Bottom view women protesting outdoors

Peribahasa tersebut menyiratkan bahwa semakin tinggi kedudukan sesuatu hal, semakin banyak cobaan atau masalah yang menimpanya. Namun, kiranya hal ini tidak berlaku di dunia usaha, Usaha Kecil Menengah (UKM) walaupun kecil, banyak masalahnya layaknya usaha besar.

Mulai dari pendanaan, operasional, pemasaran, dan sumber daya manusia. Berbagai cara dilakukan untuk menyelesaikan ataupun meringankan beban dan masalah UKM.

UKM yang kontribusinya besar terhadap negara, sudah saatnya saling bahu-membahu dan tolong menolong memberdayakan keberadaannya. Tolong menolong bisa berasal dari mana saja. Mulai dari peraturan pemerintah, bantuan pemerintah, uluran tangan usaha besar, hingga UKM itu sendiri yang membantu sesamanya.

Maka dari itu, di artikel Bedah Kasus ini kita akan membahas bagaimana pemberdayaan yang dapat dilakukan bagi UMKM. Bagaimana caranya dan apa manfaatnya? Yuk kita bahas bersama dengan berbagai cerita berikut ini.


Bu Yetty Si Gigih dari Purwakarta Memberdayakan UKM Sekitarnya Lewat Sate Maranggi

Tak asing di telinga, Sate Maranggi Bu Yetty jadi primadona bagi para penikmat daging yang dibakar menggunakan tusukan bambu tersebut. Namanya melejit memperkenalkan Sate Maranggi dari Purwakarta. Restorannya yang paling besar berada di Cibungur, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat yang terlihat dari pinggir jalan, tak jauh dari gerbang tol Cikampek.

Baca Juga: Manfaat dan Kebijakan Pemberdayaan Perempuan bagi Usaha

Perempuan yang sudah berkepala 5 tersebut, merintis usahanya mulai di tahun 1990-an. Ia mengaku bahwa awalnya ia dalam kesulitan ekonomi dan ingin mencoba peruntungan di dunia bisnis.

Sebelum Ibu Yetty tersebut berjualan, ayahnya sudah terlebih dahulu memiliki UKM berupa warung es kelapa di pertengahan tahun 1980an. Ayahnya yang sudah memiliki banyak pelanggan setia, menawari Bu Yetty untuk membuka warung sate bersamaan dengan Ayahnya.

Berbagai macam sate awalnya dijual oleh Bu Yetty, bermodalkan sekitar Rp200.000 dengan 2 kilo gram daging, ia berjualan dengan gigih. Mulut ke mulut pemasarannya juga berhasil dilakukannya dengan memberikan pelayanan dan rasa yang terbaik bagi pelanggannya.

Sempat beberapa kali berpindah jualan dan akhirnya sampai sebesar sekarang dan menetap di Jalan Cibungur yang merupakan jalan utama di sekitar Cikampek-Purwakarta dengan total lebih dari 1,5 ton daging tiap harinya yang siap disantap para penggemarnya. Bu Yetty akhirnya melebarkan sayapnya untuk membuka cabang di sekitar Jabodetabek yaitu di Kawasan Cibubur. Kini masyarakat Jabodetabek tidak perlu jauh untuk menikmati santapan khas Purwakarta tersebut.

Kesuksesannya, tidak membuat dirinya lupa untuk membantu sesama. Seiring dengan meningkatnya penjualan, Bu Yetty merangkul UKM-UKM lain yang merupakan milik sanak saudaranya untuk bergabung menjajakan kuliner di tempat yang ia punya.

Tak heran jika, sekarang berbagai menu hadir di restoran milik Bu Yetty. Mulai dari soto, sop, gado-gado, keredok, gorengan, dan aneka minuman. Kini penjual yang bergabung di tempat Bu Yetty telah memasuki generasi kedua.

Baca Juga: Tips Memulai Usaha Dagang atau Toko Online

Bantuan Bu Yetty, bukannya menurunkan omsetnya, namun justru meningkatkan omsetnya. Karena pelanggan memiliki banyak pelengkap kuliner dalam menyantap hidangannya. Mantapnya sate maranggi, ditemani gorengan dan keredok, sesuap nasi tutuk oncom, dan es kelapa dapat dinikmati kini dengan kolaborasi berbagai UKM di lapak milik Bu Yetty.


Dari Halte ke Halte, Bantuan Pemasaran Lewat Media Digital

Dunia digital, memang mengubah berbagai cara hidup manusia dan dunia usaha. Mulai dari pencatatan keuangan yang terotomatisasi, proses pembayaran kompensasi yang terjadwal rutin tanpa telat, hingga pemasaran yang cepat meluas tanpa memberikan selebaran-selebaran tapi melalui media-media digital.

Mungkin, banyak dari kita yang selalu bingung untuk mencari makanan di sekitar stasiun atau halte dari transportasi umum. Dengan berkembangnya internet, banyak yang mencari rekomendasi makanan di sekitar dengan menggunakan jejaring sosial.

Muncul keresahan dan peluang tersebut, Bowo, penggagas akun Dari Halte Ke Halte (DHKH) membuat akun rekomendasi, mengulas, dan mempromosikan santapan-santapan menggugah selera di sekitar stasiun kereta, stasiun MRT, dan juga halte bus Transjakarta (Tije).

Baca Juga: UMKM Retail MRT Jakarta

Sang pemilik akun mengaku ia hanya melakukan pengulasan terhadap para pelaku usaha kecil dan menengah karena ingin membantu mereka berpromosi. Banyak akhirnya makanan yang meningkat penjualannya seperti Dimsum Arsyif yang berada di sekitar Stasiun Sudirman. Banyak yang mencarinya karena murah dan enak. Selain itu, berbagai hidangan dalam gang juga mulai menjadi primadona bagi kalangan muda-mudi.

Lambat laun, akunnya meningkat pengikutnya di dua media sosial yaitu Twitter dan Instagram. Pengikutnya kini berjumlah lebih dari 80 ribu. Banyak masyarakat yang antusias untuk melakukan pelesiran di sekitar pangkalan transportasi umum tersebut.

Akhirnya dibuatlah komunitas untuk melakukan wisata kuliner di sekitar Jakarta tersebut. Sang pemilik akun juga akhirnya sempat membuat program kopi darat untuk berburu kudapan dan hidangan di daerah kota tersebut.

Munculnya, akun tersebut memberikan dampak positif bagi pelaku usaha di sekitar halte dan stasiun di daerah Jakarta dan Sekitarnya. Banyak penggiat bisnis tersebut mendapatkan tambahan omset dari terkenalnya mereka di akun tersebut akibat banyak masyarakat yang penasaran dan ingin mencicipi nikmatnya hidangan-hidangan tersebut.

Bahkan, banyak bermunculan jasa titip beli kuliner tersebut untuk dibawakan ke domisili-domisili yang jauh dari sekitar tersebut. Itulah hebatnya dunia digital, sebuah akun dapat mengubah banyak usaha kecil menengah jadi lebih baik lewat ulasan dan video pendek.

Baca Juga: Jenis-Jenis Promosi Paling Pas Untuk Bisnis Kuliner


Pandemi Muncul, Pemerintah Turun Tangan Berikan Bantuan Langsung Tunai

Maret 2020, Indonesia digegerkan munculnya kasus pertama COVID-19. Kasus ini membuat pemerintah menyerukan masyarakat untuk mengurangi kegiatan di luar rumah dan memperketat mobilitas masyarakat. Ekonomi mulai lesu, banyak sektor berdarah dalam beberapa bulan.

Pemutusan hubungan kerja banyak dilakukan dan UKM juga terkena imbas karena masyarakat lebih memilih membeli barang/jasa di tempat yang higienisnya lebih tinggi. Pemerintah pun putar otak untuk mengembalikan ekonomi seperti sedia kala.

Pemerintah akhirnya memberikan kebijakan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) di pertengahan 2020. Hal ini dilakukan untuk menunjang ekonomi negara yang kandas di tengah ganasnya virus mematikan COVID-19. UKM tak luput dari perhatian pemerintah.

Pemerintah memberikan program bantuan produktif untuk usaha mikro yang disalurkan secara langsung sebesar Rp2,4 juta per pelaku usaha mikro. Penyalurannya dimulai pada 17 Agustus 2020. Selain itu, pemerintah juga melakukan pemberian program khusus soal pembiayaan bagi UKM yang sudah sekiranya layak untuk mendapatkan layanan perbankan dengan program restrukturisasi kredit, subsidi pajak, dan subsidi bunga.

Baca Juga: Kisah Inspiratif Fitria Apriyani, Jadikan Hobi Sebagai Peluang Usaha

Bantuan-bantuan tersebut digelontorkan pemerintah untuk memperkuat modal kerja kepada pelaku usaha khususnya pelaku UKM yang belum dapat mendapatkan pembiayaan perbankan dan tetap bisa bertahan serta bangkit di masa pandemi COVID-19. Pemerintah sendiri menargetkan untuk memberikan bantuan tersebut ke 12 juta pelaku usaha mikro.

Namun sayangnya, terdapat temuan dari Badan Pengawas Keuangan yang menyatakan bahwa bantuan produktif untuk usaha mikro memberikan dana kepada mereka yang tidak layak atau tidak sesuai dengan ketentuan program tersebut.

Temuan tersebut akhirnya ditindaklanjuti oleh pihak Kementerian Koperasi dan UKM RI. Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM RI menyatakan bahwa kekeliruan ini sebabnya adalah kurangnya data terintegrasi yang dimiliki oleh negeri kita mengenai data pelaku usaha UKM. Sehingga, program tersebut dapat terjadi kekeliruan berupa penyaluran yang tidak tepat sasaran.

Terlepas dari polemiknya, bantuan pemerintah tersebut membantu masyarakat khususnya para pelaku usaha untuk bisa bertahan di kondisi serba susah ini ketika COVID-19 menyerang berbagai tatanan kehidupan masyarakat kita. Banyak juga masyarakat yang terkena dampak PHK beralih menjadi pelaku usaha UKM.

Di mana Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan bekerja sama dengan PNM mendapatkan bahwa 75,9% usaha penerima 75,9% usaha penerima program tetap membuka usaha di masa pandemi COVID–19. Melalui program BPUM, dinyatakan terjadi kenaikan omzet rata-rata sebesar 41,1% setelah masa pencairan bantuan.

Baca Juga: APINDO UMKM Akademi Seri Industri Kuliner Seni Membangun Jaringan Reseller untuk Perluas Distribusi


Pelaku UKM Jadi Prioritas Penerima Vaksin

Awal 2021 bak awal yang baru bagi Indonesia. Program vaksinasi diluncurkan pemerintah untuk mendapatkan “Herd Community” dengan memulai program vaksinasi dengan membeli vaksinasi Sinovac dan Aztra Zaneca di awal program tersebut.

Awalnya program tersebut diperuntukkan tenaga medis yang menjadi garda terdepan untuk melawan COVID-19 karena terpapar langsung dengan virus nan ganas tersebut. Kemudian pegawai publik dan lansia menjadi prioritas berikutnya karena sangat rentan untuk mendapat penularan dari mereka yang sedang terjangkit penyakit tersebut.

Per 1 April 2021, pemerintah akhirnya membuka program vaksinasi COVID-19 untuk para pelaku usaha kecil menengah (UKM) yang diumumkan langsung dari Kementerian Koperasi dan UKM RI. Hal ini dilakukan pemerintah karena dampak pandemi cukup besar dirasakan oleh UKM dan sebagai percepatan pemulihan ekonomi nasional akibat dampak pandemi.

Baca Juga: Perspektif Gender Dari Hasil Survei Pedagang Online Selama Pandemi COVID-19

Program vaksinasi ini mulai akan dilakukan di Jakarta per 1 April 2021, kemudian akan dilakukan di kota-kota lainnya. Seperti di Yogyakarta, Semarang, Solo, dan Makassar pada 8 April 2021.

Pendaftarannya juga cukup mudah di mana akan ditangani oleh dinas-dinas terkait di daerah yang membidangi Koperasi dan UKM. Sedangkan untuk pelaksanaannya sendiri akan diambil alih oleh Dinas Kesehatan dan Kementerian Kesehatan RI sebagai penyedia vaksinnya.


Shopee Kaji Ulang Produk yang Dapat Diimpor Masyarakat

Para pengguna salah satu pasar digital terbesar di Indonesia digegerkan dengan hilangnya barang-barang impor di aplikasi Shopee. Kepala Kebijakan Publik Shopee Indonesia, mengatakan bahwa Shopee sedang melakukan kajian kembali untuk barang-barang yang dapat diimpor oleh masyarakat Indonesia. Pengkajian ulang ini dilakukan demi menciptakan ekosistem dan pengalaman belanja yang lebih nyaman.

Sebelumnya, pelaku UKM sempat khawatir akibat masyarakat langsung membeli barang impor langsung tanpa keterlibatan UKM. Sehingga, pemerintah mengeluarkan beberapa peraturan untuk membatasi kejadian ini terus berlangsung.

Selain itu, Shopee juga membuka kesempatan yang lebar bagi para pelaku UKM untuk ekspansi bisnisnya ke luar negeri. Shopee menjalankan berbagai program untuk UKM mulai dari pelatihan Go Digital hingga Go Global melalui Kampus Ekspor Shopee yang saat ini sudah ada di Kota Solo, Jawa Tengah.

Baca Juga: Mengenal Ragam Platform Aplikasi Pesan Untuk Bisnis (Telegram, WA Bisnis, Line)

Selain itu, Shopee juga berkomitmen untuk memberikan 5.000 perangkat komputer ke desa guna mempercepat proses digitalisasi di desa. Di tiap-tiap desa tersebut nantinya akan dibangun Shopee Center untuk bagi pelaku UKM mendapatkan pelatihan dan pendampingan bisnis.

Bantuan dan kebijakan Shopee ini menjadi angina segar bagi para pelaku UKM. UKM kini bisa memasarkan produknya hingga lewat batas negara Indonesia. Pelaku UKM juga tidak perlu takut untuk bersaing dengan produk-produk asing.


Peluang Besar

Melihat banyaknya cara untuk meningkatkan dan mempertahankan pelaku usaha kecil menengah di Indonesia, memberikan secercah harapan bahwa kondisi usaha kecil menengah di Indonesia bisa terus meningkat dan menjadi lebih baik seiring dengan berjalannya waktu.

Namun, tak bisa dipungkiri, masih banyak batu sandungan yang harus dihadapi Indonesia. Seperti permasalahan basis data yang masih jadi persoalan dari tahun ke tahun. Sehingga, pemerintah Indonesia kadang sulit untuk membuat kebijakan yang presisi karena kondisi data yang simpang siur tanpa ada kejelasan dan pembaharuan data.

Kemudian, akses modal kerja juga masih sulit dirasakan kebanyakan dari pelaku UKM tersebut. Tak sedikit pula akhirnya terjebak di lintah darat yang akhirnya malah menghabiskan harta mereka. Perlunya dukungan berbagai pihak untuk mempermudah akses pembiayaan seperti PNM, Pegadaian, dan peer-to-peer lending.

Tak dapat dipungkiri kemampuan UKM untuk memasarkan produknya lebih luas juga menjadi permasalahan, banyak UKM yang belum mengerti dunia digital yang hanya memasarkan produknya sebatas mulut ke mulut bahkan usahanya tidak berkembang selama bertahun-tahun. Sosialisasi mengenai pentingnya pemasaran digital perlu dilakukan untuk meningkatkan kemampuan para pelaku usaha tersebut.

Baca Juga: Mengintip Peluang Cuan Bisnis Lestari dengan Mengolah Sampah Ampas Kopi dan Teh

Namun, semua kesulitan itu bisa menjadi peluang bagi para pelaku bisnis untuk terus maju dalam menjalankan bisnisnya. Bisa dilakukan dengan membuka jejaring koneksi seperti yang dilakukan Bu Yetty, melakukan promosi digital, memperbanyak literasi mengenai ekspansi bisnis sampai ekspor serta mengikuti program vaksinasi pemerintah sehingga dapat mengurangi risiko terpapar dari virus COVID-19.

Akhirnya, pertolongan yang dilakukan berbagai pihak memberikan harapan atas masa depan UKM dan masih banyak peluang bagi UKM di masa mendatang untuk bisa lebih maju dan sejahtera. Oleh karenanya, tolong menolong dari Sahabat Wirausaha sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kesejahteraan dari berbagai pihak mulai dari pemerintah, swasta, maupun UKM sendiri serta UKM memiliki daya juang, pola pikir untuk berpikir lebih maju, berkembang lebih baik, dan pandai dalam melihat peluang-peluang yang ada.

Yuk kita sama-sama berjuang untuk memajukan UMKM sehingga naik kelas!

Jika merasa artikel ini bermanfaat, yuk bantu sebarkan ke teman-teman Anda. Jangan lupa untuk like, share, dan berikan komentar pada artikel ini ya Sahabat Wirausaha.

Referensi:

Dari Jualan Sate Maranggi, Yetty Sekolahkan 4 Buah Hati hingga Perguruan Tinggi - On Off Liputan6.com

Pelesiran ke Sate Maranggi Haji Yetty di Cibubur, Berikut Menu dan Harganya - Tribun Jakarta (tribunnews.com)

Akun Dari Halte ke Halte, Rekomendasi Kuliner Istimewa Kaki Lima - kuliner Cantika.com

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah - kemenkopukm.go.id

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah - kemenkopukm.go.id

Pelesiran ke Sate Maranggi Haji Yetty di Cibubur, Berikut Menu dan Harganya - Tribun Jakarta (tribunnews.com)

Jadwal dan Lokasi Vaksinasi Massal Pelaku UMKM Mulai 1 April 2021 - Tirto.ID

Viral Barang Impor Tak Bisa Dibeli, Ini Penjelasan Shopee - Ekonomi Bisnis.com

Ridwan Kamil: Shopee Tak Lagi Impor-impor, Sekarang Buka Peluang UMKM Ekspor (sindonews.com)

Ridwan Kamil: Akan Ada 5.000 Pusat Digital Desa yang Didukung Shopee - On Off Liputan6.com