Bingung bagaimana mengangkat nilai keunggulan produk dalam mengembangkan pasar?

Sahabat UKM, kali ini kita akan mencoba belajar dari pengalaman salah satu member ukmindonesia.id yang sudah cukup berhasil dalam meningkatkan akses pasar dengan keunikan dan keunggulan produknya. Pelaku UKM tersebut adalah Cokelat nDalem yang memiliki usaha di Yogyakarta (Jogja). Di artikel ini, Cokelat nDalem akan sharing pengalaman apa saja yang sudah dilalui, khususnya dalam pengembangan bisnisnya. Yuk kita belajar dari mereka.

Baca Juga : Mengenalkan Kuliner Nusantara Ala Winny Soendaroe


Perjalanan Awal Menilik Pasar Cokelat

Awal mula cerita tentang Cokelat nDalem sebenarnya biasa saja, yaitu berawal dari pasangan muda yang baru saja menikah dan ingin mempunyai usaha. Cokelat nDalem dibangun oleh pasangan Meika Hazim dan Wednes Aria Yuda pada tahun 2013. Istilahnya yang cukup umum dipakai dewasa ini adalah couplepreneur.

Sebelum membangun Cokelat nDalem, hal pertama yang mereka berdua lakukan adalah meneliti pasar yang ada. Di Indonesia, Jogja adalah Kota Budaya dan Kota Pariwisata kedua paling terkenal setelah Bali. Hal ini bisa dilihat dengan besarnya angka pengunjung Jogja yang berwisata. Setiap daerah wisata tentu mempunyai oleh-oleh atau buah tangan yang bisa dibawa pulang. Dari sini lah riset tentang Cokelat nDalem berasal.

Baca Juga : Keberhasilan Ekspor Rorokenes Menggunakan Prinsip Sustainability

Dengan melihat pola di sosial media, Meika dan Yuda menemukan bahwa cokelat adalah kata kunci yang sering muncul di kalangan netizen yang berkunjung ke Jogja. Dan pasar cokelat sepertinya masih bisa dimasuki oleh bisnis yang ingin mereka bangun. Berbekal ilmu dari kampus dimana Yuda merupakan lulusan Teknologi Pangan Universitas Gadjah Mada dan Meika merupakan lulusan dari Magister Manajemen Universitas Gadjah Mada, maka kemudian mereka berdua mulai membangun dan mengembangkan konsep cokelat yang ingin mereka tawarkan.


Menonjolkan Keunggulan Varian Rasa

Beruntungnya, pasangan ini sama-sama berasal dari keluarga yang cukup lekat budaya Jawa. Sehingga ini menginspirasi keduanya untuk kemudian membangun cokelat dengan citra brand yang erat dengan budaya Jawa. Mereka ingin menggabungkan cokelat dengan cita rasa Jawa dan cerita tentang budaya Jawa. Maka lahirlah 9 rasa pertama Cokelat nDalem yaitu Linirasa Klasik: Extra Dark, Dark dan Less Sugar Dark yang diilustrasikan dengan batik pernikahan ala Jawa, lalu ada varian Linirasa Pedas yang dihiasi oleh ilustrasi wayang dengan sentuhan komik, serta varian Linirasa Rempahnesia yang dihiasi oleh ilustrasi prajurit Kraton. Mengambil filosofi bahwa setiap packaging tak hanya sekedar pembungkus cokelat, namun juga akan dapat bercerita tentang rupa budaya yang ada di Jogja Cokelat nDalem mengambil positioning yang jelas, yaitu cokelat yang bercerita, dan cokelat yang bisa memancing orang-orang untuk bercengkerama.

Baca Juga : Ademuy Gelato: Sukses Memasarkan Produk Susu Lokal

Saat ini brand Cokelat nDalem sudah memiliki varian rasa sebanyak 25 varian. Ada tambahan Linirasa Kopinesia yaitu cokelat dengan infuse biji kopi dari 6 daerah penghasil kopi Indonesia, Cokelat Linirasa Wedangan yakni cokelat dengan rasa wedang bajigur, wedang ronde dan wedang uwuh, lalu ada green tea, dan kreasi terakhir brand Cokelat nDalem adalah Cokelat Linirasa buah dengan ilustrasi dolanan bocah Indonesia.


Motivasi Mempromosikan Cokelat Asli Indonesia

Waktu berjalan dan pasar menyambut Cokelat nDalem sebagai salah satu pemain chocolate bar di Jogja bersama beberapa brand lain. Namun konsep Cokelat nDalem yang unik menjadikannya banyak mendapat perhatian beberapa pihak. Dan salah satunya adalah Dinas Pertanian dan Kehutanan DIY. Cokelat nDalem sering mendapatkan undangan untuk bincang bisnis maupun berbagi cerita tentang Cokelat nDalem ke banyak pihak.

Baca Juga : Tang Kitchen: Usaha Kuliner yang Dirintis di Usia Muda

Hingga suatu hari, Cokelat nDalem diminta untuk bercerita tentang cokelat di hadapan para petani kakao yang ada di DIY. Dan di forum inilah muncul sebuah pertanyaan yang menggelitik dari seorang petani dari Gunung Kidul. Pertanyaan itu adalah : “Kenapa tidak membuat cokelat langsung dari biji petani sehingga dapat membeli langsung dari petani”. Saat itu tidak banyak yang bisa diceritakan oleh Yuda yang bertindak sebagai Kepala Riset dan Pengembangan Produk (Research and Development atau R&D) di Cokelat nDalem karena memang lebih sulit untuk melakukan pengolahan cokelat langsung dari biji kakao petani. Di dunia cokelat saat itu memang lebih banyak UKM yang membuat cokelat dari bahan baku setengah jadi dari pabrikan. Ini karena proses untuk mengolah cokelat dari biji kakao langsung memerlukan investasi mesin yang besar dan biayanya mahal.

Butuh waktu satu tahun untuk Yuda belajar tentang pengolahan cokelat langsung dari biji yang bisa dilakukan dalam skala kecil. Yuda dibantu support dari seorang ahli cokelat dari Belanda bernama Piet Brinkman. Pak Piet datang ke Jogja dengan support dari PUM Netherland, sebuah organisasi nirlaba yang memberikan kesempatan para ekspert di Belanda untuk bisa membantu UKM di Negara berkembang. Dibantu oleh Pak Piet, Cokelat nDalem akhirnya memiliki brand kedua yang disebut dengan Boenbens., yang artinya biji kakao dari kebon. Dengan brand ini, Coklat nDalem menunjukkan nilai keunggulan dalam hal coklat yang diambil langsung dari petani Indonesia. Jadi ini dibangun sebagai bentuk kesadaran untuk bisa mengolah cokelat lebih berdampak kepada masyarakat khususnya petani kakao.

Baca Juga : Men’s Republic : Berani Melangkah dengan Brand Sepatu Lokal

Perjalanan Boenbeans menjadi brand kedua sekaligus membawa Cokelat nDalem ke dalam ranah yang lebih dalam lagi karena ternyata ada banyak sekali hal yang harus diperhatikan untuk bisa membuat cokelat yang baik. Dan ini sangat berkaitan dengan kualitas biji kakao yang baik dari sisi petani. Ini membuat Yuda harus belajar banyak tentang pasca panen kakao. Dan ternyata tantangannya tidak hanya dari sisi proses, tapi juga sampai di sisi sosial masyarakat di petani. Karena ternyata problematika yang dialami petani untuk dapat menghasilkan biji kakao yang baik juga cukup banyak. Dan tidak semua kendala tersebut hanya berkaitan dengan urusan teknis.


Memberdayakan Petani Cokelat

Fakta di lapangan menunjukkan bahwa hampir semua biji kakao yang ada di pasaran Indonesia tidak mendapatkan pasca panen yang baik. Sehingga mengakibatkan kualitas cokelat yang nantinya dihasilkan juga tidak cukup baik. Hal ini terjadi karena di pasaran, harga biji kakao masih simpang siur secara standar. Akibatnya, biji kakao yang baik pasca panennya, dengan yang tidak mengalami pasca panen hampir tidak ada bedanya. Ini mengakibatkan petani menjadi enggan untuk melakukan pasca panen pada biji kakaonya dan langsung menjual tanpa melakukan pasca panen.

Baca Juga : Semut Nusantara: Membuka Peluang Naik Kelas Untuk Petani dan Komunitas Lokal

Untuk dapat melakukan pendekatan kepada petani agar memperoleh biji kakao yang mendapat perlakukan pasca panen ternyata tidak mudah juga. Karena tidak semua petani berkenan melakukan pasca panen sekalipun harga pembelian yang ditawarkan cukup tinggi. Terkadang ada beberapa kelompok tani memilih untuk menjual tanpa pasca panen karena prosesnya lebih cepat dan tidak ribet. Toh di pasaran, masih tetap ada pembeli yang ingin membelinya. Biasanya, biji kakao kering tanpa pasca panen ini dibeli oleh tengkulak untuk kemudian dijual ke Bandar yang akan mengekspor biji kakao mentah ini ke pasaran. Di pasaran, biji kakao yang tidak mengalami pasca panen ini akan diambil lemak kakaonya atau dikenal sebagai cocoa butter. Dan padatan yang tersisa akan dipakai sebagai bulking agent untuk industri bubuk kakao.

Karenanya, akhirnya Cokelat nDalem saat ini baru bisa bekerjasama dengan satu kelompok tani di Gunung Kidul yang terdiri dari 50 orang petani yang sejak awal memang sudah sepakat untuk melakukan kerja sama saling menguntungkan. Yuda memberikan pendampingan teknis pasca panen, dan kelompok tani ini melakukan SOP pasca panen seperti yang diberikan. Dan sebagai imbal jasanya, Cokelat nDalem membeli dengan harga lebih tinggi dibandingkan harga pasaran.


Terus Belajar Mengembangkan Bisnis

Pada tahun 2016, Meika mendapatkan kesempatan untuk belajar bersama teman-teman pengusaha perempuan Indonesia yang mendapatkan beasiswa dari Australian Award. Meika belajar di Brisbane selama 2 minggu tentang food processing yang benar. Salah satu kegiatannya adalah mengunjungi beberapa pabrik untuk melihat standar produksi makanan, bertemu dengan pihak retail yang ada di Brisbane Australia juga ikut dalam berbagai kelas untuk mempelajari bagaimana meningkatkan value produk melalui packaging dan juga proses promosi.

Baca Juga : Upgrade Bisnis dengan Costumer Service Otomatis

Dan di tahun berikutnya 2017, Yuda mendapatkan kesempatan untuk belajar di Belgia di Gent University karena mendapatkan beasiswa short course untuk belajar tentang kakao dan pengolahan cokelat selama 3 minggu. Di Belgia ini pula, Yuda mendapatkan kesempatan untuk membawa biji kakao hasil petani Gunung Kidul untuk kemudian bertanding dengan biji kakao dari Negara penghasil kakao lainnya yang turut serta dalam short course yang diikuti oleh 15 negara penghasil kakao. Dan ternyata biji kakao Gunung Kidul mendapatkan apresiasi sebagai cokelat yang paling disukai oleh seluruh peserta short course tersebut.

Tahun 2018, Meika dan Yuda mencoba peruntungan untuk mengikuti sebuah ajang kompetisi bernama Food Startup Indonesia yang merupakan sebuah kompetisi bisnis yang dibuat oleh Badan Ekonomi Kreatif Indonesia. Food Startup Indonesia sendiri merupakan ajang kompetisi bisnis dimana para pesertanya merupakan startup makanan dari seluruh Indonesia. Startup yang berhak mengikuti kompetisi ini dikurasi dari seribu lebih startup yang mendaftar. Dari 100 peserta yang terkurasi, semua akan mendapatkan fasilitas berupa pameran Kreatifood selama 3 hari di Surabaya beserta fasilitas menginap di hotel bintang 5.

Peserta yang terkurasi juga akan mendapatkan mentorship dan kelas-kelas bisnis selama 2 hari dimana para peserta akan bertemu mentor dari dunia bisnis makanan, kuliner, akademisi, ekonomi dan financial untuk dapat mempertajam bisnis modelnya. Dan pada finalnya, peserta yang lolos akan mendapatkan kesempatan untuk mempresentasikan pitch deck bisnisnya di hadapan para investor yang sengaja didatangkan oleh Badan Ekonomi Kreatif Indonesia pada final tersebut. Cokelat nDalem beruntung bisa masuk ke dalam 10 besar peserta yang akhirnya bisa memberikan presentasi pitch deck di hadapan para investor.

Baca Juga : Ragam Kriteria dan Standar Kualitas untuk Lulus Kurasi Ekspor

Walaupun tidak menjadi pemenang, tapi pelajaran terbesar ajang FSI sebenarnya adalah periode bertemu dengan mentor dimana ternyata, semua bisnis bisa membesar berawal dari mimpi yang besar pula. Meika dan Yuda jadi merasa bahwa mimpi mereka masih teramat kecil. Sehingga kemudian untuk memperbesar bisnis, perlu diawali dengan memperbesar mimpi.

Seusai Food Startup Indonesia, Meika dan Yuda lalu berupaya untuk memikirkan ulang konsep bisnis dan model bisnis mereka. Dibantu Ultra Indonesia, Meika dan Yuda kemudian melihat lagi ceruk pasar cokelat yang ada sekarang. Dari cokelat sebagai oleh-oleh, Meika dan Yuda ingin menuju pasar yang lebih tinggi yaitu menjadikan cokelat sebagai gaya hidup.

Maka lahirnya brand ketiga yaitu Oui Chocolate (IG: @isayoui.id), cokelat dengan rasa buah dan yoghurt segar yang ditujukan untuk perempuan Indonesia yang suka menikmati cokelat sebagai penghibur hati. Oui sendiri berasal dari bahasa Perancis yang artinya Iya. Brand ini ingin dibangun untuk memberikan semangat kepada semua perempuan Indonesia untuk terus berkarya dan selalu bisa menjawab “Iya” untuk setiap tantangan yang diberikan kepada mereka.

Baca Juga : Cara Menghitung Kebutuhan Modal Untuk Memulai Bisnis


Sampai saat ini, Cokelat nDalem mempunyai tim sebanyak 12 orang. Dengan 3 orang di bidang produksi, 2 orang di bidang keuangan dan akunting, 2 orang di bidang marketing, 2 orang di bidang sales, 1 orang menjadi corporate secretary, 1 orang di admin gudang, 1 orang di bagian customer service.


Pentingnya Pemasaran Konten

Ketika Cokelat nDalem membangun di awalnya sampai sekarang, konten adalah sesuatu yang penting untuk dilekatkan ke dalam sebuah produk. Tidak semata produk sebagai sebuah barang atau komoditas, tapi adanya kelekatan emosi terhadap produk dan adanya relevansi antara produk dengan konsumen perlu menjadi pertimbangan dalam membuat produk.

Karena itulah setiap kemasan di Cokelat nDalem tidak dibuat hanya sebagai sekedar pembungkus produk saja. Tapi juga sebagai sarana bercerita tentang yang berkaitan dengan budaya, ide maupun konten lainnya kepada konsumen. Sebagai contohnya: Cokelat nDalem varian klasik yaitu Dark, Milk dan White chocolate dihiasi oleh batik khas Jawa yang dipakai oleh pengantin atau orang tua pengantin pada saat pernikahan. Falsafah yang ingin Cokelat nDalem angkat adalah, sebagai orang Jawa, selalu ada 3 fase kehidupan yang diwajibkan menggunakan batik, yaitu kelahiran, pernikahan dan kematian. Dan karena cokelat identik dengan rasa cinta kasih, maka dipilihlah batik sebagai ilustrasi untuk packaging varian klasik. Pola yang sama kemudian diulang dalam semua kemasan Cokelat nDalem. Selalu ada benang merah antara rasa cokelat dengan kemasannya.

Baca Juga : 9 Jenis Konten Pemasaran yang Perlu Diketahui


Strategi dan Jalur Distribusi dalam Pemasaran

Saat ini Cokelat nDalem tersebar di beberapa outlet toko oleh-oleh di seputaran Jogja dan beberapa toko retail modern. Sedangkan untuk jalur online, Cokelat nDalem juga bekerjasama dengan marketplace seperti Shopee, Tokopedia, Blibli dan Blanja.com selain website kami sendiri di www.cokelatndalem.com. Cokelat nDalem juga tersedia melalui platform ojek online seperti GoFood dan GrabFood.

Strategi marketing Cokelat nDalem secara digital masih sederhana yaitu mempunyai akun di social media yang sama yaitu @cokelatndalem. Baik di Instagram maupun di Facebook. Dan hampir setiap hari akan selalu ada konten baru yang diupload termasuk repost maupun regram dari para konsumen Cokelat nDalem yang sudah menikmati. Interaksi di social media juga selalu dijaga oleh tim marketing.

Untuk mendapatkan feedback konsumen, Cokelat nDalem mempunyai sistem kuesioner yang diberikan kepada setiap konsumen yang datang ke gerai Cokelat nDalem. Kuesioner ini kemudian selalu dikumpulkan dan dianalisa untuk lebih memahami pasar yang sedang berkembang atau bahkan produk jenis apa yang diharapkan oleh konsumen. Dengan terus berinteraksi dengan konsumen secara langsung, maka inovasi bisa dilakukan agar produk dapat terus relevan dengan konsumen.

Baca Juga : Menggunakan SEO Untuk Mengoptimasi Pemasaran Produk


Terus Berinovasi Menanggapi Pasar

Di awal pandemic Covid-19, Cokelat nDalem mengalami kontraksi pendapatan yang cukup dalam. Ini karena Jogja adalah kota pariwisata dan bisnis model yang dilakukan oleh Cokelat nDalem adalah titip jual ke banyak toko oleh-oleh dan supermarket yang ada di Jogja. Dengan menurunnya jumlah konsumen yang berkunjung atau datang ke pusat-pusat perbelanjaan dan oleh-oleh, maka tentu terjadi penurunan yang cukup signifikan terhadap pendapatan dan omset Cokelat nDalem.

Cokelat nDalem lalu melakukan lagi reka ulang bisnis dan produk mereka. Mereka membuat konsep minuman cokelat siap minum dengan brand Tandahati yang baru saja diluncurkan pada bulan April 2020 lalu. Dan juga sedang mempersiapkan untuk meluncurkan produk baru berupa chocolate spread atau selai cokelat.


Untuk kedepannya, Cokelat nDalem ingin lebih bermanfaat untuk banyak orang. Sehingga untuk beberapa waktu kedepan, Cokelat nDalem ingin dapat membangun fasilitas pasca panen kakao untuk kemudian dapat bekerjasama dengan lebih banyak petani kakao lagi. Di sisi lain, Cokelat nDalem juga berharap dapat membuat produk yang lebih mudah lagi diterima oleh konsumen.

Baca Juga : Membangun Optimisme Tim di Saat Kondisi Bisnis Memburuk

Untuk sahabat UKM, sekilas yang dapat Coklat nDalem bagi untuk terus mengembangkan pasar usaha, bisa dimulai dengan mencari masalah. Dari setiap masalah, seharusnya ada solusi yang bisa kita tawarkan. Dengan menjadi pemberi solusi, minimal kita sudah menemukan calon market. Yang harus dilakukan berikutnya adalah validasi apakah marketnya benar atau tidak, jika sudah benar, maka sebenarnya kita sudah mendapatkan pasar untuk produk atau usaha kita. Jadi untuk membuat produk bukan berdasarkan apa yang ingin kita buat. Tapi harus berdasarkan apa yang pasar butuhkan.

Yang kedua, terus berinovasi. Inovasi ini tidak harus dengan membuat produk baru, tapi kita dapat melakukan inovasi untuk terus memperbaiki produk kita, supaya bisa sesuai dengan kebutuhan pasar yang akan memudahkan usaha kita untuk mengembangkan pasar lebih luas. Jangan lupa Sahabat UKM, dengarkan terus saran dan juga kritik dari pelanggan, karena inovasi juga dapat dikembangkan dari masukan pelanggan. Semangat terus untuk berikan pelayanan terbaik sehingga kita dapat direkomendasikan oleh pelanggan kita sendiri karena pelanggan yang bahagia dan loyal adalah marketing usaha kita juga.

Ketiga, gunakan packaging sebagai media berpromosi yaitu dengan menceritakan kebaikan dari produk di packaging. Karena banyak dari UKM Indonesia masih menggunakan packaging sebatas pembungkus produk saja dan belum menjadikannya sebagai media promosi.

Dan terakhir, pada periode kali ini, jika ada sahabat UKM yang belum menggunakan digital marketing, ada baiknya mulai mempertimbangkan strategi ini, karena pertumbuhan digital saat ini cukup tinggi. Dan kedepannya akan menjadi gaya hidup baru. Gunakan sosial media sebagai cara kita berbagi informasi kepada pelanggan kita. Dan kita dapat bergabung di marketplace yang ada untuk memudahkan konsumen kita mengakses dan membeli produk kita sehingga produk kita dapat dipasarkan lebih luas lagi ke seluruh Indonesia melalui jaringan online.

Nah Sahabat UKM jika ingin mengenal lebih dalam Cokelat nDalem bisa mampir di kontak berikut:

IG : @cokelatndalem | @boenbeans | @isayoui.id | @tandahati_id

WA : https://wa.me/628112635885

Email : info@cokelatndalem.co.id

Website : www.cokelatndalem.com

Jika merasa artikel ini bermanfaat, yuk bantu sebarkan ke teman-teman Anda. Jangan lupa untuk like, share, dan berikan komentar pada artikel ini ya Sahabat Wirausaha.