Kita mungkin sudah tidak asing lagi dengan kata omzet, umumnya baik para pedagang maupun produsen akan mengeluh ketika omzet turun dan sebaliknya akan sumringah serta semangat ketika omzet naik. Lalu apa itu omzet?

Menurut KBBI, Omzet adalah jumlah uang hasil penjualan barang dagangan tertentu selama suatu masa jual. Dengan kata lain, kita dapat memahami omzet sebagai seluruh jumlah uang yang diperoleh dari hasil penjualan dalam jangka waktu tertentu tanpa dikurangi dengan biaya-biaya seperti biaya bahan baku, biaya produksi, biaya upah karyawan, biaya sewa, biaya pemasaran, dll, untuk itu omzet seringkali disebut sebagai pendapatan kotor.

Baca Juga: Tips Membuat Bundling Product Untuk Tingkatkan Omzet Melalui Upselling dan Cross-selling

Bagaimana cara menghitung omzet usaha? Kita dapat secara mudah menghitung omzet usaha dengan cara menjumlahkan seluruh hasil penjualan usaha. Sebagai contoh, ada sebuah usaha souvenir pernikahan dimana dalam 1 bulan mampu menjual produknya sebagai berikut:

Tabel 1. Ilustrasi penjualan souvenir pernikahan selama 1 bulan

Sumber: ilustrasi penulis

Pada tabel 1 kita mengetahui bahwa penjualan souvenir pernikahan selama 1 bulan terdiri dari souvenir kipas, dompet, tempat tisu, dan gelas dengan harga jual per unit dan jumlah yang terjual sesuai dengan informasi di atas, maka untuk menghitung omzet pada bulan tersebut kita dapat mengalikan harga jual dengan jumlah unit souvenir yang terjual. Total dari jumlah uang yang diterima dari penjualan souvenir selama 1 bulan ini yang disebut sebagai omzet usaha. Perhitungan omzet usaha souvenir pernikahan diilustrasikan pada box 1 berikut.

Box 1. Ilustrasi perhitungan omzet souvenir pernikahan

Sumber: ilustrasi penulis

Pada box di atas kita telah mendapatkan bahwa omzet usaha souvenir pernikahan selama 1 bulan adalah Rp 14.525.000, jika usaha souvenir pernikahan tersebut memiliki pendapatan yang kurang lebih atau secara rata-rata sekitar Rp 14 juta/bulan, maka kita dapat memperkirakan bahwa omzet usaha selama 1 tahunnya adalah sekitar Rp 168 juta. Dengan demikian, usaha souvenir tersebut masih tergolong ke dalam skala Usaha Mikro, yang merujuk pada UU no.20/2008, Usaha Mikro adalah usaha dengan omzet per tahun maksimal Rp 300 juta (ulasan rinci tentang kriteria UMKM dapat dilihat disini).

Baca Juga: Arenkula Nusantara, Warisan Tanah Kelahiran dengan Omzet Rp80 Juta Per Bulan

Besarnya nilai omzet usaha seringkali dijadikan sebagai patokan atau indikator untuk menilai skala suatu usaha, juga umum digunakan untuk mengukur kinerja tim manajemen. Namun omzet belum mencerminkan keuntungan bersih yang mampu kita dapatkan. Ini dikarenakan nilai omzet belum mempertimbangkan beban-beban yang harus kita keluarkan dalam menjalankan usaha atau omzet merupakan pendapatan kotor bukan pendapatan bersih, untuk mengetahui informasi mengenai laba bersih (net profit) dapat dilihat disini.

Baca Juga: Kemitraan, Stretegi Bisnis UMKM dalam Meningkatkan Omzet Penjualan

Bagaimana meningkatkan omzet? Berikut ini adalah cara umum yang dapat kita lakukan, diantaranya:

1. Meningkatkan aktivitas pemasaran

Untuk memperbesar penjualan kita dapat mencapainya melalui peningkatan aktivitas pemasaran seperti promosi, ikut bazaar, aktif melakukan posting produk di media sosial, hingga mengiklankan produk. Misalnya dari pengalaman, tingkat konversi penjualan adalah sekitar 1%, artinya, kita harus berpromosi kepada 100 orang untuk menghasilkan penjualan 1 unit produk kita dengan harga Rp10,000. Nah, jika kita ingin meningkatkan omzet dari Rp10,000 menjadi Rp100,000; maka kita harus menjual 10 unit, dan untuk itu kita harus berpromosi ke setidaknya 10,000 orang.

2. Meningkatkan kualitas layanan

Kualitas pelayanan yang dapat kita tingkatkan meliputi kualitas dalam menjawab dan merespon calon konsumen dan kualitas pengemasan produk. Admin yang bertugas dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan konsumen harus dengan cekatan merespon calon konsumen agar jadi membeli produk kita dan menjadi konsumen kita. Kemudian, pengemasan produk juga harus dipastikan rapih sehingga tidak berisiko apabila dikirimkan ke konsumen melalui jasa pengiriman. Kita juga bisa menawarkan kenyamanan bertransaksi dengan metode transfer atau cicilan, yang disertai dengan garansi. Hal ini umumnya efektif untuk memicu dihasilkannya testimoni dan promosi dari mulut ke mulut konsumen (word of mouth). Kita juga bisa memberikan harga atau hadiah khusus bagi konsumen yang membeli dalam kuantitas yang lebih banyak, dalam rangka membangun hubungan baik dan loyalitas konsumen.

Baca Juga: Murafa Gemstone, Berawal Modal Rp 200 Ribu Kini Omzet Rp 15 Juta

3. Meningkatkan kualitas produk

Setelah meningkatkan aktivitas pemasaran dan layanan konsumen, hal yang tidak kalah penting adalah meningkatkan kualitas produk kita untuk memastikan bahwa konsumen akan kembali melakukan pembelian produk kita. Ciptakan varian yang lebih unik dan mantap, lengkapi sertifikasi produk, dan lain sebagainya.

Untuk ulasan lebih detail mengenai strategi meningkatkan omzet dapat dilihat disini. Salam Naik Kelas!

Jika merasa artikel ini bermanfaat, yuk bantu sebarkan ke teman-teman Anda. Jangan lupa untuk like, share, dan berikan komentar pada artikel ini ya Sahabat Wirausaha.

Referensi: Investopedia