Apakah Sahabat Wirausaha pernah mendengar kuliner rendang? YA, rendang merupakan sajian tradisional mendunia dari Sumatera Barat (Sumbar) yang lahir dari tradisi merantau dari budaya pandai besi di kalangan masyarakat Minang. Merantau sendiri merupakan kebiasaan turun temurun untuk meninggalkan kampung halaman lalu berjuang di kampung orang lain yang dianggap lebih maju. Para perantau dulu biasanya akan dibekali dengan rendang karena dapat bertahan lama tanpa dipanaskan jika disimpan dengan baik.

Baca Juga: Inovasi Dari Rendang Kemasan Hingga Padang Rice Bowl

Sejak pertama kali diperkenalkan, cara menyantap rendang sampai saat ini tidak pernah berubah. Yakni menyantapnya dengan nasi panas. Atau jika tidak sempat membuatnya, kita bisa membelinya di Rumah Makan Padang. Melihat kondisi seperti itu Raffa Ongirwalu menganggapnya sebagai peluang bisnis baru dengan membuat inovasi olahan rendang agar menarik simpati anak muda. Penasaran apa yang dilakukan Raff Ongirwalu pada rendang? Berikut penuturannya.


Perjalanan Awal Melirik Pasar Rendang

Pemilik usaha Rendang Yoiko, Raffa Ongirwalu, menceritakan perjalanan awal memilih berjualan rendang. Katanya, bisnis rendang yang diturunkan oleh sang ibu, Yusnidar dipilih karena melihat market share dari makanan khas Sumbar tersebut. Ketika berbicara mengenai makanan yang pernah menyandang gelar sebagai yang terenak di dunia (survei CNN Internasional, 2011 dalam World’s 50 Delicious Food) itu, rendang menurut pandangannya begitu jauh berada dari lingkungan anak muda.

Baca Juga: Rendang Pak Ombak

Mulai dari pemilihan bahan baku sampai resep, semua dikerjakan oleh kalangan orang tua, terutama para ibu-ibu. Termasuk konsep cara menyantapnya pun masih sangat tradisional yakni harus berada di rumah makan atau dibeli sendiri lalu dibawa pulang seperti yang sudah disebutkan diatas. Kebiasaan seperti itu tentu saja sudah terkikis dari kalangan anak muda yang dikenal serba cepat, praktis, enak, dan tentunya kekinian.

Alhasil, pangsa pasar rendang yang seperti itu membuatnya risau. Menurutnya, jika keberadaan rendang diserahkan pada kaum milenial, bisa saja popularitas rendang menjadi lebih terangkat karena dikembangkan menggunakan bantuan teknologi. Setelah berpikir panjang, dia memberanikan diri putar otak dengan berbisnis usaha kuliner dengan bahan utama rendang menyasar pangsa pasar kalangan milenial.

Baca Juga: Tips Sukses Membangun Strategi Pemasaran Secara Offline dan Tetap Relevan ala Rendang Mizaki

"Selama ini rendang identik dengan ibu-ibu. Target pasarnya pun cenderung ke ibu-ibu atau orang tua. Dan saya ingin memperkenalkan rendang ke generasi milenial," ujarnya.


Berjualan Mengikuti Selera Anak Muda

Agar rendang mendapatkan perhatian kaum milenial, Raffa mengaku mengikuti perkembangan zaman. Kalau kita semua biasanya hanya menyantap rendang bersama nasi panas, gulai nangka dan teh tawar, rendang disulap sedemikian rupa agar anak muda lebih tertarik menyantap kuliner ini. Salah satunya dengan melakukan inovasikan varian atau bentuk olahan kekinian dengan bahan dasar rendang. Seperti misalnya membuat aneka macam menu seperti noodles box rendang, tortilla beef rendang, philly cheese beef rendang, rice box, rendang mozarella dan masih banyak lagi.

Baca Juga: Tren-tren dalam GoFood/GrabFood yang Penting Bagi Digital Marketing

Meskipun terdengar tak biasa, rasa dari aneka macam kuliner ini tak perlu dipertanyakan. Karena rendang-rendangnya dibuat dari bahan berkualitas seperti menggunakan santan kental dari kelapa tua, rempah pilihan, hingga cabai merah giling terbaik. Sedangkan dagingnya direndam menggunakan air kelapa demi mendapatkan cita rasa gurih. Tahapan berikutnya semua bahan-bahan tadi dimasak menggunakan api kecil hingga menjadi kuliner yang bernama kalio (rendang setengah jadi mirip gulai). Setelah enam jam berlalu kalio yang terus-terusan di masak tadi mengering dan berwarna kehitam-hitaman. Dari sini kita sudah bisa menyebutkan kuliner tersebut dengan nama rendang.

Tak sampai disitu, dia juga mengemas Rendang Yoiko dengan kemasan menarik agar dapat dijadikan sebagai oleh-oleh khas Sumbar. Berbicara mengenai buah tangan, agar rendangnya dapat bertahan lebih lama lagi (3-5 bulan) meskipun rendang adalah kuliner yang dapat bertahan cukup lama, sebelum jualannya sampai ke tangan konsumen, dia memasukkan rendang-rendangnya ke dalam mesin sterilisasi uap selama 45 menit. Alhasil, rendang-rendangnya dapat dinikmati dimanapun dan kapan pun.

Baca Juga: Cara Beradaptasi Sesuai Dengan Perkembangan Permintaan Pasar

Kemasannya pun dibuat semenarik mungkin dengan menggunakan standing pouch dari mulai ukuran 250 gram sampai 1 kilogram. Sama-sama kita ketahui, kemasan jenis ini terkenal dengan kehandalannya, ringan, mudah dibawa dan tidak mudah pecah. Makanan juga lebih awet karena memiliki zipper atau klip yang memungkinkan semua orang untuk menutup kembali kemasan dengan rapat.

Untuk urusan pemasaran, Raffa juga mengikuti pesatnya pertumbuhan teknologi seperti memanfaatkan e-commerce, bekerja sama dengan jasa kurir online, ojek online, food delivery baik dalam maupun luar kota. Tak lupa juga memanfaatkan media sosial seperti TikTok, Whatsapp bisnis, Google Business, dan YouTube hingga jualannya kini dikenal kalangan anak muda.

Baca Juga: 10 Tipe Inovasi Bisnis yang Perlu Dilakukan

"Karena semakin banyak kami aktif di dunia digital, semakin banyak pula konsumen yang melakukan pemesanan," ujarnya.

Selain pangsa pasar, Raffa juga membeberkan alasan melakukan inovasi rendang yakni agar rendang tidak tertinggal di tengah pesatnya pertumbuhan kuliner luar negeri di daerahnya. Yang paling penting, generasi milenial dapat menjaga keberadaan resep asli kuliner tradisional khas Minangkabau. Sebelum menyasar pasar digital, usaha yang dimulainya pada 2018 tersebut diakuinya dimulai dengan cara tradisional yakni berjualan dari mulut ke mulut sambil berjalan mengembangkan pasar yang lebih modern lagi diawali dengan membuat tampilan rendang yang simple, dan menarik.

Baca Juga: Apa itu Product Adaptation?


Punya Impian Ingin Ekspor Rendang Yoiko ke Luar Negeri

Meskipun menganggap diri sebagai UKM kecil, Raffa ternyata memiliki cita-cita besar. Salah satunya ingin memasarkan Rendang Yoiko ke luar negeri. Dia meyakini dengan menembus pasar ekspor, penjualannya pun akan semakin meningkat. Tak hanya itu, melakukan ekspor bisa menjadi salah satu cara yang dapat dilakukan pelaku UKM untuk menembus pasar internasional hingga meraih kesuksesan.

Sayang, bagi pelaku UKM pasar ekspor kerap dianggap menyulitkan karena memiliki biaya kirim yang mahal sampai harus menghadapi rumitnya proses bea cukai. Padahal, ekspor barang justru lebih mudah jika dibanding impor karena tidak dikenakan pajak dan bea ke luar negeri.

Baca Juga: Membangun Brand Positioning Agar Bisnis Berkembang

Cukup dengan menyiapkan beberapa dokumen legalitas seperti Surat Izin Perdagangan (SIUP), Tanda Daftar Perusahaan (TDP), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Nomor Identitas Kepabeanan (NIK), serta dokumen pendukung lainnya seperti dokumen ekspor dan dokumen tambahan lainnya.

Tak hanya ingin bisa ekspor, impian Raffa lainnya yakni mendapatkan bimbingan untuk mendirikan kafe yang belum pernah ada di Indonesia dengan konsep minimali, atau outdoor, atau rumahan, yang tentunya mendukung segala macam aktivitas anak muda.


Tips Memulai Usaha dari Rendang Yoiko

Dari semua pengalaman yang didapatkan selama berjualan rendang, Raffa Ongirwalu memberikan pengalaman kepada kita semua untuk memulai usaha rendang dengan konsep kekinian. Raffa Ongirwalu berpesan agar tidak melihat apa yang dilakukan kompetitor. Jadilah diri sendiri, bangun brand dengan ciri khas sendiri. Jangan lupa mengutamakan attitude, dan memberikan pelayanan terbaik.

Baca Juga: Langkah Aksi Membangun Brand untuk Meningkatkan Nilai dan Citra Positif Produk/Perusahaan

Begitulah sekilas perjalanan Rendang Yoiko dalam mengubah image kuliner tradisional menjadi makanan kekinian. Tentu saja apabila perkara tersebut dikerjakan dengan konsisten, akan berbuah manis seperti yang Raffa dapatkan. Harapan kami Sahabat Wirausaha bisa terinspirasi dari perjalanan bisnis Rendang Yoiko ini. Bagi Sahabat Wirausaha yang bisnisnya masih berjalan, agar tidak pernah memadamkan api semangatnya.

Jika merasa artikel ini bermanfaat, yuk bantu sebarkan ke teman-teman Anda. Jangan lupa untuk like, share, dan berikan komentar pada artikel ini.

Sumber artikel:

1. Wawancara Langsung

2.https://www.kompas.com/food/read/2022/01/06/113400...

3. https://www.kompas.com/food/read/2022/01/09/150600...

4. https://www.bbc.com/indonesia/vert-fut-44755549

5.https://www.idxchannel.com/economics/bagaimana-car...