Apakah Sahabat Wirausaha tahu bahwa kita bisa mengerjakan usaha sambil menolong orang lain? Jenis usaha ini belakangan sering kali disebut sebagai sociopreneuer. Padahal sebenarnya, Sahabat Wirausaha tidak harus selalu menjadi sociopreneur untuk memasukkan interaksi sosial dalam pelaksanaan bisnis. Sahabat Wirausaha juga terlibat dalam interaksi sosial dan, tentu saja, kegiatan itu akan bermanfaat bagi bisnis.

Maka dari itu, kita harus tahu apa saja bentuk interaksi sosial yang bisa dilakukan oleh UMKM. Dengan membaca artikel ini maka Sahabat Wirausaha dapat memiliki nilai keunggulan dan hal interaksi sosial. Sudah banyak konsumen yang sudah sangat peduli dengan nilai sosial dari produk yang dibelinya. Yuk kita bahas.


Urgensi Interaksi Sosial dalam Bisnis

Pada awalnya, Sahabat Wirausaha mungkin bertanya, mengapa interaksi sosial menjadi sangat penting dalam bisnis. Apalagi melihat konsep dalam manajemen bisnis bahwa tujuan dari suatu perusahaan adalah untuk memaksimalkan kekayaan para pemegang saham.

Baca Juga: 10 Wirausaha Sosial Global yang Menginspirasi

Akan tetapi, dewasa ini keterkaitan antar sektor menjadi semakin kuat, salah satunya keterkaitan sektor ekonomi dengan sektor lainnya. Hal ini membuat kepentingan bisnis tidak hanya sekedar hal berkaitan ekonomi saja.

Berdasarkan data yang dikumpulkan pada penelitian Deloitte tentang “The Rise of Social Enterprise”, ditemukan bahwa mayoritas usaha saat ini mempertimbangkan aspek sosial dalam bisnisnya. Berdasarkan data yang ditemukan dalam penelitian tersebut, 65 persen dari pelaku bisnis saat ini memiliki fokus untuk tumbuh secara inklusif.

Pertumbuhan secara inklusif berarti perusahaan tidak hanya mementingkan dirinya sendiri, tetapi juga sebagai sebuah entitas masyarakat yang memiliki tanggung jawab sosial.

Belakangan ini memang dunia bisnis tidak bisa dipisahkan dari berbagai aspek eksternal yang ada. Hal ini kemudian menuntut Sahabat Wirausaha untuk mampu memiliki hubungan yang baik, tidak hanya dengan konsumen dan karyawan, tetapi juga dengan seluruh komunitas, pemerintah dan berbagai pihak terkait lainnya.

Membangun hubungan ini mencakup bagaimana Sahabat Wirausaha mendengar isu-isu yang ada di sekitar, membantu menjawab masalah yang ada dan berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan masyarakat untuk menciptakan kepercayaan, kredibilitas dan konsistensi dalam setiap tindakannya.

Selain itu, penelitian dari Deloitte juga menemukan bahwa masyarakat dan dampak sosial dianggap penting oleh 77 persen pelaku bisnis yang disurvei. Keterlibatan bisnis saat ini dalam masyarakat tidak lagi cukup hanya dengan melakukan tanggung jawab sosial atau corporate social responsibility. Bisnis harus mampu terlibat secara aktif dalam berbagai kegiatan yang berdampak secara riil terhadap masyarakat.

Baca Juga: Tanggung Jawab Sosial dan Dampaknya Bagi UMKM

Kondisi ini muncul karena adanya faktor-faktor lingkungan baru yang membuat iklim bisnis berubah. Faktor pertama adalah transparansi yang sangat mudah didapatkan. Dalam era keterbukaan seperti saat ini, tidak sulit untuk menyebarkan informasi.

Tidak terbukanya dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan usaha hanya akan memperburuk citra bisnis di mata masyarakat ketika hal tersebut diketahui melalui sosial media. Hal ini tentu akan sangat merugikan bagi kelangsungan bisnis Sahabat Wirausaha. Faktor ini juga bisa memberi dampak positif ketika Sahabat Wirausaha melakukan kegiatan sosial dimana keterbukaan informasi membuat masyarakat mengetahui mengenai kegiatan tersebut.

Faktor kedua yang mendorong perubahan iklim bisnis tersebut adalah kehadiran milenial. Milenial adalah generasi muda yang relatif melek terhadap teknologi. Mereka memiliki informasi yang sangat banyak yang sering kali membangun pola pikir mereka menjadi kritis.

Salah satu ciri khasnya adalah milenial cenderung kritis dan menuntut tanggung jawab bisnis dalam berkontribusi di masyarakat. Mereka juga mudah tersentuh dengan hal-hal emosional. Dengan melakukan interaksi sosial yang baik, Sahabat Wirausaha dapat mendorong milenial untuk mampu memiliki simpati dan dukungan terhadap bisnis Sahabat Wirausaha.

Dalam penelitian lain yang dilakukan oleh Deloitte pada tahun 2017 dengan judul “Deloitte millennial survey: Apprehensive millennials: Seeking stability and opportunities in an uncertain world” ditemukan bahwa 86 persen milenial mengatakan tanggung jawab bisnis lebih dari sekedar profitabilitas.

Faktor terakhir adalah kepedulian konsumen terhadap bisnis yang memiliki interaksi dengan masyarakat. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Nielsen mengatakan bahwa 55 persen konsumen bersedia membayar lebih mahal bagi perusahaan yang memiliki dampak sosial bagi masyarakat. Hal ini menunjukkan seberapa penting interaksi sosial dapat meningkatkan penjualan Sahabat Wirausaha.

Dengan semua informasi yang didapatkan tersebut, terlihat dengan sangat jelas bahwa peran interaksi sosial menjadi sangat penting dalam bisnis. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa bisnis dengan misi sosial akan mampu meningkatkan saham dan kepemilikan usahanya, jauh lebih pesat jika dibandingkan usaha biasa.

Baca Juga: Mereka yang Berbisnis Dengan Hati dan Berdampak Sosial

Melihat semua urgensi tersebut, mungkin Sahabat Wirausaha mulai menyadari akan pentingnya membangun interaksi sosial dengan masyarakat. Akan tetapi, masih terdapat pertanyaan besar mengenai, bagaimanakah cara yang tepat dalam membangun interaksi sosial dalam masyarakat.


Jenis-Jenis Interaksi Sosial

Setelah mengetahui urgensi dari interaksi sosial dalam bisnis, Sahabat Wirausaha juga harus mampu mengetahui jenis-jenis yang bisa dilakukan dalam membangun interaksi sosial. Setiap jenis memiliki karakteristik dan kesesuaian yang berbeda-beda untuk setiap bisnis. Dalam memanfaatkannya, Sahabat Wirausaha dapat memilih atau bahkan mengombinasikan beberapa bentuk interaksi sosial dalam membangun kredibilitas bisnis yang baik.

Mengutip dari buku Firms of Endearment yang ditulis oleh Rajendra et al. yang diterbitkan oleh Wharton School Publishing, perusahaan dengan fokus terhadap interaksi sosial disebut sebagai perusahaan dengan kepedulian. Dalam melaksanakan interaksi sosialnya, terdapat beberapa jenis interaksi sosial yang dapat dilakukan, diantaranya:

Baca Juga: Beberapa Skema Transformasi Untuk Menjadi Bisnis yang Lebih Bertanggung Jawab Sosial dan Lingkungan

1. Membina Komunitas Lokal

Dalam membina komunitas lokal, para pelaku UMKM harus memiliki semangat untuk mampu berinteraksi dengan komunitas lokal. Komunitas lokal di sini mencakup masyarakat yang berada di sekitar lokasi bisnis.

Ketika sebuah bisnis berdiri, sebenarnya masyarakat akan mendapatkan manfaat dengan semakin meningkatnya pajak untuk kepentingan publik serta terdapatnya lapangan pekerjaan baru. Akan tetapi, manfaat itu sendiri sebenarnya tidak cukup untuk menjadi senjata utama bagi Sahabat Wirausaha untuk menampilkan manfaat dari keberadaan usaha.

Beberapa perusahaan besar memberikan contoh dalam melakukan interaksi sosial kepada masyarakat. Sebagai contoh, PT. Aneka Tambang sebagai sebuah perusahaan tambang mencoba untuk berinteraksi dengan masyarakat melalui program kemitraan mereka.

Pada program kemitraan ini, PT Antam memberikan pendanaan kepada para pelaku UMKM yang berada di sekitar lokasi pertambangan serta kantor pusat. Dengan melakukan kegiatan ini, PT Antam mencoba untuk membangun interaksi sosial dengan para masyarakat di sekitar lokasinya.

Contoh lain yang bisa kita lihat di sekeliling kita adalah mitra UMKM dari Indomaret dan Alfamart yang ada di sekitar toko mereka. Apabila sahabat UMKM memperhatikan, beberapa toko tersebut memiliki ruang khusus untuk para pelaku UMKM. Hal ini memberikan sebuah kesan bahwa tersebut memiliki perhatian terhadap para pelaku UMKM sehingga membantah anggapan bahwa mereka memberikan dampak negatif bagi masyarakat.

Baca Juga: Berbisnis Dengan Hati dan Berdampak Sosial

Tidak hanya itu, ketersediaan pelaku UMKM di sekitar lokasi Indomaret dan Alfamart juga dapat mendorong penjualan bagi usahanya sendiri. Pada beberapa kasus, lokasi UMKM yang berdekatan dengan toko tersebut membuat pembeli produk UMKM menjadi ikut berbelanja di Indomaret atau pun Alfamart.

Solusi ini juga dilakukan oleh beberapa pelaku UMKM, salah satunya Wan Syarif. Beliau adalah pelaku UMKM dengan produk utamanya Nasi Kebuli. Pada awalnya, beliau berjualan nasi kebuli dan buka setiap hari. Sejak awal mendirikan usaha, beliau memiliki kebiasaan positif dengan membagikan produk nasi kebulinya pada saat hari Jumat bagi masyarakat sekitar.

Beliau juga memiliki berbagai kegiatan pelatihan dimana ia mengajarkan cara untuk memasak nasi kebuli yang merupakan produknya. Tidak seperti kebanyakan penjual produk kuliner, Wan Syarif memang terkenal sangat mudah membagikan resep rahasia dari produknya. Hal ini tentu menjadi sebuah ancaman ketika produknya mungkin saja direplika oleh orang lain.

Akan tetapi, Wan Syarif memiliki keyakinan bahwa dengan membagikan resepnya, maka ia akan memberikan kesempatan bagi lebih banyak pelaku UMKM untuk berkembang. Usaha ini ternyata membuahkan hasil. Dengan mengadakan beberapa pelatihan, banyak pesertanya yang kemudian justru meminta Wan Syarif untuk membuat bumbu racik yang bisa digunakan oleh setiap orang.

Wan Syarif pun akhirnya membuat bumbu racik untuk nasi kebulinya dan justru memberikan keuntungan baru bagi usahanya. Tidak hanya itu, banyak pula pesertanya yang kemudian membuka cabang dengan menggunakan produk nasi kebuli beliau. Pada akhirnya, Wan Syarif menerima banyak manfaat dari interaksi sosial yang ia bangun dengan melakukan ekspansi produk.

Baca Juga: Ragam Cara Mengembangkan Usaha dengan Mengoptimalkan Dampak Sosial dan Pemberdayaan Komunitas

Dengan beberapa contoh tersebut, Sahabat Wirausaha mungkin bisa membangun interaksi sosial dengan melalui pemberdayaan komunitas lokal yang ada. Selain mendapatkan citra yang baik di masyarakat, Sahabat Wirausaha juga bisa mendapatkan manfaat langsung berupa peningkatan penjualan.

2. Terlibat Dalam Isu Lingkungan

Selain melalui komunitas lokal, Sahabat Wirausaha juga dapat berinteraksi dengan masyarakat melalui isu-isu lingkungan. Seperti yang Sahabat Wirausaha tahu, isu lingkungan merupakan salah satu hal yang bisa digunakan untuk berinteraksi dengan masyarakat.

Beberapa hal yang bisa dilakukan dalam hal ini adalah menciptakan produk yang mengakomodir isu lingkungan dan membuat kampanye lingkungan. Isu lingkungan ini tidak hanya berbicara mengenai lingkungan alam, akan tetapi juga mencakup peran di sektor kesehatan dan keamanan.

Strategi ini sering kali menjadi fokus bagi beberapa perusahaan besar, terutama ketika isu sustainability menjadi perhatian dunia. Sebagai contoh, McDonalds mulai akhir tahun 2018 sudah tidak lagi menyediakan sedotan plastik. Keputusan ini dilakukan sebagai bentuk dukungan terhadap kampanye untuk mengurangi tingkat penggunaan plastik.

Pada sisi lain, kebijakan ini juga memberikan keuntungan bagi McDonald sendiri dalam mengurangi biaya penjualannya. Hal ini dikarenakan mereka tidak lagi perlu mengeluarkan biaya untuk penyediaan sedotan plastik. Kasus ini menunjukkan bahwa keterlibatan dalam isu lingkungan juga dapat memberikan keuntungan dalam operasional perusahaan.

Apa yang dilakukan oleh McDonald ini juga menginspirasi banyak UMKM melakukan hal serupa. Beberapa UMKM yang menjual produk minuman pun rela hingga menggunakan sedotan berbasis kertas yang mungkin relatif lebih mahal.

Meskipun begitu, Sahabat Wirausaha mungkin bertanya, apakah penggunaan tersebut tidak akan merugikan bisnis. Hal tersebut pula yang mungkin awalnya dipikirkan oleh pemilik Bubur Ayam Alya. Ia memutuskan untuk tidak menggunakan stereofoam dalam penjualan buburnya dan memilih menggunakan tempat plastik yang cenderung lebih aman digunakan sebagai tempat makanan.

Karena hal tersebut, tentu saja harga produksinya menjadi lebih mahal.Pemilik usaha pun memutuskan untuk menaikkan harganya. Menariknya, penjualannya tidak mengalami penurunan, tetapi justru meningkat.

Baca Juga: HeySTARTIC, Dari Proyek Sosial Bertransformasi Menjadi Inovasi Sosial

Ini dikarenakan banyak pembeli yang kemudian merasa produk tersebut lebih higienis dan lebih berkualitas. Kasus ini menunjukkan dalam beberapa kasus konsumen siap mengganti biaya interaksi Sahabat Wirausaha dengan mereka, khususnya ketika isu yang diangkat berkaitan dengan lingkungan.

Meskipun begitu, Sahabat Wirausaha juga harus mampu memasarkan dengan baik produk dengan isu lingkungan tersebut. Apabila tidak dipasarkan dengan baik, konsumen tidak akan mengetahui apa yang Sahabat Wirausaha lakukan dan akan sulit bagi kita untuk memperoleh kompensasi dari mereka.

3. Melibatkan Karyawan dalam Kegiatan

Salah satu potensi dalam membangun interaksi sosial yang baik adalah dengan melibatkan karyawan. Melibatkan ini dapat diartikan dengan dua hal, yaitu memberikan kesejahteraan kepada karyawan dan juga melibatkan mereka dalam kegiatan sosial yang dilakukan oleh Sahabat Wirausaha.

Memastikan kesejahteraan bagi para karyawan menjadi sangat penting karena karyawan adalah roda utama dari bisnis Sahabat Wirausaha. Selain itu karyawan juga menjadi salah satu manfaat yang bisa diberikan oleh bisnis Sahabat Wirausaha kepada masyarakat karena mampu menciptakan lapangan pekerjaan. Manfaat tersebut terkonfirmasi dengan banyaknya penyerapan tenaga kerja yang diserap oleh UMKM yang mencapai 97 persen, berdasarkan data dari Kementerian Koperasi dan UMKM.

Meskipun begitu, perlu dicatat bahwa memberikan kesejahteraan tidak serta merta memberikan gaji yang tinggi kepada karyawan. Sahabat Wirausaha juga mungkin memiliki keterbatasan dalam hal tersebut. Kunci dari memerikan kesejahteraan adalah terbuka dan memberikan insentif yang layak.

Sahabat Wirausaha perlu memastikan bahwa mereka mendapatkan fasilitas yang sesuai dengan beban kerja yang mereka kerjakan. Diskusi dengan karyawan juga dilakukan secara rutin untuk memastikan bahwa karyawan mendapatkan informasi mengenai kapasitas usaha sehingga mereka bisa menyesuaikan ekspektasi mereka.

Baca Juga: KAHLA Tempe Crispy: Usaha Sukses Dengan Misi Sosial

Selain memastikan karyawan mendapatkan kesejahteraan, Sahabat Wirausaha juga dapat mengajak karyawan untuk terlibat aktif dalam kegiatan sosial masyarakat. Kegiatan ini tidak perlu dianggap bagian dari pekerjaan, tetapi dijadikan sebagai kesadaran bersama untuk terlibat lebih jauh dan memberi manfaat.

Sebagai contoh, Sahabat Wirausaha dapat mengajak karyawan untuk membagikan masker di lingkungan sekitar kantor dengan semangat untuk memberi manfaat bagi orang yang lalu lalang. Dengan kehadiran karyawan, Sahabat Wirausaha dapat memperluas cakupan kegiatan tanpa harus mengeluarkan biaya sendiri dalam pelaksanaannya.

Demikianlah beberapa bentuk kegiatan yang bisa dilakukan oleh Sahabat Wirausaha dalam mendekatkan diri dengan masyarakat. Tentu masih terdapat banyak pilihan yang belum disebutkan. Sahabat Wirausaha hanya perlu mengeksplorasi interaksi seperti apa yang mungkin dapat dilakukan. Selamat mencoba.

Jika merasa artikel ini bermanfaat, yuk bantu sebarkan ke teman-teman Anda. Jangan lupa untuk like, share, dan berikan komentar pada artikel ini ya Sahabat Wirausaha.