Sumber : Unsplash

Sahabat Wirausaha mungkin banyak mendengar para pendiri start-up yang kemudian juga memimpin bisnisnya sebagai direktur atau sering juga dikenal sebagai Chief of Executive Officer (CEO). Beberapa usaha memang menggabungkan peran keduanya dimana posisi CEO dijabat oleh pendiri usaha. Akan tetapi, sebenarnya terdapat perbedaan yang mendasar antara Owner usaha (termasuk yang mendirikannya) dan CEO atau direktur. Keduanya tidak harus dipegang oleh satu orang yang sama dan tentu saja akan memberikan konsekuensi sendiri juga bagi proses usaha.


Definisi Owner dan CEO

Owner adalah individu yang secara hukum memiliki usaha dan menjadi Owner atas aset dan profit yang didapatkan oleh perusahaan. Owner biasanya merupakan pendiri dari usaha yang dimiliki. Pada beberapa kasus, Owner juga bisa saja bukan pendiri karena sudah ada sebagian kepemilikan yang didistribusikan kepada orang lain. Hal ini dapat dilakukan melalui proses partnering dan penjualan kepemilikan dalam bentuk saham.

Baca Juga: Membangun Tim Dengan Budaya Inovasi

Sebaliknya CEO atau manajer adalah pihak yang ditunjuk oleh CEO untuk menjalankan perannya dalam memaksimalkan keowneran mereka yang ada pada bisnis. CEO ini dapat dikatakan sebagai perpanjangan tangan dari Owner untuk menjalankan usaha. CEO juga memiliki istilah dan tingkatan yang berbeda. Biasanya tertinggi CEO adalah CEO. Beberapa usaha juga menggunakan istilah presiden sebagai CEO di level tertinggi. Meskipun berbeda istilah, CEO memiliki peran yang kembali lagi sama seperti yang telah disebutkan sebelumnya.


Perbedaan Mendasar Antara Owner dan CEO

Owner dan CEO memiliki beberapa perbedaan yang mendasar. Pertama, Owner adalah pihak yang memiliki nilai dan kuasa penuh terhadap bisnis. CEO hanya bertugas untuk memastikan bahwa nilai dan peraturan yang dibuat dalam bisnis dijalankan oleh seluruh karyawan. Sekilas faktor ini akan sangat menguntungkan dimana owner memiliki kuasa penuh terhadap bisnis. Akan tetapi, perlu diperhatikan bahwa dibalik kuasa terdapat tanggung jawab yang begitu besar.

Baca Juga: Memberdayakan Karyawan Dengan Berbagai Kepemilikan

Sebagai contoh, ketika target penjualan bisnis tidak tercapai karena pandemi, CEO cenderung tidak akan terlalu memikirkan permasalahan yang dihadapi bisnis selama mereka telah melakukan yang terbaik. Berbeda dengan owner dimana mereka tidak bisa membiarkan bisnisnya mengalami kerugian. Hal ini dikarenakan tanggung jawab utama berjalannya bisnis kembali lagi kepada owner.

Kedua, owner dan CEO menerima bentuk insentif yang berbeda. Owner akan menerima laba bersih atas kegiatan operasional bisnis dan CEO akan menerima gaji. Apabila dilihat lebih dalam, posisi kedua insentif ini berbeda dalam laporan laba rugi. Gaji yang dibayarkan kepada CEO akan dianggap sebagai beban operasional yang dikeluarkan sebelum pembayaran bunga dan juga pajak, sedangkan owner akan menerima laba bersih yang telah dipotong oleh biaya bung adan pajak.

Baca Juga: Rekomendasi Buku Kepemimpinan Untuk Pemilik Usaha

Menariknya, semakin besar beban operasional, maka akan semakin kecil laba bersih yang akan didapatkan oleh owner. Kondisi ini tentu saja menimbulkan sebuah tendensi dimana owner pasti akan memilih memberikan gaji yang relatif kecil untuk memastikan laba bersih yang lebih besar. Akan tetapi, kondisi ini justru akan menyebabkan satu permasalahan baru yang disebut sebagai agency cost.

Agency cost adalah sebuah kondisi dimana CEO tidak mendapatkan insentif yang layak dalam mengelola usaha. Hal ini kemudian membuat CEO mencari insentifnya sendiri dengan memaksimalkan manfaat yang bisa dia dapatkan, seperti menggunakan kendaraan kantor untuk kepentingan pribadi, menggunakan fasilitas kantor dan lainnya.

Oleh karena itu, Owner juga harus mampu memberikan insentif yang layak bagi CEO sehingga bisnis dapat berjalan dengan baik. Salah satu solusi lainnya adalah dengan menjadikan CEO sebagai Owner dari sebagian kecil bisnis sehingga mereka juga akan memaksimalkan peran mereka untuk keperluan bisnis.

Baca Juga: Apa itu Bumping Karyawan?


Manakah yang Lebih Baik, menjadi CEO atau Owner?

Pertanyaan mengenai mana yang lebih baik untuk menjadi CEO atau owner tentu tidak akan mudah untuk dijawab. Setiap peran tersebut memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing seperti yang telah dibahas sebelumnya.

Individu dengan karakteristik yang cenderung tidak berani mengambil risiko dan kurang kreatif mungkin lebih tepat menjadi CEO. CEO tidak memiliki tanggung jawab penuh terhadap bisnis yang dikelola. Selama CEO telah melaksanakan tugasnya dengan baik, maka tanggung jawabnya selesai. Kekurangan dari CEO adalah posisinya yang bergantung pada owner. Besaran insentif dan pengaruh yang akan didapatkan CEO tentu saja akan bergantung pada kebijakan dari owner, dimana besarannya tentu saja tidak lebih besar jika dibandingkan dengan owner.

Baca Juga: Cara Tepat Menerima Kritik dan Saran Karyawan

Sebaliknya, individu yang cenderung suka berinovasi dan berani mengambil risiko mungkin lebih cocok untuk menjadi Owner. Individu memiliki peran yang sangat besar dalam sebuah bisnis. Mereka yang menentukan arah dan di saat yang sama memegang tanggung jawab terhadap bisnis yang mereka miliki. Kelebihan dari Owner adalah posisinya sebagai pihak yang paling berkuasa terhadap suatu bisnis. Secara insentif, Owner juga mendapatkan bagian yang relatif besar dimana mereka berhak atas seluruh keuntungan yang diperoleh bisnis. Owner juga dapat memiliki kuasa untuk memutuskan nasib CEO.

Terlepas dari karakteristik individu masing-masing, Sahabat Wirausaha tentu akan lebih baik menjadi seorang Owner. Dalam banyak istilah, Owner ini dapat disebut juga sebagai pengusaha dan CEO adalah karyawan. Setinggi apa pun level CEO, mereka akan tetap menjadi karyawan bagi Owner. Selain itu, menjadi pengusaha berarti juga memberikan kesempatan lebih banyak lagi bagi masyarakat untuk bekerja.


Menjadi Owner dan CEO Pada Saat yang Sama

Seperti yang telah dibahas pada awal tulisan, belakangan ini muncul tren dimana Owner dan CEO adalah individu yang sama. Kondisi ini biasanya terjadi pada bisnis start-up dimana pendiri yang juga bertindak sebagai Owner bisnis juga memainkan peran dalam menentukan arah bisnis.

Baca Juga: Perlukah Mencari Solusi Kepada Pihak Berpengalaman?

Pada masa awal bisnis start-up, pendiri memang memainkan peran penting dalam menentukan arah bisnis. Mereka yang memahami apa yang harus dilakukan dalam beberapa tahun sejak pertama kali sebuah bisnis start-up didirikan. Hal ini juga dipahami oleh banyak stakeholder lain dari bisnis, seperti investor. Tidak jarang salah satu syarat untuk mendapatkan pembiayaan adalah dengan memberikan. Kondisi ini berarti sang pendiri bisnis harus menjalankan dua peran yang sama pada satu waktu, yaitu Owner dan juga CEO.

Peran sebagai Owner dan CEO juga sering ada pada pelaku UMKM. Banyak pelaku UMKM yang harus memainkan peran sebagai Owner dan juga CEO pada waktu yang sama karena memang belum memiliki sumber daya untuk menunjuk CEO. Pada kondisi ini, pelaku UMKM harus menanggung beban yang relatif cukup berat karena harus memikirkan tanggung jawab sebagai Owner dan juga teknis sebagai CEO. Satu-satunya kelebihan dari kondisi ini adalah tidak adanya agency cost dimana kepentingan CEO dan Owner berbeda.

Baca Juga: Memahami Berbagai Jenis Aset Untuk Mulai Menyusun Langkah Diversifikasi Rasio

Dalam menjalankan kedua peran tersebut, kesalahan yang paling sering terjadi adalah terjebak pada rutinitas sebagai CEO. Pelaku UMKM akan menjadi sangat sibuk dengan teknis dan lupa untuk memikirkan potensi pengembangan usaha yang merupakan tugas menjadi Owner. Pelaku UMKM harus mampu memikirkan apa yang merupakan menjadi tugas Owner.

Pada sisi yang lain, pelaku UMKM dengan kedua peran tersebut juga tidak boleh merupakan perannya sebagai CEO. Mereka harus memikirkan aspek-aspek teknis dan memastikan proses produksi berjalan dengan baik. Kombinasi yang tepat dari kedua peran tersebut yang akan membaut pelaku UMKM mampu untuk naik kelas dan menunjuk CEO.

Nah, demikian beberapa perbedaan antara Owner dan CEO. Semoga Sahabat Wirausaha sudah dapat membedakan di antara keduanya dan memastikan bahwa kedua peran tersebut berjalan dengan baik pada bisnis Sahabat Wirausaha.

Jika merasa artikel ini bermanfaat, yuk bantu sebarkan ke teman-teman Anda. Jangan lupa untuk like, share, dan berikan komentar pada artikel ini ya Sahabat Wirausaha.