Sahabat Wirausaha, mendirikan bisnis dapat dilakukan oleh siapa saja, termasuk oleh seorang karyawan swasta sekaligus ibu rumah tangga. Penasaran bagaimana cara owner Koffiku membagi waktunya? Berikut ulasannya.


Perjalanan Koffiku

Lidia Silvi Listio memulai usaha Koffiku di tahun 2017 sambil menjadi karyawan swasta dengan pengalaman kerja selama 20 tahun. Usahanya ini bisa dibilang cukup nekat karena di awal-awal, Lidia tak memiliki pengalaman apa pun sebagai pedagang kopi.

Baca Juga: Peluang Pasar: Kedai Kopi

Kala itu, yang terpikir di benaknya bagaimana caranya bisa memiliki usaha sambil mengurus rumah tangga tanpa harus melepaskan jabatannya sebagai karyawan di salah satu perusahaan di Surabaya. Niatnya baru terwujud (mendirikan usaha) ketika Lidia bertemu teman lamanya yang bekerja di pabrik pembuatan kopi instan spray dried (proses ekstrak kopi) yang mau memberikan bahan baku dengan harga miring.

Berbekal uang tabungan senilai Rp500 ribu, Lidia tergiur sambil membeli bubuk kopi dan produk lain berupa rempah-rempah seperti kayu manis dan cengkeh. Namun seiring berjalannya waktu, bisnis cengkeh dan kayu manis berhenti di tengah jalan karena keterbatasan biaya.

Selain tergiur karena harga yang cukup terjangkau, niat Lidia mendirikan usaha ini karena kegemarannya dengan minuman berbahan kopi. Usahanya mulai berkembang satu tahun kemudian dengan mendirikan perusahaan berbadan hukum dengan nama CV. Freysea Indo Citra.

Agar bisa terus berkembang, modal Rp500 ribu yang pernah dia keluarkan pertama kali tidak disentuh selain untuk kebutuhan bisnis. Jika mendapatkan laba, Lidia memutarkannya kembali untuk membesarkan modal seperti membeli produk dan alat untuk kebutuhan produksi. Hingga akhirnya, usahanya kini telah memiliki berbagai macam sertifikat seperti Halal, P-IRT, NIB, IUMK, NPWP, sampai Sertifikat Organik dari USDA dari Amerika dan CU dari Eropa.

Baca Juga: Membangkitkan Bisnis Kopi Lewat Jaringan Warkop Nusantara

Khusus untuk produk Gula Kelapa kapasitas produksinya bisa mencapai 2 kontainer per bulan. Koffiku juga pernah mengikuti expo seperti Trade Expo Indonesia 2018, MUSIAD di Turki, sampai Business Matching di China. Serta tengah melakukan testing produk untuk diekspor ke Washington DC, Amerika Serikat. Hingga akhirnya, Koffiku menghasilkan produk-produk berkualitas seperti Kopi Instan, Roasted Robusta, Green Bean Coffee, Kopi Roasted Mangkuraja Speciality Arabika, Coconut Sugar Organik dengan mempekerjakan 5 orang karyawan tempatan.


Produk yang Punya Segudang Khasiat

Bagi penderita diabetes, minuman kopi instan masih menjadi momok menakutkan. Hal ini karena dalam per saji mengandung pemanis buatan, pengawet, pewarna, hingga minim kadar gizi. Namun hal ini tidak akan didapatkan dalam secangkir Koffiku. Alasannya karena minuman serbuk instan ini dibuat dari bahan alami tanpa tambahan gula.

Secara tidak langsung, dia juga mengkampanyekan pada semua orang sebaiknya mengkonsumsi kopi itu harus tanpa gula. Alasannya karena segudang manfaat yang akan didapatkan oleh tubuh seperti mendapatkan antioksidan, melindungi tubuh dari diabetes tipe 2, peningkat energi alami, meningkatkan mood dan lainnya. Baik itu Kopi Hitam Instan, Spray Dried Instant Coffee, Agglomerated Instant Coffee dan Kopi Instan Sachet produksi Koffiku tetap aman dikonsumsi bagi penderita diabetes. Untuk urusan rasa juga tak perlu khawatir, karena Koffiku tetap enak sama seperti yang ada di kedai-kedai kopi.

Baca Juga: Tips Memulai Bisnis Kedai Kopi


Merintis Seorang Diri hingga Bisa Rekrut Karyawan

Mengelola bisnis rintisan ditambah tak memiliki pengalaman tentu tak mudah. Dibutuhkan kesabaran dan ketekunan ekstra dalam menjalankannya. Lidia mengaku, di awal usahanya (2017) tak banyak yang bisa diharapkan jika berbicara dari sisi laba. Seminggu sekali ada yang order saja sudah membuatnya 'sujud sukur'. Alasan manajemen Koffiku seperti itu karena pengelolaanya dilakukan usai dirinya menyelesaikan rutinitas kantoran dan mengurus rumah tangga, sehingga tidak maksimal dan tak dikenal orang. Koffiku di awal-awal hanya dipasarkan melalui media digital seperti marketplace.

Belum lagi untuk urusan pengemasan bubuk-bubuk kopi juga dilakukan Lidia seorang diri. Wanita ini yakin, jika bisa lebih fokus dalam mengelola bisnis seperti misalnya memiliki karyawan, melakukan penawaran langsung, membuat iklan cetak, membuat umpan balik ke pelanggan, dan sarana promosi lainnya, tentu tak membutuhkan waktu lama agar orang-orang mengenal produknya.

Memasuki tahun 2020, Koffiku pelan-pelan mulai dikenal yang membuatnya kewalahan untuk mengurus jalannya usaha. Dia pun merekrut orang-orang di lingkungan sekitar. Kemudian mereka pelan-pelan diajarkan untuk memiliki integritas. Dia percaya, karyawan yang seperti ini kedepan akan bekerja secara transparan, dan bertanggungjawab.

Saat ini walaupun belum memiliki cabang, Koffiku dianggapnya telah berkembang pesat. Dari yang awal belum memiliki apa-apa, sekarang sudah memiliki aneka macam legalitas usaha. Impiannya ke depan ingin menyasar pasar offline terutama untuk kawasan retail modern yang ada di Surabaya. Serta, memperkenalkan Koffiku ke mancanegara melalui pasar ekspor.

Baca Juga: Potensi Ekspor Produk Kopi

Tak sampai disitu, sebagian dari keuntungan usaha juga dibagikan kepada orang-orang yang membutuhkan. Biasanya, 10 persen dari laba bersih akan diberikannya kepada yayasan pendidikan bagi orang terpinggirkan. Yayasan tersebut juga dikelola oleh teman-temannya, sehingga dia mendapatkan jaminan jika uang yang disumbangkan akan tepat sasaran. "Saya memberikan sumbangan ke mereka. Berapa pun keuntungan yang kami dapatkan, tak selayaknya saya ambil semua," sebut Lidia.


Terpikat Promo dan Ditipu Rekan Bisnis

Bagi kalangan pengusaha, pernah mengalami perlakuan yang tak menyenangkan merupakan bumbu tersendiri dalam menjalankan bisnis. Tak terkecuali bagi Lidia. Pengalaman tak enak yang pernah dia rasakan adalah beberapa kali pernah ditipu oleh oknum yang mengaku sebagai rekan bisnis. Pertama, ketika dia ditipu oleh mitra kerja sampai menderita kerugian hingga Rp2 juta.

Ceritanya ketika Lidia masih menjual produk kayu manis di awal-awal merintis usaha."Mitra saya ini pintar promo-promo yang membuat saya terlalu percaya. Saya memberikan DP dan ternyata barang pesanan (kayu manis) gak ada sampai sekarang," ujar Lidia. Pengalaman kedua, ketika dia ditipu konsumennya sendiri dengan iming-imingi produknya akan 'mejeng' di salah satu bazar di Jakarta.

Baca Juga: Aroma Segar Bisnis Kopi Indonesia Dari Hulu ke Hilir

"Saya diajak pameran lalu dia meminta mengirim produk ke dia. Saya percaya lalu memberikan barang-barang itu (senilai Rp1 juta). saya kasi ke dia tanpa ada rasa curiga. Setelah itu ternyata tidak ada pertanggungjawaban," ujar Lidia. Baginya dua pengalaman tersebut dapat dijadikan sebagai pelajaran berharga. Segala sesuatunya harus jelas dan transparan hitam diatas putih. Meskipun seperti itu dia sudah ikhlas dan percaya, jika Tuhan akan menggantinya dengan yang lebih baik.


Berbagi Saran Memulai Bisnis

Lidia berbagai tips bagaimana cara memulai bisnis, berkaca dari apa yang dia lakukan dengan Koffiku.

1. Berbisnis Sesuai Minat

Langkah awal, lakukan apa yang menjadi kesukaan, minat maupun bakat kita. Alasannya karena berdagang sesuai minat dan bakat mampu menumbuhkan kepuasan lebih. Bahkan ketika sampai pada puncaknya karena dapat melahirkan kepuasan yang tak dapat dinilai dengan uang. Apa lagi saat kita bekerja ekstra (lembur) selama berhari-hari. Semua pekerjaan menjadi lebih ringan untuk diselesaikan.

2. Baca Peluang Bisnis Lainnya

Jika tidak memiliki modal, bisnis masih tetap berjalan dengan menjadi dropshipper. Artinya, tugas kita hanya membuka toko online sambil mempromosikan produk tersebut. Untuk proses produksi, pengemasan, sampai pengiriman tak perlu dipikirkan karena akan ditangani oleh produsen.

Baca Juga: Di Mana Cari Inspirasi Logo, Kemasan, dan Jargon?

Hal seperti ini pernah dia lakukan sebelum terjun ke pasar kopi. Tapi sayang, tidak bertahan lama karena minim pengetahuan. "Kita mulai saja dulu. Seperti teman akrab saya yang kerja di pabrik. Aku ambil barangnya dan dijual. Kalau gak punya modal, kita jadi dropship aja dengan cara menjual produk orang lain," sebut Lidia.

3. Melatih Keberanian

Menurutnya, poin penting disini adalah melatih keberanian kita agar mau mencoba. Setelah berjalan, dia memastikan ke depan langkah kita akan terbuka lebar. Seperti misalnya, kita jadi mengetahui nilai jual produk kita atau unique selling points atau keunggulan produk (kita) yang tidak dimiliki kompetitor. Seperti Lidia yang memulai usaha ketika dia sudah menyelesaikan semua pekerjaan rumah plus kerjaan di kantor. Capek? Memang seperti itu yang dia rasakan karena memilih menjadi pengusaha ditengah rutinitasnya sehari-hari. Tak kalah penting, kita harus disiplin, dan mau terus belajar.

4. Carilah Mentor Bisnis

Seperti ketika di awal merintis usaha. Kala itu, dia mengaku tidak mengetahui bagaimana caranya mengemas produk agar tidak mudah rusak (bubuk kopi menggumpal). Dia mau belajar banyak dengan cara menerima masukan seperti menggunakan alat bantu hingga mengganti kemasan yang lebih baik.

Ketika bisnis telah berjalan, dia menyarankan untuk mencari mentor dalam rangka pengembangan bisnis. Menggunakan jasa mentor disarankannya agar kita mendapatkan pembelajaran sesungguhnya dari suatu bisnis. Dengan memiliki mentor kita akan mendapatkan pengetahuan, pengalaman, sampai kesalahan hingga saran untuk membangun bisnis agar menjadi lebih kokoh lagi.

Baca Juga: Tips Menentukan Lokasi Usaha Untuk UMKM

Memiliki mentor sama saja dengan mempercepat kesuksesan bisnis kita. Alasannya karena kita mendapatkan tenaga ekstra yang berasal dari arahan dari semua sisi. Tak sampai disitu, memiliki mentor juga dapat memperluas jaringan hingga membantu kita untuk bertahan.

Lidia sendiri mengaku mendapatkan mentoring dari salah satu pebisnis yang membawanya ke arah ekspor. Saat itu, mentor Lidia menyarankan jika berbisnis seperti yang dia lakukan saat ini harus memiliki nama sendiri. Maka Lidia memutuskan untuk membuat brand yang ia beri nama Koffiku.

Harapan kami, cerita inspirasi dari Koffiku ini dapat memberikan informasi tambahan untuk Sahabat Wirausaha.

Jika merasa artikel ini bermanfaat, yuk bantu sebarkan ke teman-teman Anda. Jangan lupa untuk like, share, dan berikan komentar pada artikel ini.

Sumber:

Hasil wawancara pemilik Koffiku, Lidia Silvi Listio