Sebagai negara dengan jumlah penduduk muslim terbanyak, Indonesia seringkali dipandang sebagai kiblat fashion muslim dunia. Kreativitas anak bangsa yang tanpa henti menawarkan fashion hijab terbaru menjadi salah satu alasannya. Pangsa pasar di kategori hijab dan pakaian muslim wanita pun mengalami kenaikan pesat selama sepuluh tahun terakhir.

Besarnya peluang pasar di kategori ini menjadi salah satu alasan Eras Praghita dan Rizky Prihani Azhar, pemilik brand Gamaleea, untuk masuk ke dunia bisnis pakaian muslim wanita. Sejak mulai beroperasi di tahun 2017, Gamaleea terus berkembang hingga menjadi salah satu brand fashion muslim paling dicari di Indonesia. Jangkauan pasar mereka pun berhasil menembus negara-negara tetangga dan benua Eropa hanya dalam waktu lima tahun. Simak kisah inspiratif mereka dalam artikel ini.

Baca Juga: Tips Memulai Usaha Dagang atau Toko Online


Menyasar Peluang Pasar di Kategori Fashion Wanita Muslim

Eras Praghita, founder sekaligus owner dari Gamaleea, mengaku mengawali perjalanan bisnisnya dengan alasan iseng ingin mencoba berbisnis. “Awalnya iseng-iseng karena tadinya kita karyawan kantor dan ingin punya penghasilan tambahan,” cerita Eras. Ia pun kemudian memutuskan untuk mendirikan usaha bersama teman satu kantornya, Rizky Prihani Azhar yang akrab dipanggil Kiki, pada tahun 2017 silam.

Sebelum memulai bisnis, mereka melakukan riset pasar dengan mengamati preferensi serta daya beli masyarakat urban. Melalui riset sederhana, keduanya menjadi tertarik dengan peluang bisnis di kategori baju muslim wanita yang masih sangat besar. Eras dan Kiki pun kemudian memilih untuk memproduksi pakaian muslim wanita yang cantik dan berkualitas dengan harga terjangkau.

Awalnya, mereka membeli produk jadi dari pasar tradisional, yaitu Tanah Abang. Mereka memilih baju-baju gamis polos yang nyaman untuk digunakan sehari-hari. “Dari Tanah Abang, terus akhirnya kita foto ulang, branding ulang, dan kita jual,” ujar Eras.

Baca Juga: Kanagoods, Melangkah Dengan Produk Fashion Berkelanjutan

Setelah itu, Eras dan Kiki mulai memasarkan produk mereka lewat media sosial. Pemesanan pun dibuka melalui link WhatsApp Business yang ditautkan di akun Instagram. Tak disangka, ketertarikan masyarakat dalam membeli produk mereka sangat besar, bahkan jumlah chat pesanan yang masuk bisa mencapai ribuan per harinya.

Melihat potensi yang sangat baik dari Gamaleea, Eras dan Kiki semakin nyaman dan percaya diri dalam menjalankan usaha secara mandiri. Tak hanya itu, melalui bisnis sendiri, Eras merasa bahwa ia bisa membantu lebih banyak orang dengan membuka lapangan pekerjaan. Oleh sebab itu, saat jumlah pesanan kemudian semakin tinggi dan banyak, keduanya memutuskan untuk resign dari pekerjaan mereka dan fokus mengembangkan Gamaleea.


Mendesain Produk Sendiri dan Berinovasi

Semakin lama, produk Gamaleea semakin mengalami pergeseran yang signifikan dengan mengikuti kebutuhan konsumen. Awalnya, Eras dan Kiki hanya fokus pada desain pakaian muslim sederhana bercorak polos. Namun, setelah itu mereka menyasar kategori konsumen yang lebih spesifik, yaitu kategori ibu-ibu rumah tangga muslim, dengan rentang usia 24 – 40 tahun.

Baca Juga: Iqleem : Gerakan Sustainable Fashion Untuk Para Wanita Muslim

“Kita bergeser dari baju polosan ke baju dress Muslim, yang didesain lebih friendly untuk ibu menyusui dan bisa dipakai untuk pesta. Sebenernya sih nggak bergeser jauh, cuma dari desain kita banyak main di bahan yg lebih variatif untuk saat ini,” tutur Eras.

Semakin lama, Eras dan Kiki juga mulai merasa bahwa mengambil produk dari pasar tradisional tak lagi sesuai dengan kebutuhan stok mereka. Ada beberapa keterbatasan yang mereka alami saat mengambil produk dari toko orang lain. “Misalnya, warna yang tren warna cokelat sedangkan di traditional market itu pas kita mau ambil ke supplier, warna cokelatnya udah nggak ada. Oleh karena itu, kita jadi lost potential sales kan,papar Eras.

Setahun setelah beroperasi, mereka memutuskan untuk mulai memproduksi barang sendiri dan tidak lagi bergantung pada pasokan dari pasar tradisional. Eras dan Kiki menggunakan jasa 3 konveksi jenis CMT (Cut, Make, and Trim) yang hanya khusus menerima desain dari Gamaleea dan tidak bekerja untuk brand pakaian lain. Untuk pasokan bahan, mereka langsung membeli sendiri ke pemasok bahan lokal secara masif.

Baca Juga: Tips Membuat Foto Konten yang Menarik untuk Produk Fashion

Lewat cara ini, mereka bisa lebih leluasa dalam membeli dan menentukan warna apa saja yang akan digunakan atau yang mau ditambahkan. “Terus kalo untuk warna kita memang liat warna yang lagi tren saat itu, misalnya waktu itu yang lagi tren earth tone karena warna pastel udah lewat maka kita pilih warna itu,” ujar Eras.

Saat ini, produk Gamaleea sudah mampu memenuhi kebutuhan pelanggan dengan menyediakan ukuran-ukuran tertentu dan tak lagi mengandalkan produk buatan pabrik lain yang hanya menyediakan ukuran all-size. Melalui sistem produksi yang mandiri, Eras dan Kiki juga lebih bebas dalam mengeksplorasi desain produk. Hal ini mereka lakukan dengan tetap berpegang pada riset pasar dan mengamati data preferensi konsumen. Cara ini berperan penting bagi Gamaleea dalam membentuk DNA dan ciri khas produk mereka yang berpegang pada slogan “Cantik Elegan”.

Tak ketinggalan, mereka juga rajin mengamati produk yang dikeluarkan kompetitor dan menggunakan metode design thinking dalam berinovasi. Sebagai gambaran, Gamaleea memiliki 3 kompetitor besar yang rutin mengeluarkan produk baru maka akan mereka amati inovasinya.

Baca Juga: 8 Jenis Promosi Paling Mantap Bagi Bisnis Fashion

Nantinya, dari hasil pengamatan, Eras dan Kiki akan membuat desain yang merupakan gabungan dari produk ketiga kompetitor tadi. “Sebagai contoh, bagian tangannya kayak Kompetitor A, bagian bawahnya kayak kompetitor B, bagian kerahnya dari kompetitor C,” jelas Eras. Meski begitu, mereka tetap memastikan bahwa desain produk yang dihasilkan tidak keluar dari DNA produk Gamaleea sendiri sehingga hasilnya produk yang dikeluarkan tetap punya ciri khas brand sendiri.


Membesarkan Gamaleea Lewat Transformasi Digital

Saat awal beroperasi, Eras dan Kiki mengandalkan WhatsApp Business untuk menerima pesanan pelanggan. Namun, jumlah pesanan dan chat yang masuk semakin lama semakin besar hingga membuat mereka kewalahan. Sistem ini juga memperlambat proses rekapitulasi penjualan dan memperbesar risiko hit and run dari pelanggan sehingga potential loss yang dialami juga cukup besar.

Untuk mengatasinya, Gamaleea pun menggeser sistem penjualan ke situs website pribadi dengan mengandalkan layanan TokoTalk. Lewat sistem baru ini, kegiatan jual-beli Gamaleea menjadi lebih efisien dan serba otomatis. “Kalau ada pesanan, sebelumnya kita harus masukin ke Excel terus kita print, kalo sekarang udah langsung auto-generated dan bisa langsung kita print. Terus kalau mau narik data penjualan, udah tinggal adjust saja, produk yang mana, waktunya kapan, dan jadi lebih mudah kalau kita mau lihat insight dan tren penjualan juga,” tutur Eras.

Baca Juga: Peluang Pasar: Produk Fashion Muslim

Mereka juga memilih kanal digital TokoTalk sebagai jalur utama penjualan demi memudahkan pelanggan dalam memesan produk. Untuk membeli produk di website TokoTalk, pelanggan tidak harus memasukkan data yang rumit, seperti alamat e-mail yang belum tentu dimiliki target konsumen Gamaleea. Mereka cukup mengisi data nomor ponsel dan password yang mudah diingat.

Data insight yang dihadirkan oleh teknologi website juga berperan penting untuk proses inovasi produk Gamaleea. Mereka bisa melihat produk apa yang penyerapannya baik, produk warna apa yang banyak terjual, dan produk apa performanya tidak bagus. ”Hal itu bisa jadi data kita untuk koleksi yang akan kita keluarkan untuk produksi selanjutnya. Kalau mau restock, kita bakal restock produk di warna-warna yang menurut penjualan tertinggi di open order sebelumnya,” jelas Eras.


Memperkuat Branding Lewat Media Sosial

Keberhasilan Gamaleea membangun bisnis tidak lepas dari strategi branding yang baik. Untuk memasarkan produk, Gamaleea tidak menggunakan reseller ataupun distributor. Mereka lebih fokus menggaungkan secara berulang-ulang DNA brand kepada end-user alias konsumen langsung.

“Kita tuh pengennya orang pake baju [Gamaleea] ini terlihatnya seperti apa, itu poin yang terus kita komunikasikan berulang-ulang ke customer. Kita pengen orang yang pake Gamaleea itu tampil cantik elegan, ini yang kita ulang-ulang terus ke customer,” papar Eras.

Baca Juga: Tips Memilih Atribut Brand

Hal ini banyak dilakukan Gamaleea lewat konten visual seperti foto dan video di media sosial. Menggunakan konsep “Cantik Elegan”, Gamaleea lebih banyak memasang foto produk dengan properti simpel yang warnanya disesuaikan dengan warna produk yang dipromosikan. Mereka juga banyak menggunakan bunga sebagai penghias background untuk menekankan kesan cantik pada produk Gamaleea.

Selain itu, Eras dan Kiki juga menggunakan jasa Key Opinion Leader (KOL), seperti influencer dan endorser untuk menguatkan branding. Strategi ini mereka gunakan bukan dengan tujuan meningkatkan penjualan, melainkan untuk meningkatkan brand awareness produk Gamaleea.

Namun, mereka tidak sembarangan memilih public figure atau influencer untuk mempromosikan produk. “Style-nya juga harus sesuai sama kita. Untuk endorse kita juga cari yang sesuai sama apa yang mau kita sampaikan ke mereka. Nggak mungkin juga kita produknya begini, tapi kasih ke influencer yang secara image berbeda,” ujar Eras.

Baca Juga: 5 Aplikasi Pembuat Konten Yang Perlu UKM Miliki

Selain melihat style, tim Gamaleea juga akan melakukan pengecekan terhadap jumlah followers, traffic konten, dan engagement mereka. Akhir-akhir ini, Gamaleea turut menggunakan micro-influencer, yaitu para influencer dengan jumlah followers kecil, tapi memiliki konten yang bagus dan enak dilihat. Konten serta followers para micro-influencer ini juga terbilang segmented sehingga Gamaleea bisa lebih tepat menyasar target konsumen.


Memperluas Jangkauan Pasar Hingga Mancanegara

Selama lebih dari lima tahun beroperasi, Gamaleea berhasil memiliki segudang pencapaian. Saat ini, penjualan produk mereka sudah berada pada angka 20.000 buah per bulannya. Jumlah ini bisa meningkat dua hingga tiga kali lipat di waktu-waktu menjelang Lebaran.

Mereka juga berhasil menjadi brand terdepan dengan produk andalan party dress untuk muslimah yang dirancang friendly bagi ibu menyusui. Jangkauan pasar pun semakin meluas dengan transformasi digital hingga berhasil mengekspor produk ke negara-negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, Hongkong, Korea Selatan, dan Turki. Hal yang mengagumkan, mereka juga berhasil menembus pasar di beberapa negara Eropa.

Baca Juga: Cara Mengoptimalkan Instagram Untuk Berbisnis, Yuk Simak Tipsnya!

Eras menyarankan pelaku usaha kecil dan menengah di Indonesia untuk tidak takut berinovasi dan terus belajar agar berhasil mengembangkan brand seperti Gamaleea. Kategori bisnis dan pasar di Indonesia saat ini memiliki perkembangan yang dinamis. Jika tidak mengeluarkan produk baru, tentunya bisnis Anda bisa semakin tertinggal dari kompetitor dan tenggelam di pasaran.

Menurutnya, pelaku UKM juga harus selalu berpegang pada data yang ada dan DNA produk yang sedang dikembangkan dalam berinovasi. “Itu yang kadang-kadang nggak kepikiran tuh sama orang-orang, sibuk perhatiin kompetitor. Kita harus menentukan brand kita soul-nya seperti apa. Seharusnya nggak sama dengan kompetitor yang selama ini selalu kita ikuti,” papar Eras.

Ada sejumlah poin penting yang bisa Sahabat Wirausaha ambil dari perjalanan Eras dan Rizky dalam mengembangkan Gamaleea. Kuncinya berada pada tiga hal, yaitu: kenali tren dan peluang pasar, lakukan inovasi terus menerus, dan lakukan transformasi digital untuk mengembangkan bisnis. Jadi, yuk jangan takut untuk mulai bertransformasi dari sekarang. Sebab, saatnya UKM Naik Kelas!

Jika merasa artikel ini bermanfaat, yuk bantu sebarkan ke teman-teman Anda. Jangan lupa untuk like, share, dan berikan komentar pada artikel ini ya Sahabat Wirausaha.

Referensi :

Wawancara langsung dengan Eras Praghita, Co-Founder dan Co-Owner Gamaleea, di bulan Maret 2022.