Cara Memilih Bisnis Franchise, Pertimbangkan 7 Hal ini Agar Tidak Salah Pilih

Cara Memulai Bisnis Franchise - Halo Sahabat Wirausaha! Sejak Mixue merajalela, sekarang semakin banyak pelaku usaha yang tertarik untuk memulai usaha franchise atau waralaba. Bayangkan saja, bisnisnya sudah ada, sistem sudah ada, peralatan dan merek juga tinggal pakai, praktis kan?

Bisnis waralaba memang secara kasat mata terlihat menarik, tetapi tidak semua waralaba itu bagus dan bisa menguntungkan lho! Banyak juga bisnis waralaba yang justru sebenarnya malah merugikan kalau tidak diperhitungkan dengan baik.

Lalu bagaimana cara kita menilai suatu bisnis waralaba itu bagus atau tidak? Yuk kita bahas!


Cara Memulai Bisnis Franchise, Pertimbangkan 7 Hal Berikut Agar Tidak Salah Pilih

Ada 7 hal yang perlu Sahabat Wirausaha pertimbangkan sebelum memilih suatu brand, antara lain:

1. Biaya Waralaba

Ini adalah pertimbangan yang paling pertama harus diperhitungkan. Biaya waralaba biasanya sudah mencakup hak untuk mengoperasikan usaha, hak menggunakan merek, pelatihan, hingga dukungan-dukungan lain untuk memulai bisnis tersebut.

Nah, di sini kamu perlu memastikan dulu apa saja yang sudah dicakup oleh biaya awal waralaba itu, karena bisa saja ternyata pelatihan dan dukungan itu adalah biaya di luar dari biaya awal waralaba.

Kamu juga perlu memperhitungkan proyeksi keuangan waralabamu ke depannya dengan biaya investasi sebesar biaya waralaba itu tadi. Kira-kira kamu butuh waktu berapa lama hingga sampai di titik impas, atau dengan kata lain akumulasi pendapatan bersihmu dari waralaba itu sudah menyamai biaya investasi awalnya.

Lalu kamu bandingkan juga dengan biaya waralaba yang lain di industri yang sama, agar kamu juga punya pembanding dan bisa menilai dengan lebih jelas.

2. Kondisi Pasar

Nah, ini juga penting ya! Sebagus-bagusnya sebuah merek waralaba, kalau pasarnya tidak sesuai, ya percuma saja. Biasanya kamu tidak perlu pusing memikirkan strategi pemasaran karena pemilik merek waralaba sudah punya strategi pemasaran yang spesifik.

Mulai dari iklan-iklannya, jalur pemasaran, hingga siapa target segmen yang dituju. Tapi, kamu perlu teliti lagi target segmen yang dituju dengan lokasi waralabanya. Apakah di lokasi waralaba itu ada banyak target segmen yang dimaksud? Apakah aksesnya memadai?

Kalau kamu sampai salah menentukan lokasi, sudah rugi mengeluarkan biaya waralaba, ditambah lagi penjualan tidak menutup operasional kamu pasti harus menyuntikkan dana pribadi kamu lagi agar waralabamu bisa tetap beroperasi. Jadi, pertimbangkan hal ini ya!

3. Perjanjian Waralaba

Selain biayanya, kamu juga perlu perhatikan dengan seksama perjanjian yang akan ditekankan antara pemilik merek dengan pembeli waralaba. Karena waralaba itu konsepnya bukan beli putus, melainkan kemitraan, kedua belah pihak harus menyetujui sebuah perjanjian kerja sama.

Konsep waralaba adalah kemitraan, pasti ada batas waktunya. Nah kamu perlu perhatikan berapa lama jangka waktu kerjasama kemitraan itu terjalin. Lalu kamu jadikan bahan pertimbangan juga ketika menghitung proyeksi keuangan waralabamu. Dengan jangka waktu perjanjian tersebut, apakah kamu akan mendapatkan keuntungan bersih dari investasi tersebut?

Pemerintah juga sudah menerapkan aturan tentang jangka waktu perjanjian waralaba, dengan waktu minimal lima tahun berdasarkan Pasal 8 Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No.259/MPP/Kep/1997 yang berbunyi “jangka waktu perjanjian waralaba berlaku sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun”.

Artinya kamu dan pemilik merek waralaba bisa juga menetapkan jangka waktu perjanjian lebih dari itu. Nah, yang paling penting lagi, kamu juga harus memperhatikan klausul pembaharuan perjanjian tersebut. Bila tidak ada kesempatan untuk memperpanjang masa perjanjian, ini bisa jadi tanda bahaya untukmu, kenapa begitu?

Yang namanya investasi, pasti selalu ada unsur ketidakpastian. Meskipun kita sudah riset sedemikian rupa dan menyusun proyeksi keuangan yang rapi, akan selalu ada peluang terjadinya hal di luar yang kita rencanakan.

Bisa jadi ternyata penjualan tidak sebaik yang diproyeksikan, atau tiba-tiba terjadi sesuatu sehingga memerlukan pengeluaran yang lumayan besar, yang intinya bisa mengundur waktu tercapainya titik impas dari investasimu.

Nah, kalau titik impas investasimu nyatanya belum tercapai ketika waktu perjanjian berakhir dan pemilik merek tidak memberikan kesempatan untuk memperpanjang kerjasama, rugi dong? Makanya ini juga jadi hal penting untuk kamu pastikan ketika akan menjalin kemitraan waralaba.

4. Biaya Royalti

Biasanya, kamu juga akan diminta untuk membayar biaya royalti sebagai biaya menggunakan sistem dan merek pemilik waralaba tersebut. Berbeda dengan biaya waralaba yang dibayar kontan di awal, biaya royalti ini bersifat rutin, umumnya per bulan.

Nah, kamu perlu telaah lagi nih, berapa sih biaya royalti waralaba itu? Kira-kira dengan proyeksi keuangan yang sudah dibuat tadi, apakah memberatkan keuangan waralabamu? Jangan-jangan justru dengan biaya royalti itu, waktu yang dibutuhkan untuk mencapai titik impas malah semakin jauh.

Kadang ada juga waralaba yang tidak menetapkan biaya royalti tetapi mewajibkan kamu untuk membeli bahan baku atau suplai dari waralaba pusat yang sudah mereka mark up marginnya.

5. Pelatihan dan Dukungan

Hal ini juga tidak kalah penting. Meskipun bisnis waralaba itu sistemnya sudah ada, tetapi tenaga kerja yang akan mengoperasikan usaha itu pasti adalah orang-orang baru. Jadi, kamu perlu pastikan juga apakah pemilik merek waralaba menyediakan pelatihan untuk calon-calon tenaga kerja yang akan mengoperasikan usaha tersebut.

Kamu juga perlu tanyakan apakah pelatihan tersebut sudah termasuk ke dalam paket investasi awal, atau kamu perlu mengeluarkan uang lebih untuk melatihkan calon-calon tenaga kerjamu.

Begitupun dengan dukungan. Kamu perlu mencari tahu dukungan apa saja yang diberikan oleh pemilik merek waralaba untuk bisnismu. Ada waralaba yang memberikan dukungan berupa bahan baku, pemasaran, pelatihan, konsultasi, dan lain-lain.

6. Reputasi

Reputasi adalah hal yang penting juga untuk kamu perhatikan. Waralaba yang dalam waktu singkat bisa memiliki banyak cabang belum tentu memiliki reputasi yang baik. Bisa jadi mereka mampu ekspansi begitu pesat karena ada suntikan dana dari investor besar.

Lalu reputasi seperti apa yang dimaksud? Kamu bisa berkeliling dan memantau beberapa cabang waralaba yang ingin kamu beli. Apakah pelanggannya banyak? Lalu bagaimana dengan pelayanannya?

Kamu bisa cari tahu dengan mencoba menjadi konsumen waralaba tersebut dan mengalami sendiri standar pelayanannya seperti apa. Bahkan lebih jauh lagi, kamu bisa melakukan wawancara ringan juga dengan pelanggan yang ada di sana untuk menanyakan apakah mereka sering datang ke waralaba tersebut, bagaimana pelayanannya menurut mereka, dan apakah harganya sesuai dengan kantong mereka.

Kalau jawaban mereka positif dan konsisten di beberapa cabang waralaba tersebut, berarti waralaba tersebut memiliki reputasi yang baik cocok untuk diajak bekerjasama.

7. Laporan Keuangan

Sebagai calon mitra, kamu berhak untuk mengakses informasi keuangan bisnis waralaba tersebut. Hal ini penting untuk kamu periksa karena seringkali brosur waralaba yang dipasarkan oleh pemilik merek menampilkan angka-angka yang menggiurkan bagi calon investor.

Pada kasus tersebut besar kemungkinan pemilik waralaba hanya memberikan calon investor angka proyeksi apabila skenario yang terjadi di masa depan itu optimis. Padahal untuk mengetahui apakah sebuah peluang investasi itu layak diambil atau tidak kita harus melihat potensi kemungkinan terburuknya.

Oleh karena itu, kamu perlu meminta data keuangan historisnya. Dengan begitu kamu bisa melihat realisasi dari angka brosur tersebut sesungguhnya berapa yang bisa tercapai. Di laporan keuangan ini ada beberapa hal yang perlu kamu perhatikan:

a. Angka Penjualan

Kamu perlu melihat dari angka penjualan yang sesungguhnya, rata-rata terjadi berapa penjualan dalam sebulan atau bahkan per hari. Lalu kamu bandingkan dengan keadaan pasar yang sudah kamu teliti sebelumnya, kira-kira apakah memungkinkan terjadi penjualan dengan jumlah tersebut dalam sehari di lingkungan bisnis yang sudah kamu tentukan?

b. Harga Pokok Produksi (HPP)

HPP adalah angka biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk yang akan dijual. Kamu bisa menilai bagus tidaknya HPP dengan rasio angka HPP dibagi dengan angka penjualan. Semakin kecil persentase yang dihasilkan dari perhitungan tersebut, artinya semakin bagus keuntungan yang kamu cetak dari penjualan.

Sebelum mengambil keputusan akan menjalin kerja sama dengan suatu waralaba, kamu perlu bandingkan juga dengan waralaba alternatif dengan industri yang sama. Mana kira-kira yang angkanya lebih menguntungkan?

c. Rasio Laba Bersih

Kamu perlu lihat juga realisasi laba bersih yang dihasilkan oleh waralaba tersebut. Kira-kira dengan angka rata-rata laba bersih tersebut, berapa lama waktu yang kamu butuhkan untuk mencapai titik impas? Apakah sesuai dengan lamanya jangka waktu kerja sama? Agar lebih objektif dan akurat pengambilan keputusanmu, kamu bisa coba bandingkan juga dengan waralaba lain di industri sejenis apabila memungkinkan.

Itu dia 7 hal yang wajib kamu perhatikan sebelum kamu memutuskan untuk memulai bisnis waralaba. Ingat ya, informasi ini bukan menandakan bahwa bisnis waralaba itu resikonya tinggi atau bukan investasi yang baik.

Artikel ini ditulis agar Sahabat Wirausaha bisa lebih teliti dalam memilih bisnis waralaba dan meminimalisir risiko gagal dan salah pilih. Nyatanya, banyak kok bisnis waralaba yang sukses besar! Yuk jadi lebih teliti dalam berinvestasi dan raih suksesmu!

Jika merasa artikel ini bermanfaat, yuk bantu sebarkan ke teman-teman Sahabat Wirausaha. Jangan lupa untuk like, share, dan berikan komentar pada artikel ini.