Mengapa tingkat motivasi pengembangan bisnis para pelaku usaha berbeda-beda?

Ketika kita berdiskusi mengenai pengembangan bisnis, topik-topik yang sering muncul di dalam diskusi tersebut adalah topik-topik yang berkaitan dengan kepemilikan modal, pengembangan keterampilan kewirausahaan, atau penyusunan strategi pengembangan bisnis yang efektif. Di dalam artikel ini, saya akan membahas topik pengembangan bisnis yang sedikit berbeda dari umumnya. Topik yang akan saya bahas adalah motivasi pengembangan bisnis para pelaku usaha mikro dan kecil, dan faktor-faktor apa saja yang berperan di dalam motivasi tersebut. Topik ini merupakan topik penelitian yang saya lakukan selama program doktoral saya, sehingga informasi yang saya jabarkan di dalam artikel ini berdasarkan pada hasil penelitian-penelitian yang telah saya lakukan.

Dari penelitian saya, saya menemukan bahwa secara umum perbedaan dalam tingkat motivasi pengembangan bisnis para pengusaha mikro dan kecil dapat dijelaskan oleh orientasi mereka dalam kepemilikan usaha. Berdasarkan literatur-literatur yang tersedia, saya membagi orientasi kepemilikan usaha menjadi dua jenis, yaitu kepemilikan usaha yang berorientasi pada keinginan untuk mengeksplorasi peluang baru (orientasi kesempatan baru) dan kepemilikan usaha yang berorientasi pada keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidup semata (orientasi kebutuhan). Sebagai contoh, pemilik usaha yang berorientasi pada keinginan untuk mencari peluang baru menjalani usaha mereka karena mereka ingin mendapatkan peluang untuk memiliki penghasilan yang lebih besar daripada penghasilan yang didapatkan melalui bekerja di perusahaan, atau karena mereka ingin mengembangkan network sosial yang lebih luas melalui kewirausahaan. Jenis pemilik usaha ini tidak merasa terpaksa untuk terjun ke dalam bidang kewirausahaan. Dengan kata lain, mereka membangun bisnis mereka karena tertarik dengan peluang-peluang yang ditawarkan oleh dunia kewirausahaan. Di lain pihak, pemilik usaha yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan hidup semata menjalani usaha mereka hanya agar mereka dapat memiliki penghasilan hidup sehari-hari. Oleh karena itu, banyak dari mereka yang terjun ke dunia kewirausahaan karena desakan ekonomi. Dengan kata lain, banyak dari mereka yang menjalankan bisnis mereka hanya karena mereka dapat terhindar dari kondisi pengangguran, bukan karena ketertarikan dengan dunia kewirasahaan.

Secara garis besar, hasil penelitian saya menunjukkan bahwa pemilik usaha yang berorientasi pada kesempatan baru akan cenderung memiliki motivasi yang kuat untuk mengembangkan bisnisnya. Bukan hanya dalam hal motivasi, mereka juga akan lebih proaktif dalam usaha pengembangan bisnis mereka, seperti mencari modal pengembangan bisnis, mengikuti pelatihan pengembangan bisnis, hingga memasarkan produk mereka secara lebih luas. Sementara itu, pemilik usaha yang berorientasi pada kebutuhan tidak memiliki tingkat motivasi pengembangan bisnis yang sama. Dari penelitian yang saya lakukan, mereka tidak memiliki niat yang kuat untuk mengembangkan bisnisnya. Bahkan, ada beberapa penelitian saya yang menunjukkan bahwa semakin kuat orientasi kebutuhan yang dimiliki oleh pemilik usaha, semakin lemah niat yang ia miliki untuk mengembangkan bisnisnya. Lalu, mengapa perbedaan ini muncul? Faktor-faktor apakah yang berperan disana?

Peran orientasi masa depan

Orientasi masa depan, yang didefinisikan sebagai kecenderungan seseorang untuk mempertimbangkan dan melihat ke masa depan dalam keputusan-keputusan hidupnya, ternyata menjadi faktor yang cukup penting dalam motivasi pelaku usaha untuk mengembangkan bisnisnya. Orientasi masa depan dapat termanifestasi dalam beberapa perilaku, seperti perencanaan masa depan atau penyusunan strategi bisnis jangka panjang. Hasil penelitian saya menunjukkan bahwa pelaku usaha yang berorientasi pada kesempatan baru akan memiliki tingkat orientasi masa depan yang tinggi, sementara pelaku usaha yang berorientasi pada kebutuhan tidak memiliki tingkat orientasi masa depan yang tinggi. Selanjutnya, tingkat orientasi masa depan yang tinggi akan memprediksi tingkat motivasi pengembangan bisnis yang tinggi pula. Dengan kata lain, pelaku usaha yang berorientasi pada kesempatan baru memiliki niat yang lebih kuat untuk mengembangkan bisnisnya dibandingkan pelaku usaha yang berorientasi pada kebutuhan karena mereka memiliki tingkat orientasi masa depan yang lebih tinggi.

Di dalam penelitian saya, saya mengajukan beberapa argumen yang dapat menjelaskan perbedaan tersebut. Yang pertama, pelaku usaha yang berorientasi pada kesempatan baru terjun ke dalam dunia kewirausahaan karena ketertarikan mereka dengan peluang-peluang yang kewirausahaan tawarkan. Hal ini menandakan bahwa mereka menilai profesi wirausaha sebagai profesi yang menarik dan positif. Bahkan, beberapa studi saya menunjukkan bahwa pelaku usaha yang berorientasi pada kesempatan baru akan cenderung melihat profesi mereka sebagai profesi yang bermakna untuk diri mereka. Hal ini berarti bahwa mereka melihat profesi wirausaha bukan hanya sebagai sumber penghasilan hidup sehari-hari, tetapi juga sebagai identitas diri yang penting dan memberikan makna positif untuk diri mereka. Sebagai contoh, mereka melihat profesi wirausaha sebagai profesi yang memberikan kebanggaan tersendiri untuk diri mereka. Karena profesi ini memberikan makna yang positif untuk diri mereka, mereka akan termotivasi untuk mempertahankan profesi ini dalam jangka panjang. Hal inilah yang memberikan mereka dorongan kuat untuk memiliki perencanaan dan strategi jangka panjang dalam menjalankan bisnis mereka. Yang kedua, pelaku usaha yang berorientasi pada kesempatan baru ingin meraih peluang-peluang baru yang kewirausahaan tawarkan. Kebanyakan dari peluang-peluang ini hanya akan dapat diraih di masa depan. Sebagai contoh, peluang untuk memiliki penghasilan tinggi sebagai pemilik usaha tidak akan dapat terwujud begitu saja. Pelaku usaha harus memiliki perencanaan dan strategi jangka panjang yang matang agar hal tersebut dapat terwujud. Hal inilah yang memberikan mereka motivasi untuk melihat ke depan dan membuat strategi jangka panjang yang matang dalam menjalankan bisnis mereka.

Strategi untuk meningkatkan motivasi pengembangan bisnis

Bila memang tingkat motivasi pengembangan bisnis pelaku usaha berbeda-beda, hal apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan motivasi tersebut? Jawaban dari pertanyaan ini sebenarnya tidak dapat disederhanakan dalam satu tulisan saja. Banyak faktor, baik itu faktor personal, faktor sosial, atau faktor struktural, yang harus dipertimbangkan dalam penyusunan strategi peningkatan motivasi pengembangan bisnis para pelaku usaha. Oleh karena itu, ide-ide yang akan saya ajukan di dalam bagian ini hanyalah sebagian kecil dari ide-ide yang perlu dipertimbangkan dalam penyusunan strategi untuk meningkatkan motivasi pengembangan bisnis.

Hal pertama yang dapat dipertimbangkan untuk meningkatkan motivasi pengembangan bisnis adalah membiasakan diri untuk beorientasi ke depan dalam menjalankan bisnis. Hal ini dapat dimulai dengan menulis daftar yang berisi hal-hal positif apa saja yang anda ingin wujudkan bila bisnis anda berkembang dalam satu tahun, dua tahun, atau lima tahun ke depan. Pastikan bahwa hal-hal tersebut ditulis secara konkrit dan jelas. Selain itu, dapat pula dibuat strategi-strategi konkrit dan mendetail yang dapat anda lakukan untuk mewujudkan hal-hal positif tersebut. Dengan kita membiasakan diri dalam membuat perencanaan jangka panjang dan visi masa depan, kita akan mampu melihat hal-hal positif dari pengembangan bisnis di masa depan secara lebih konkrit. Hal ini diharapkan dapat memberikan semangat tambahan untuk mengembangkan bisnis yang anda miliki. Hal kedua yang dapat dipertimbangkan adalah memaknai profesi anda sebagai wirausaha secara lebih positif dan dalam. Dengan kata lain, anda bukan hanya melihat profesi anda sebagai sumber penghasilan hidup anda dan keluarga semata, tetapi juga sebagai identitas diri yang penting dan memberikan anda makna hidup. Hal ini dapat dimulai dengan menuliskan manfaat-manfaat yang bisnis anda berikan untuk diri anda, orang-orang terdekat anda, hingga komunitas dimana anda tinggal. Sebagai contoh, anda dapat menuliskan bahwa bisnis anda memberikan makna hidup yang positif untuk diri anda karena bisnis tersebut menjadi sumber mata pencaharian untuk orang lain yang membutuhkan pekerjaan. Sehingga, bisnis tersebut bisa menjadi sumber pahala anda. Selain itu, anda juga dapat menuliskan hal-hal positif lain yang membuat anda bangga terhadap bisnis anda dan profesi anda sebagai pelaku usaha. Dengan demikian, anda akan semakin termotivasi untuk mengembangkan bisnis anda karena bisnis yang berkembang akan semakin kuat dan mampu bertahan dalam jangka waktu yang panjang. Jika bisnis dan profesi anda dapat bertahan dalam jangka waktu yang panjang, maka aspek-aspek positif dari bisnis anda yang memberikan anda makna hidup positif dan rasa bangga juga akan terus ada dalam jangka waktu yang panjang.

Akan tetapi, perlu diingat bahwa konteks sosial dan kebijakan pemerintah juga perlu diperhatikan untuk mendorong para pelaku usaha agar terus termotivasi mengembangkan bisnisnya. Sebagai contoh, para pelaku usaha yang berorientasi pada kebutuhan akan sulit untuk termotivasi dalam mengembangkan bisnis mereka karena kebanyakan dari mereka akan lebih berfokus pada bagaimana caranya agar bisnis mereka dapat menghasilkan pendapatan sehari-hari yang cukup. Hal ini tentu saja merupakan hal yang wajar mengingat bisnis mereka merupakan satu-satunya sumber penghidupan sehari-hari mereka. Oleh karena itu, menurut saya, hal yang dapat dilakukan oleh pemerintah adalah memberikan mereka tunjangan hidup sehari-hari selama mereka berkomitmen untuk mengembangkan bisnis mereka. Penghasilan tunjangan ini bisa diberikan hingga bisnis mereka naik kelas dan dapat dikategorikan sebagai bisnis yang berkembang secara produktif. Tentu saja, pemberian tunjangan tersebut dapat dievaluasi dalam kasus-kasus dimana pelaku usaha tidak menunjukkan komitmen yang kuat untuk mengembangkan usaha mereka. Dengan program tunjangan ini, para pelaku usaha mikro dan kecil yang berorientasi kebutuhan tidak perlu merasa khawatir apakah mereka dapat memiliki penghasilan sehari-hari yang cukup. Dengan menurunnya rasa khawatir tersebut, mereka akan punya energi dan waktu yang lebih banyak untuk berfokus pada aspek-aspek lain, seperti membuat perencanaan masa depan, penyusunan visi misi jangka panjang, hingga berpartisipasi dalam program-program pelatihan. Hal ini diharapkan dapat memberikan mereka kesempatan untuk fokus ke pengembangan bisnis mereka, yang kemungkinan besar dapat meningkatkan motivasi mereka untuk terus mengembangkan bisnis yang mereka miliki.

Sebagai penutup, saya perlu menyampaikan bahwa informasi yang saya berikan di dalam artikel ini merupakan hasil penelitian yang tentu saja tidak sempurna. Oleh karena itu, penelitian-penelitian lanjutan perlu dilakukan. Sebagai contoh, penelitian saya melibatkan pelaku usaha yang bukan hanya berasal dari Indonesia saja. Selain itu, penelitian saya juga tidak berfokus pada evaluasi dari efektifitas strategi untuk meningkatkan motivasi pengembangan bisnis para pelaku usaha mikro dan kecil. Perlu ada penelitian-penelitian lanjutan yang secara ekslusif melibatkan pelaku usaha mikro dan kecil dari berbagai macam daerah di Indonesia. Hasil penelitian tersebut bisa digunakan untuk menyusun strategi peningkatan motivasi pengembangan bisnis pelaku usaha mikro dan kecil yang bercorak khas Indonesia. Pada akhirnya, motivasi pengembangan bisnis merupakan isu yang kompleks dan multidimensional. Oleh karena itu, pendekatan solusi yang bersifat one size fits all bukanlah pendekatan yang tepat.

Bacaan lebih lanjut:

https://iaap-journals.onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1111/apps.12269

https://www.emerald.com/insight/content/doi/10.1108/IJEBR-03-2020-0170/full/html