dan selamat bertumbuh ya Sahabat Wirausaha!

Jika merasa artikel ini bermanfaat, yuk bantu sebarkan ke teman-teman Anda. Jangan lupa untuk like, share, dan berikan komentar pada artikel ini ya Sahabat Wirausaha.

Referensi:

  1. Bisnis ID. Ini Upaya Pemerintah Raup Cuan Sektor Pariwisata dari Bandara Superhub.
  2. CNBC Indonesia. Ini Lho Besaran Nilai Ekspor Pariwisata RI, Masih Diabaikan?
  3. Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi UI. Kajian Dampak Sektor Pariwisata terhadap Perekonomian Indonesia.