UKM Indonesia

UMKM Wajib Tahu Riset Pasar

Penulis : Dera Annisa
Editor : Dewi Meisari Haryanti
07 Agustus 2020
Lama Baca : 10 menit

Dewasa ini menumbuhkan jiwa wirausaha menjadi salah satu alternatif pemasukan dan sebagai salah satu cara mengembangkan diri. Tahun 2020 di masa mulai krisis dikarenakan pandemi virus corona, banyak perusahaan mengambil kebijakan pemutusan hubungan kerja (PHK). Hal ini membuat setiap orang dipaksa untuk bertahan hidup dengan memikirkan berbagai alternatif usaha.

Data yang dihimpun Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop UKM) dari tahun 2010-2017 memperlihatkan penambahan jumlah UMKM rata-rata setiap tahun 1,4 juta. Bayangkan jika saat ini semua mulai beralih sebagai wirausahawan, bagaimana persaingan tiap bisnis semakin ketat. Hal inilah yang harus diperhatikan dari semua pebisnis atau orang yang baru akan memulainya, persaingan membuat kita harus lebih berpikir mengenai ide bisnis atau kreativitas produk masing-masing.

Baca Juga: Mengenal Ragam Standar Global Kemasan dan Label

Setiap pengusaha kini berlomba-lomba menarik hati konsumen. Dalam keadaan tersebut, hal apa yang membuat produk kita berbeda dari kompetitor? Apakah produk dan harga kita bisa diterima konsumen? Pertanyaan-pertanyaan ini dapat dijawab ketika pelaku UMKM melakukan riset pasar, apalagi untuk mempersiapkan diri menghadapi era new normal.


Pentingnya Riset Pasar dalam Bisnis

Riset pasar penting, ketika seseorang ingin memulai usahanya atau ingin membuat inovasi baru dalam usahanya. Riset pasar dapat membuat kita mengetahui apakah barang atau jasa yang kita hasilkan dibutuhkan dan siapakah yang akan membeli produk kita. Dikutip dari Academy.com, American Marketing Association menjelaskan bahwa riset pasar adalah sebuah fungsi yang menghubungkan antara konsumen/pelanggan dengan pelaku usaha. Keduanya saling terhubung melalui informasi-informasi yang digunakan untuk mengidentifikasi dan mendefinisikan peluang dan masalah pemasaran. Informasi ini kemudian digunakan untuk membuat perbaikan dan evaluasi tindakan untuk memantau kinerja pemasaran.

Baca Juga: Manfaat dan Kebijakan Pemberdayaan Perempuan Bagi Usaha

Apakah teman-teman sering mendengar kata-kata, “saya ingin jadi pebisnis, tapi nanti deh”. Keragu-raguan seseorang memulai bisnisnya, bukankah karena terlalu perhitungan, tetapi rasa takut gagal yang terlalu besar. Apakah keyakinan terhadap bisnis dapat menghindari kerugian? Tentu saja tidak, seseorang yang ingin memulai bisnis tetaplah perlu perhitungan tersebut. Kerugian bisa saja terjadi, tetapi dengan riset pasar hal ini dapat diminimalisir.

Setiap individu melakukan evaluasi terhadap diri mereka masing-masing, baik atau tidak kehidupannya, meluruskan visi. Begitu halnya dalam bisnis, UMKM sulit naik kelas ketika telah puas terhadap bisnis yang telah dilakukannya. Restoran yang semula ramai mulai ditinggalkan konsumennya dengan restoran baru. Pernah mendengar restoran Upnormal? Dominan restoran ini menjual makanan ringan seperti roti dan utamanya menjual berbagai olahan dari indomie, hal yang biasa dijual di warung kopi. Bagaimana sebuah inovasi dalam bisnis diterima oleh konsumen, diperlukan perhitungan yang baik. Upnormal mengambil peluang konsumen makanan warkop untuk kelas menengah ke atas.

Hal ini lah yang juga kita dapat lihat ketika pelaku UMKM melakukan riset pasar. Seseorang dapat memanfaatkan peluang bisnis yang ada, serta berinovasi terhadap produk barang atau jasa, apalagi disaat masa pandemi Covid-19 seperti saat ini. Bagaimana melakukan riset pasar yang benar? Metode apa sajakah yang ada?


Riset Primer dan Riset Sekunder

Seperti yang telah dijelaskan oleh American Marketing Association, riset adalah proses pengumpulan informasi sebagai bahan tindakan bisnis melakukan evaluasi, inovasi, dan pemanfaatan peluang bisnis. Cara pengambilan atau pengumpulan informasi inilah yang membuat riset pasar terbagi menjadi dua cara, riset primer dan riset sekunder.

Riset primer adalah proses pengumpulan informasi dengan pengumpulan data langsung terhadap target pasar kita. Bagaimana cara melakukan riset primer? Sebelum melihat metode-metode dalam riset pasar, perlu diperhatikan beberapa hal sebelum kita melakukan riset pasar. Pertama mengenai hal apakah yang akan kita lihat dan siapakah targetnya atau sering disebut dengan istilah responden. Misalnya saja, kita sebagai pengusaha restoran yang telah beroperasi dua tahun. Awal tahun pertama usaha restoran ini memiliki respon yang positif dari pelanggan, omzet sangat baik. Di tahun kedua kemudian terjadi penurunan omzet secara drastis. Kita sebagai owner tentunya kebingungan atas fenomena ini. Kita kemudian mengumpulkan semua karyawan beserta manager restoran untuk dapat mengetahui apa yang terjadi, banyak pendapat bermunculan, mulai dari harga yang mahal, muncul restoran-restoran baru yang memiliki harga kompetitif, variasi menu yang kurang, dan suasana restoran. Anda sebagai owner tentunya bingung menghadapi pendapat-pendapat yang bermunculan tersebut, apakah benar ini terjadi dalam bisnis anda? Di sini lah riset berperan, bagaimana anda sebagai pelaku bisnis atau owner mendapatkan informasi yang benar untuk mengambil sebuah keputusan. Anda dapat membuat kuesioner kepuasan pelanggan yang datang ke restoran dan membuat survei umum untuk melihat trend yang ada saat ini. Dengan menyebarkan kuesioner langsung kepada pelanggan, anda akan lebih akurat mengatahui penilaian sebenarnya dari pelanggan dan hal apa yang perlu dibenahi. Menyebarkan survei kepada masyakarat umum, membuat anda mengetahui mengenai trend makanan atau hal lain yang ingin anda ketahui sebagai bahan melakukan inovasi di restoran. Kedua hal inilah yang disebut sebagai riset primer. Pengumpulan data langsung kita lakukan kepada target pasar kita. Pemilik restoran melakukan pengumpulan data langsung dari respondennya, pelanggan restoran dan masyarakat umum.

Baca Juga: Tren Ekspor-Impor (B2B) Indonesia dalam Era New Normal

Riset sekunder adalah proses pengumpulan informasi dengan data yang telah ada atau telah diterbitkan. Seorang pengusaha dapat menggunakan data sekunder untuk menganalisis calon kompetitornya, mengidentifikasi dan mengukur segmen pasar yang akan dituju. Menggunakan riset pasar sekunder, pebisnis akan mendapatkan data lebih cepat dibandingkan dengan mencari data sendiri atau riset primer, namun apakah melakukan riset pasar sekunder efektif?

Hanya mengandalkan data dari karya yang telah diterbitkan orang lain, sebenarnya tidak dapat memberikan kebenaran atau gambaran secara lengkap. Terlebih untuk beberapa jenis bisnis yang tidak memiliki riset yang banyak, bukan tidak mungkin kita menggunakan data yang sudah lama dan salah. Sebagai contoh anda sebagai pengusaha keripik sukses. Penjualan keripik milik anda telah menjangkau seluruh Indonesia. Hal ini tentunya membuat anda ingin mencari tantangan baru. Anda sebagai owner keripik ingin mencoba peruntungan di negara lain, melakukan ekspor keripik. Berbekal penelitan yang telah ada, anda mencari berbagai informasi mengenai pembuatan gerai di luar, izin, dan hal-hal lain yang dibutuhkan. Setelah melihat informasi yang ada tersebut, akhirnya anda membuka gerai keripik di negara lain. Masalah bermunculan, mulai dari adanya perizinan lain yang harus diurus dan pemilihan lokasi yang kurang strategis. Pengumpulan informasi dari data penelitan dan artikel-artikel lain mengenai berbisnis di negara itu adalah riset sekunder. Anda tidak melakukan pengumpulan data langsung dari responden, tetapi melihat penelitan, survei, kuesioner, dan data lain yang telah dilakukan sebelumnya. Mengapa menjadi masalah ketika mengandalkan riset sekunder saja? Bisa kita lihat owner keripik memilih melakukan riset sekunder ketika akan melakukan ekspansi terhadap bisnisnya, tanpa melakukan riset primer. Masalah timbul karena ada beberapa peraturan bisnis baru yang mesti diurus izinnya, ini dapat dihindari ketika anda melakukan observasi langsung. Masalah lain yang timbul adalah kesalahan pemilihan lokasi gerai keripik. Hal ini dapat dihindari pula oleh owner apabila sebelumnya melakukan survei atau kuesioner kepada calon pelanggan di tempat baru tersebut.

Baca Juga: Memantau Peluang Pasar Ekspor melalui Platform Alibaba

Riset pasar ini menjadi rambu untuk pengusaha ketika akan melakukan ekspansi bisnis atau memulai hal baru. Memakai riset sekunder bukannya hal yang salah, bisa saja data survei yang telah dilakukan oleh lembaga-lembaga yang ada memang valid dan benar ketika diaplikasikan dalam bisnis anda. Bagaimana jika data sudah terlalu lama atau salah seperti pada kasus bisnis keripik? Kedua riset ini, primer dan sekunder, dapat disatukan sebagai penunjang satu sama lain. Data yang kita dapatkan dari riset sekunder, seperti beberapa penelitian atau survei yang lebih dulu telah dilakukan lembaga lain, dapat menjadi dasar kita melakukan riset primer.


Metode Kuesioner versus Metode Survei

Metode kuesioner dan survei, keduanya adalah proses riset primer dengan responden yang jumlahnya jauh lebih banyak. Namun, apakah perbedaan dari kedua metode ini?

Sebagai contoh, sebuah jasa laundry ingin mengetahui harga yang cocok diterima oleh konsumennya. Sebelum melakukan riset pasar, pengusaha jasa laundry menentukan siapa responden dari riset, ditentukanlah yaitu warga sekitar dari tempat lokasi laundry ini. Pertanyaan-pertanyaan mendalam dibuat, mengenai seberapa butuh jasa laundry di tempat tersebut, berapa biaya dalam sebulan sebuah keluarga mengeluarkan untuk listrik dan membeli sabun cuci, apakah dia melakukan cuci pakaian sendiri, kapan melakukan cuci pakaian, serta masalah yang dihadapi ketika mencuci sendiri. Pertanyaan terbut dituliskan kedalam sebuah kertas dan dibagikan kepada warga untuk diisi. Hal inilah yang disebut sebagai kuesioner.

Baca juga: Pola Struktur Organisasi bagi UMKM

Kuesioner memiliki pertanyaan yang lebih mendalam yang tentunya sulit dilakukan dengan wawancara langsung karena menyangkut hal-hal pribadi responden. Misalnya tadi pengusaha laundry ingin mengetahui berapa besar seseorang mengeluarkan biaya untuk listrik dan membeli sabun cuci, pertanyaan ini tentunya pribadi dan sulit ditanyakan langsung dengan metode wawancara, begitu pula pertanyaan lainnya. Metode kuesioner membuat responden lebih nyaman dan lebih jujur dalam menjawab. Metode ini biasanya menggunakan imbalan atau souvenir sebagai penarik responden untuk mengisi. Kuesioner yang dilakukan pengusaha laundy ini membantu beliau sebagai owner mengetahui seberapa butuh jasa cuci dan setrika di wilayah itu dan seberapa besar seseorang mengeluarkan biaya untuk mencuci, serta apakah memiliki waktu luang untuk mencuci sendiri. Informasi-informasi ini dikumpulkan dan diolah oleh pengusaha laundry untuk menentukan harga, serta menentukan bahasa promosi yang sesuai.

Di sisi lain, metode survei memiliki pertanyaan-pertanyaan yang singkat dan jawaban singkat, misalnya “ya atau tidak”. Hal ini membuat metode ini dapat memiliki responden yang lebih massive dan mendapatkan data yang menyeluruh terhadap konsumennya. Pemakaian survei cocok digunakan salah satunya untuk UMKM yang baru akan memulai bisnis. Dengan melakukan survei ke berbagai responden, pengusaha dapat melihat apakah produknya menarik untuk dibeli dan siapakah target konsumen produk ini. Keputusan-keputusan yang dibuat berdasarkan data nyata, bukan hanya pemikiran pribadi, tentunya meminimalisir kesalahan yang dibuat ketika akan memulai bisnis tersebut. Sebagai contoh, anda akan membuat usaha jasa isi ulang air minum. Anda ingin mengetahui apakah di daerah tersebut memang membutuhkan jasa isi ulang air minum. Anda membuat pertanyaan yang menyeluruh mengenai bisnis ini, misalnya apakah apakah seseorang membeli kebutuhan air minum, apakah seseorang memasak air minum di rumah, apakah jasa air minum yang ada sudah memenuhi standarnya, apakah jika ada penjual air minum lain yang lebih murah mereka akan berpindah, dan pertanyaan lainnya yang berkaitan. Semua pertanyaan ini kemudian menjadi survei yang disebarkan massive kepada semua warga di sekitar tempat usaha. Anda dapat mengetahui apakah di daerah tersebut sudah ada competitor, seberapa banyak orang-orang di daerah tersebut yang membeli air minum, dan apakah harga dapat menarik pembeli air minum. Semua angka ini dapat dipakai sebagai bahan anda untuk jadi atau tidaknya membuka usaha isi ulang air minum di daerah itu, apakah cocok bisnis itu diaplikasikan.

Baca Juga : Cara Mengoptimalkan Kinerja Reseller

Manakah yang lebih baik: metode kuesioner atau metode survei? Dalam menentukan pilihan metode survei atau kuesioner, UMKM haruslah melihat dari tujuan awal riset ini dibuat. Hal apakah yang ingin kita ketahui. Jika anda membutuhkan banyak responden untuk menentukan keputusan bisnis yang akan dijalankan, maka cocok untuk membuat survei. Apabila anda sebagai pebisnis membutuhkan masukan dan ide-ide segar, serta informasi yang dalam untuk mendukung kebijakan bisnis, anda dapat menggunakan metode kuesioner.

Pelibatan konsumen aktif sebagai responden juga sangat penting sebagai salah satu bentuk feedback dari produk atau service yang kita miliki. Misalnya setiap selesai melakukan transaksi, anda dapat membuat survei kepuasan pelanggan. Hal ini dapat menjadi bahan evaluasi, serta penunjang kepercayaan konsumen lainnya apabila penilaian dari service anda baik. Apakah anda telah melakukan hal ini? Seberapa penting feedback konsumen ini?

Sebagai contoh seorang penjual donat, di awal penjualannya sangat baik. Ide bisnis membuat donat sehat untuk diet ternyata diterima oleh konsumen. Tetapi setelah dilihat transaksi yang masuk, kebanyakan order adalah konsumen baru, konsumen yang telah membeli cenderung tidak melakukan order kembali (repeat order). Penjual donat ini kebingungan dan merasa tidak ada yang salah dari produknya. Hal ini tentunya dapat menjadi masalah besar ke depan. Pembelian kembali dari konsumen menandakan produk itu memang benar-benar diterima dan baik. Ini tentunya dapat dihindari apabila kita melakukan feedback konsumen melalui survei kepuasan pelanggan. Feedback konsumen juga dapat menjadi media untuk kita mendapatkan ide dan masukan sebagai acuan melakukan inovasi bisnis. Feedback konsumen dapat meyakinkan calon pembeli lainnya, ketika telah memiliki penilaian produk yang baik atau sering kita lihat sebagai rating kepuasan konsumen. Google bisnis misalnya atau di platform e-commerce, atau pula platform gofood dan grabfood telah menyediakan kolom feedback konsumen yang dapat dilihat oleh semua orang.

Baca Juga : Cara UMKM menetapkan target usaha

Untuk usaha mikro, riset pasar ini sering diabaikan bukan hanya karena memerlukan waktu, tetapi melakukan survei atau kuesioner terkadang mengeluarkan biaya. Memiliki modal dengkul dalam berbisnis, riset pasar apakah yang dapat dilakukan? Selain dengan kertas manual, beberapa platform online yang memiliki fitur gratis untuk membuat kuesioner dan survei diantaranya surveymonkey, typeform, googleform, zohosurvey, surveygizmo, dan surveyplanet.


Metode Focus Group Discussion

Riset primer dapat dilakukan dengan metode focus group discussion atau diskusi langsung. Metode ini dilakukan dengan bertatap muka dan berdiskusi dengan beberapa responden yang telah dipilih.

Sebagai gambaran singkat, kita sebagai produsen kosmetik akan memproduksi jenis lipstik baru yang dapat dimakan dan aman ketika tertelan. Kemudian, kita memilih responden, yang terdiri dari konsumen umum, influencer kecantikan, dan konsumen yang juga pebisnis bidang kecantikan yang menggunakan produk mereka. Disini didiskusikan mengenai ide produk baru mereka. Dari diskusi tersebut, kita kemudian mencatat setiap pendapat, serta informasi yang keluar saat diskusi berlangsung. Himpunan data tersebut kemudian diolah sebagai informasi ketika akan mengambil keputusan bisnis. Proses riset yang dilakukan produsen kosmetik tersebut adalah metode focus group discussion. Membuat diskusi antar responden yang telah kita kualifikasi berdasarkan tujuan riset, kemudian mengumpulkan informasi dari diskusi tersebut.

Bayangkan jika inovasi produk baru langsung dilakukan, tanpa melihat apakah produk tersebut dibutuhkan oleh pasar dan bagaimana responnya. Data yang berupa asumsi pebisnis dapat beresiko keputusan bisnis yang prematur. Focus group discussion memudahkan produsen kosmetik ini melihat berbagai kemungkinan hambatan yang akan terjadi dan peluang ketika memproduksi jenis lipstik seperti ini. Focus group discussion memudahkan pebisnis menjangkau berbagai pemikiran dari berbagai sudut pandang responden.

Baca Juga : Valuasi Merek (Brand Value)


Metode Wawancara dan Metode Observasi

Metode riset primer ini merupakan salah satu pilihan metode sederhana yang dapat dilakukan para pelaku UMKM. Metode ini menggunakan cara tatap muka langsung kepada responden dan bertanya mengenai hal-hal yang ingin diketahui. Metode ini sebenarnya dapat menjadi penunjang survei dan kuesioner atau validasi data apakah responden telah mengisi dengan jujur survei dan kuesionernya. Dengan metode pengumpulan informasi ini, kita dapat melihat langsung pertanyaan kita sampai kepada konsumen dan apakah dia benar dalam menjawabnya. Metode ini dapat dilakukan dengan tanya jawab langsung atau melakukannya dengan telepon. Apakah perbedaan metode wawancara ini dengn metode observasi?

Metode observasi merupakan metode pengumpulan data langsung melalui pengamatan terhadap aktivitas atau objek untuk dapat merasakan, kemudian memahami hal yang terjadi. Misalnya, seorang pemilik toko ingin membuat standardisasi pelayanan. Pemilik toko tidak bisa mengira-ngira saja semua standar yang ditetapkan, tetapi harus melalui observasi langsung di lapangan. Pemilik toko mengamati berapa banyak pelanggan yang datang setiap hari, berapa lama pelayanan untuk setiap konsumen, pemilik toko juga dapat mengamati kebiasaan konsumen yang datang serta perilaku pegawainya. Barulah dari informasi yang telah dikumpulkan tersebut, pemilik toko dapat menentukan berapa lama seharusnya seorang karyawan memberikan pelayanan kepada pelanggan.

Baca Juga : Cerita Inspirasi Tentang Proses Membangun Identitas Brand Maicih

Selain wawancara metode observasi ini juga dapat menjadi pelengkap dari metode lainnya. Kuesioner atau survei yang telah dibuat oleh pemilik bisnis, dapat dipastikan kembali dengan metode observasi ini. Misalnya, anda melakukan survei kepuasan pelanggan setiap transaksi selesai dilakukan. Dari semua data ini kemudian diobservasi langsung oleh anda, apa yang menjadi keunggulan produk dan apa yang menjadi kelemahannya. Anda melakukan observasi langsung terhadap objek, yaitu data survei kepuasan pelanggan serta pengamatan terhadap hal yang terjadi di lapangan. Apakah yang diisi oleh pelanggan anda telah sesuai. Observasi juga dapat dilakukan melalui media sosial dan marketplace. dengan melihat comment atau reaction yang diberikan oleh orang-orang.


Riset Kuantitatif dan Riset Kualitatif

Ketika seseorang melakukan riset, didapatkan berbagai data yang dapat diolah sebagai keputusan bisnis. Data tersebut dapat berupa kuantitatif maupun kualitatif. Data kuantitatif adalah jenis data yang dapat diukur atau dihitung sebagai variabel angka atau bilangan. Di sisi lain, data kualitatif adalah jenis data melalui kata verbal untuk mendeskripsikan sesuatu. Hal inilah yang membuat riset terbagi atas dua hal tersebut.

Menentukan tujuan awal dari pengadaan riset sangatlah penting, untuk mendapatkan jenis data yang sesuai, berupa kuantitatif atau kualitatif. Riset kuantitatif biasanya dilakukan dengan survei untuk mengukur data melalui jumlah atau angka. Sedangkan riset kualitatif dapat dilakukan dengan wawancara, kuesioner, observasi, dan focus group discussion, sehingga dapat menghasilkan riset yang berupa gagasan dan ide-ide baru.

Baca Juga : Tips Melakukan Riset Pasar Bagi UMKM


Melihat dengan berbagai jenis riset dan metodenya, semua metode ini dapat digunakan bersamaan dan saling menunjang untuk mendapatkan data yang benar-benar valid. Pasti anda pernah mendengar kata-kata ini, “Ide bisnisnya bagus ya, produknya bagus, tetapi kok bangkrut?” Riset pasar membantu kita melihat apakah produk kita memang dibutuhkan dan akan dipasarkan ke mana. Bisa saja sebenarnya produk kita bagus, tetapi salah dalam proses pemasaran karena tidak bertemu dengan konsumennya. Mungkin pula harga yang diberikan juga tidak bersaing dengan kompetitor yang sudah ada sebelumnya. Melakukan riset pasar dengan benar, bisa saja dapat menghindari UMKM gulung tikar di masa pandemi ini, dengan melakukan inovasi produk yang tepat sesuai hasil riset.

Banyak hal yang membuat bisnis gagal dan dapat diminimalisir dengan riset pasar ini. Menyiapkan target bisnis ke depan dengan riset pasar yang tepat, membuat seseorang pebisnis lebih percaya diri berbisnis di era new normal bahkan untuk membangun kemitraan.

Baca Juga : Menerapkan 7 Habits of Highly Effective People Sebagai Pebisnis

Jika merasa artikel ini bermanfaat, yuk bantu sebarkan ke teman-teman Anda. Jangan lupa untuk like, share, dan berikan komentar pada artikel ini ya Sahabat Wirausaha.

Mungkin Anda perlu membaca Artikel ini: