Photo portrait of young man in a store

Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam dan insan-insan kreatif yang mampu berkreasi menciptakan produk-produk lokal nan inspiratif dan inovatif. Produk-produk lokal Indonesia sebenarnya unggul dalam kualitas dan berdaya saing tinggi, tidak kalah dengan produk asing.

Sayangnya keunggulan produk lokal ini agaknya belum mendapat dukungan penuh dari konsumen dalam negeri. Konsumen agaknya lebih melirik ke produk asing. Mengapa konsumen kita justru malah meragukan produk lokal dan tidak menjadikannya sebagai pilihan? Apakah strategi pemasarannya yang kurang jitu dalam menarik minat pasar, atau jangan-jangan kualitas produk lokal kita memang masih di bawah standar? Yuk simak selengkapnya dalam bahasan Curhat Sore kali ini sampai selesai.


Prospek Perkembangan Produk Lokal

Gempuran produk asing yang bebas masuk ke pasar Indonesia mengakibatkan persaingan pasar semakin ketat. Terkesan tidak seimbang, karena produk-produk lokal dari UKM ‘dipaksa’ bersaing dengan produk-produk asing yang notabene telah terstandarisasi internasional.

Baca Juga: Hj Nonoh Snack: Melinjo, Si Cemilan Lokal yang Go International

Berdasarkan data yang dilansir Katadata Insight Center (KIC) dari hasil survei tahun 2020, 80% bahkan 87% masyarakat Indonesia lebih memilih untuk belanja produk lokal dibandingkan produk asing. Berbanding terbalik dengan data Kementerian Perdagangan yang menyatakan bahwa jumlah produsen produk lokal hanya sekitar 5% hingga 7% saja dari total pedagang yang berjualan di e-commerce Indonesia.

Lantas, benarkah produk yang dibeli oleh sebagian besar konsumen itu merupakan produk lokal? Bisa ya, bisa juga tidak. Untuk produk kuliner, konsumen cenderung lebih memilih produk lokal dibandingkan produk asing. Terbukti, berdasarkan data yang ada, mereka lebih suka makanan Nusantara seperti nasi goreng dibandingkan burger. Apalagi di saat pandemi COVID-19 melanda, tingkat kesadaran masyarakat terhadap makanan sehat semakin tinggi. Artinya, prospek produk lokal makanan di masa depan diprediksi akan semakin baik.

Lain halnya dengan bisnis fashion. Maraknya produk impor yang masuk ke pasar lokal semakin menenggelamkan produk lokal. Kondisi ini justru mendorong pelaku bisnis fashion dalam negeri untuk bangkit dan berkreasi mengikuti perkembangan trend fashion yang ada. Alhasil produk fashion lokal dengan sentuhan kreatif banyak digandrungi konsumen.

Baca Juga: Javara: Produk Lokal yang Mendunia


Mengapa Produk Lokal Belum Jadi Pilihan Konsumen?

Produk lokal tidak kalah kualitasnya dengan produk asing. Dari sisi harga pun, produk lokal cenderung lebih murah dari produk asing. Anehnya, sisi positif produk lokal ini belum bisa berbanding lurus dengan minat konsumen. Artinya, produk lokal kita belum menjadi pilihan. Apa sih penyebabnya?

1. Klaim yang berlebihan

Pengenalan produk lokal sering kali terkesan ‘lebay’, sehingga menimbulkan over claim. Lucunya lagi, klaim berlebihan terhadap produk tersebut tidak disertai dengan sertifikasi yang menunjukkan keabsahan dari klaim tersebut.

Contohnya produk organik. Produsen bisa saja mengklaim bahwa produknya terbuat dari bahan-bahan organik dan sustainable. Namun tanpa adanya sertifikasi tentu akan menimbulkan keraguan dalam diri konsumen.

2. Keraguan terhadap kualitas produk lokal

Konsumen cenderung percaya produk asing lebih berkualitas. Mengapa? Sebab produksi manufaktur di luar negeri lebih terstandarisasi daripada Indonesia. Meski terkesan agak konyol, namun begitulah faktanya. Konsumen lokal justru meragukan kualitas produk dalam negerinya sendiri.

Produsen harus bisa mengedukasi dan membangun mindset konsumen, bahwa produk lokal tidak selalu buruk. Bahkan, banyak sekali produk UKM yang berkualitas dan mampu bersaing dengan produk asing.

Baca Juga: Membangun Tim Dengan Budaya Inovasi

3. Plagiarisme tinggi, produk kurang original

Apa sih yang tidak ditiru di Indonesia? Ketika ada produk yang lagi booming di pasaran, tidak lama kemudian akan bermunculan pesaing-pesaing baru. Fenomena ini terjadi hampir di semua kategori produk, baik kuliner maupun fashion.

Untuk produk fashion misalnya, banyak sekali beredar baju-baju, sepatu dan tas dengan desain yang sama dari produk asing branded. Meski produk tiruan terbuat dari bahan dan desain yang bagus, namun tidak serta-merta mampu menarik minat konsumen untuk membelinya. Bahkan praktik plagiarisme produk ini justru menurunkan kreativitas dan orisinalitas produk.

4. Target pasar belum jelas

Keterbatasan budget pada bisnis UKM sering kali mendorong produsen untuk memasarkan produk secara ‘serampangan’, tanpa menentukan target pasar yang ingin dibidik. Strategi ini justru merupakan kesia-siaan dan hanya membuang waktu serta energi saja.

Pemasaran yang random tanpa target pasar yang jelas tidak akan efektif, sehingga hasil yang diperoleh sering kali jauh dari harapan. Alih-alih mampu meningkatkan penjualan, justru tidak mendapat feedback sama sekali.

Baca Juga: 7 Strategi Mengelola Hubungan Baik Dengan Konsumen

Berbeda apabila produsen mampu memasarkan produk secara lebih fokus pada target pasar yang akan dibidik saja. Sebab mereka adalah pasar potensial yang kemungkinan besar memberikan respon positif terhadap strategi pemasaran yang dilakukan.

5. Kemasan terkesan apa adanya

Tak bisa dipungkiri bahwa kendala modal menjadi alasan klasik bagi pelaku UKM. Dampaknya bahan-bahan yang dipilih berharga murah untuk menekan biaya produksi, termasuk untuk kemasan produk. Banyak sekali produk lokal yang dikemas ala kadarnya, yang bisa mempengaruhi kualitas dan brand produk itu sendiri.

Misalnya produk keripik tempe. Produk camilan nan gurih ini masih banyak ditemukan di pasaran dengan kemasan plastik seadanya, jauh dari kesan eksklusif. Risikonya tentu saja penurunan kualitas produk, di mana produk mudah remuk dan melempeng. Seenak apapun keripik tempe apabila telah mengalami penurunan kualitas, tentu konsumen enggan untuk membelinya.

6. Kurang konsisten

Menjadi konsisten itu sulit. Itulah yang dialami oleh pelaku UKM. Mereka mengerjakan sendiri semua prosesnya dari produksi hingga pemasaran. Jika pun ada tim kerja, itu pun hanya lingkup kecil saja. Keterbatasan sumber daya ini menjadikan pemasaran produk tidak konsisten.

Baca Juga : Menjamin Kepuasan Pelanggan dan Kepercayaan Mitra Bisnis Lewat Kontrol Kualitas

Akibatnya, konsumen bertanya-tanya, apakah produk tersebut masih diproduksi dan beredar di pasaran atau tidak? Informasi produk yang tidak secara kontinu sampai ke konsumen, menimbulkan kebingungan akan ketersediaan produk tersebut di pasaran. Alhasil, konsumen tidak tahu harus kemana untuk menemukan dan membeli produk tersebut.

7. Minim brand story

Banyak produk lokal yang beredar di pasaran masih minim brand story, alias dipasarkan tanpa label brand sama sekali. Banyak yang bahkan tidak mencantumkan izin edarnya. Padahal, brand story penting untuk disampaikan kepada konsumen, meski bisnis yang dijalankan hanya skala mikro atau bahkan ultra mikro.

Sebab konsumen bisa mengenal produk baik dari asal produksi, merek yang membedakan dengan produk lain, dan juga legalitas produk tersebut. Brand story yang minim justru menyulitkan konsumen untuk mengenal produk lebih dalam. Bagaimana konsumen menjadikan produk lokal tersebut pilihan, apabila mereka tidak mengenalnya?

Baca Juga: Bagaimana UKM Dapat Memvalidasi Potensi Produk dan Peluang Pasar?


Solusi Agar Konsumen Menjadikan Produk Lokal sebagai Pilihan

Produk lokal harus mampu merajai pasar di negeri sendiri. Bukan berarti anti terhadap produk asing, hanya saja penting untuk mengembangkan produk lokal agar mampu mendorong laju pertumbuhan ekonomi negara, dan tentu saja tingkat kesejahteraan pengusaha lokal. Lantas, bagaimana solusi untuk mengembangkan produk lokal agar bisa menjadi pilihan konsumen?

  1. Perlu adanya dukungan pemerintah terkait dengan ketersediaan bahan baku yang berkualitas, agar kelangsungan produksi produk lokal berkualitas dapat terus terjaga. Selain itu, pemerintah juga perlu memperbanyak wadah untuk pengembangan produk UKM, termasuk penyebaran informasi yang lebih luas hingga ke pelosok negeri. Harapannya, produk-produk lokal berkualitas dari UKM di wilayah-wilayah terpencil dapat mengemuka dan dikenal masyarakat lebih luas.
  2. Perlu memberikan edukasi dan awareness kepada konsumen terkait kelestarian lingkungan, di mana menggunakan produk lokal dapat mengurangi emisi karbon, karena pengangkutan dan distribusi produk lebih dekat dibandingkan dengan produk asing.
  3. Perlu adanya human touch yang mampu menumbuhkan rasa empati dan kepedulian bahwa dengan membeli produk lokal berarti turut membantu meningkatkan perekonomian pelaku UKM.

Dukungan UKM Indonesia pada Pengembangan Produk Lokal

UKM Indonesia merupakan wadah edukasi bagi pelaku UKM turut mendukung pengembangan produk lokal. Salah satu dukungannya diwujudkan dengan menyediakan portal UKMJAGOWAN.ID yang menampilkan katalog dari 100 bisnis UKM unggulan yang telah lolos kurasi.

Portal UKMJAGOWAN.ID ini sekaligus menjadi ajang promosi yang sangat bermanfaat untuk pelaku UKM, konsumen dan juga investor. Informasi bisnis dan produk UKM disajikan lengkap secara bilingual, termasuk akses WhatsApp ke bisnis terkait. Dengan demikian, konsumen bisa memilih produk lokal berkualitas dengan harga terjangkau.

Jika merasa artikel ini bermanfaat, yuk bantu sebarkan ke teman-teman Anda. Jangan lupa untuk like, share, dan berikan komentar pada artikel ini ya Sahabat Wirausaha.

Referensi:

Curhat Sore: Mengapa Produk Lokal Belum Jadi Pilihan Konsumen?

Perilaku Konsumen e-Commerce Indonesia. Katadata Insight Center. 2020.