\Jika judul artikel ini dibaca sekilas, Sahabat Wirausaha pasti sudah bisa menebak bahwa ini berkaitan dengan kata inflasi dan impor. Tapi sebenarnya imported inflation itu apa sih? Nah, untuk menjawab pertanyaan tersebut, mari kita simak ulasannya berikut ini.


Pengertian

Secara bahasa, jika imported inflation kita terjemahkan, maka artinya adalah inflasi impor. Nah, secara sederhana, imported inflation dimaknai sebagai kenaikan harga barang dan jasa di dalam negeri karena naiknya biaya produk-produk impor.

Baca Juga: Bea Masuk


Mengapa Imported Inflation Terjadi?

Adapun penyebabnya adalah perubahan harga atau mata uang asing dan perubahan nilai tukar. Biasanya ini terjadi ketika suatu negara mengalami penurunan nilai mata uang, sehingga harga impor produk dan jasa menjadi tinggi. Nah, seandainya Sahabat Wirausaha mengimpor barang, maka bisa juga memicu inflasi di dalam negeri.

Terlebih jika barang yang dibeli merupakan bahan mentah untuk membuat suatu produk. Tentunya saat membeli, Sahabat Wirausaha akan mengeluarkan biaya yang lebih besar yang menyebabkan biaya produksi juga semakin besar. Hal tersebut kemudian berdampak pada kenaikan harga jual di pasar.

Baca Juga: Bea Keluar

Mengutip dari laman idntimes.com, ada 3 penyebab umum terjadinya imported inflation, diantaranya tingginya peredaran uang, tingginya permintaan ekspor barang dan belanja pemerintah, serta tingginya biaya produksi.


Jenis-jenis Imported Inflation

Nah, imported inflation ini juga terdiri dari beberapa jenis, diantaranya :

  1. Creeping Inflation. Ini merupakan jenis inflasi ringan. Laju inflasi masih di bawah 10 persen per tahun.
  2. Galloping Inflation. Laju inflasi ini bisa mencapai 10 hingga 30 persen tiap tahunnya. Inflasi ini bisa ditandai dengan adanya kenaikan harga secara signifikan dalam periode singkat.
  3. High Inflation. Ini termasuk dalam golongan inflasi berat, dengan laju 30 hingga 100 persen tiap tahunnya. Jenis inflasi ini ditandai dengan kenaikan harga di pasaran yang sulit dikendalikan.
  4. Hyperinflation. Inflasi ini bisa begitu terasa efeknya karena terjadi dengan laju di atas 100 persen tiap tahunnya. Indonesia sendiri pernah mengalami ini di tahun 1998, yang mana disebabkan karena pencetakan uang dalam jumlah besar guna menutup defisit anggaran.

Baca Juga: Tips Membangun Relasi Dengan Importir


Contoh Imported Inflation

Contoh umum yang kerap memicu imported inflation adalah minyak. Kenaikan harga minyak dunia tentunya akan berdampak pada kenaikan biaya produksi bisnis di banyak sektor, misalnya yang bergerak di bidang produksi, manufaktur hingga kelistrikan. Jika tidak ada subsidi, maka bisa jadi harga jual produk akan tinggi di pasaran.

Contoh lainnya adalah saat terjadi keterbatasan produksi pangan dalam negeri. Hal ini tentunya akan memicu kenaikan harga yang lainnya karena negara harus mengimpor bahan-bahan pokok.

Baca Juga: Potensi Impor: ASEAN

Contoh lainnya lagi, misalnya Sahabat Wirausaha memiliki bisnis di bidang produksi kain katun. Namun Sahabat Wirausaha harus membeli serat sutera dari negara lain dengan pembayaran menggunakan dolar. Jika nilai dolar jauh di atas nilai rupiah, Sahabat Wirausaha harus membayar lebih tinggi agar mendapat pasokan. Hal ini menimbulkan kenaikan harga jual pakaian dari Indonesia. Nah, demi mempertahankan margin, mau tidak mau Sahabat Wirausaha menaikkan harga jual.


Kesimpulan

Terjadinya imported inflation secara tidak langsung mempengaruhi pemerintah, swasta hingga pelaku usaha karena harus mengimbangi kenaikan harga impor barang atau jasa. Namun seberapa besar pengaruh inflasi dari luar bisa sangat tergantung dari kebijakan atau langkah yang diambil pemerintah.

Baca Juga: Tren Ekspor-Impor (B2B) Indonesia dalam Era New Normal

Nah, demikianlah penjelasan mengenai imported inflation. Semoga semakin menambah wawasan kita bersama.

Jika merasa artikel ini bermanfaat, yuk bantu sebarkan ke teman-teman Anda. Jangan lupa untuk like, share, dan berikan komentar pada artikel ini.