https://www.flokq.com/blog/wp-content/uploads/2020/06/tuku.jpg

Sumber gambar : Flokq.com

Kentalnya budaya ngopi di Indonesia memang sudah tak perlu diragukan lagi. Dari warung kopi pinggir jalan hingga coffee shop kekinian, rasanya tak pernah sepi pelanggan. Semangat para pebisnis kopi pun seakan tak pernah surut. Inovasi dan resep kopi baru terus bermunculan, mengundang lebih banyak lagi pecinta kopi.

Salah satu dari banyak coffee shop tersebut adalah Toko Kopi TUKU. Pada tahun 2017, kedai kopi ini sempat menjadi pembicaraan di mana-mana lantaran disinggahi oleh Presiden Joko Widodo pada jam makan siang. Selepas momen viral tersebut, penjualan Kopi TUKU meningkat drastis. Usut punya usut, Toko Kopi TUKU ternyata merupakan salah satu pelopor kopi susu gula aren di Indonesia. Penasaran bagaimana perjalanan bisnisnya? Diana Frances, Business Manager Toko Kopi TUKU, menceritakan pengalamannya di sini.

Menjadi Jembatan Antara Warkop dan Coffee Shop

Sejatinya, misi dari Toko Kopi TUKU adalah untuk meningkatkan konsumsi kopi di Indonesia. Berdasarkan data terbaru, konsumsi kopi masyarakat Indonesia di tahun 2018 mencapai 72 ton per tahun. Meski jumlahnya besar, namun Indonesia masih bergantung pada biji kopi impor. Hal ini sangat disayangkan, sebab kopi-kopi asli Nusantara pun rasanya tak kalah enak. Mimpi dari Kopi TUKU adalah menjadi wadah untuk petani-petani kopi lokal dengan menggunakan 100% biji kopi lokal dalam berbisnis.

Baca juga : Peluang Pasar Kedai Kopi

Di tahun 2019, Toko Kopi TUKU berhasil meningkatkan konsumsi hingga 175 ton per tahun dan menargetkan 300 ton di tahun 2020. Mereka menjaga rantai pasok bahan baku lewat kerjasama dengan koperasi kopi dan BERAGAM, sebuah roastery. Saat ini, Toko Kopi TUKU sudah memiliki 12 cabang. Ada yang khusus untuk online delivery dan dine in.

Hal-hal yang fundamental bagi operasional Toko Kopi TUKU ada 4 : produk, lokasi, pelayanan, dan suasana. Keempat hal tersebut tidak bisa dipisahkan. Misal merunut dari sebelum 2015, mereka melakukan riset dan memang banyak cara orang menikmati kopi. Mulai dari di warung kopi, kedai kopi, hingga ke tempat artisan kopi. Warkop identik dengan kopi sachet, sementara kedai kopi dan artisan mengolah biji kopi asli dengan memperhatikan rasa dan membandrol harga yang lebih mahal.

Menurut Diana, Kedai Kopi TUKU hadir untuk menjembatani antara dua hal tersebut : warkop dan artisan. Karena menurut mereka, ada gap harga antara warkop dan chain. Tidak ada yang harganya di tengah-tengah. Tak hanya itu, Jakarta merupakan salah satu kota tersibuk dan orang-orang di dalamnya selalu ingin hal yang praktis. Maka hadirlah Es Kopi Susu Tetangga, dengan pelanggannya adalah warga-warga sekitar.

Baca Juga : Membangkitkan Bisnis Kopi Lewat Jaringan Warkop Nusantara

Es Kopi Susu Tetangga

Toko Kopi TUKU mulai membuka pintunya di tanggal 1 Juni 2015. Saat itu, misinya sederhana : kami ingin menjual semua tentang kopi. Dan hal ini diwujudkan dengan menjual biji kopi, bubuk kopi, alat. pengolah kopi, hingga produk minuman kopi. Saat itu, di Cipete, mereka hanya toko kecil yang menjual kopi pada para tetangga di area sekitarnya.

Owner Toko Kopi TUKU, Andanu Prasetyo, merupakan seorang pebisnis yang gemar terjun langsung ke lapangan. Di awal berdirinya, bisnis Kopi TUKU masih benar-benar kecil. Sebagian besar dikerjakan sendiri, dan pegawai yang dipekerjakan pun masih sangat sedikit. Saat itu, beliau benar-benar ingin toko kopi kecilnya berkembang dan karenanya memberanikan diri untuk bertanya sana-sini kepada para tetangga yang merupakan pelanggan sekaligus penikmat kopinya.

Hasilnya, masyarakat lebih menyukai kopi yang dicampur susu, dengan rasa manis. Mengamati kesenangan masyarakat terhadap es cendol yang memakai gula aren, owner berpikir untuk mengkombinasikannya dengan kopi. Percobaan dimulai dengan meracik kopi gula aren dan memberikannya ke tetangga-tetangga sebagai tester. Setelah empat bulan, akhirnya ia berhasil menemukan formula racikan yang benar-benar enak dan menjadi ciri khas Kopi Susu TUKU hingga sekarang.

Berinovasi di Kala Pandemi

Selama pandemi, justru penjualan kopi di Toko Kopi TUKU berkembang pesat. Padahal, awlanya mereka hanya ingin survive di kondisi tersebut tanpa harus memecat atau mengurangi bayaran pegawai. Namun, siapa sangka bahwa keadaan yang serba dibatasi justru bisa membuat Kopi TUKU berinovasi.

Baca Juga : Lima Alasan Kenapa Budaya Inovasi Penting Bagi UMKM

Tahun lalu, hampir semua sektor bisnis terkena dampak pandemi. Namun, bagi Diana dan tim Kopi TUKU, yang terpenting adalah seberapa cepat dan pandai kita beradaptasi dengan kondisi ini. Makin cepat kita bergerak, tentu makin bagus. Mulai dari bulan Maret 2020, tim langsung berpikir cepat dan mengeluarkan produk kopi literan. Sebelumnya, mereka memang sudah mengadakan observasi kecil perihal kebiasaan pelanggan selama membeli kopi. Banyak dari mereka yang membungkus tiga hingga empat gelas kopi untuk dibawa pulang. “Kita jadi berpikir, apa mungkin dibuat saja versi satu liternya dalam botol agar lebih praktis jika mereka ingin ngopi di rumah ya?” papar Diana.

Ide ini akhirnya terwujud di kala pandemi. Saat itu, masyarakat tidak bisa lagi nongkrong di kafe-kafe atau kedai kopi sekadar untuk memesan segelas dua gelas kopi seperti biasa. Namun, tentu ada keinginan besar untuk tetap ngopi, tanpa harus menggiling sendiri ataupun beralih ke kopi sachet. Akhirnya, muncullah ide untuk menjual kopi susu dalam kemasan botol satu liter. Mereka menjualnya di kanal-kanal e-commerce.

Untuk mendukungnya, tim marketing menaikkan tagar #TUKUDIRUMAH di media sosial dan mengiklankan kopi literan ini sebagai produk yang pas untuk dinikmati masyarakat ibukota selama menjalani Work From Home (WFH). Tak hanya itu, mereka juga membagi beberapa resep dan tips bagaimana cara ngopi enak di rumah. Bayangan tetap bisa ngopi di rumah sambil bekerja ternyata sangat menarik bagi pelanggan. Alhasil, produk ini laku keras.

Baca Juga : 8 Jenis Inovasi Yang Efektif Untuk Menaikkan Skala UKM

Memasuki waktu Ramadhan dan Lebaran, Toko Kopi TUKU kembali berinovasi. Mereka menawarkan paket kopi botol literan yang bisa dikirimkan sebagai buah tangan untuk kerabat atau teman-teman pelanggan. Paket ini bisa disertai pesan pribadi pelanggan kepada penerima paket. Di waktu Lebaran saat orang-orang tidak bisa berkumpul bersama, produk ini diiklankan sebagai penjalin silaturahmi yang tepat.

Selain itu, penjualan menjual kopi sachet three in one dengan kopi, gula, dan krimer dalam satu kemasan juga meningkat. Pasalnya, kebiasaan pelanggan ngopi di rumah meningkat juga selama pandemi.

Rajin Membaca Kemauan Pelanggan

Khusus di kedai-kedai fisiknya, Toko Kopi TUKU menerapkan physical distancing dan hanya melayani pesan bungkus atau pesan antar. Saat pandemi, bertahan dengan e-commerce. Hingga saat ini, total karyawan mereka pun sudah mencapai 200 orang.

Menurut Diana, untuk tahu kemauan pasar, kita harus rajin-rajin mengamati pelanggan. Memang, setiap orang punya preferensi sendiri-sendiri soal kopi. Namun, jika kita amati, tentunya ada satu produk atau hal yang disenangi oleh mayoritas pelanggan. Bisa kita lihat, pelanggan yang sering kembali lagi dan lagi, tentu punya satu menu tertentu yang menjadi kesukaan. Kebetulan, di Kopi TUKU, rasa yang pas ada di campuran bahan-bahan utamanya. “Ada karakter rasa yang jadi khasnya Kopi TUKU di sana, dan cocok dicampur dengan kopi susu dan gula aren,” jelas Diana.

Baca Juga : Potensi Ekspor Rempah-Rempah di Pasar Eropa

Menjadi viral bukan tujuan utama dari Toko Kopi TUKU. Mereka lebih ingin membangun bisnis yang berkelanjutan. Salah satu cara menanamkan brand image ini adalah dengan berkomunikasi pelanggan lewat media sosial. Tak hanya itu, mereka juga mengadakan Kumpul Tetangga Online, yang merupakan acara ngobrol-ngobrol sambil ngopi bersama di rumah masing-masing secara virtual.

Perlu kemauan yang kuat, agar bisnis kita tak hanya sekedar jadi bisnis yang menghasilkan cuan. Toko Kopi TUKU sudah berhasil selangkah lebih maju dengan inovasi dan komitmennya. Nah, untuk naik kelas, teman-teman tidak hanya harus bekerja sendiri, namun juga membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat Indonesia. Hal ini pula yang sudah dibuktikan oleh mereka.


Referensi :

Webinar APINDO UMKM Akademi bertajuk “Komoditas Kopi Jadi Prioritas Nasional, Apa Peluangnya?” yang bisa diakses melalui link https://www.topkarir.com/article/detail/webinar-komoditas-kopi-jadi-prioritas-nasional-apa-peluangnya