Sahabat Wirausaha, apakah sudah tahu istilah Average Propensity to Save (APS)? Terminologi yang berkaitan dengan konsep ekonomi makro ini merupakan proporsi pendapatan penduduk di suatu wilayah yang digunakan untuk menabung. Mari simak penjelasannya dalam artikel berikut ini.

Baca Juga: Pentingnya Pencatatan Keuangan bagi UMKM


Apa Itu Average Propensity to Save (APS) ?

Average propensity to save (APS) adalah proporsi pendapatan penduduk di suatu wilayah yang digunakan untuk menabung. Istilah APS biasanya juga dinyatakan sebagai persentase dari total pendapatan yang bisa ditabung (pendapatan dikurangi pajak). Ketika APS dalam keadaan baik, maka semakin tinggi pula peluang banyak orang untuk berinvestasi atau menabung.

APS jangan diremehkan karena berkaitan dengan perspektif perilaku keuangan banyakan orang. Contoh yang bisa kita ambil ketika orang-orang menyimpan uang atau investasi. Jika hal ini terus-terusan dilakukan, tentu saja kedepan akan berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan mereka. Alasan ini terjadi karena simpanan berkaitan erat dengan kesehatan finansial.

Baca Juga: Mengenal Standar PSAK Untuk Pencatatan dan Pelaporan Keuangan


Menghitung Average Propensity To Save (APS)

Average Propensity To Save (APS) dihitung dengan cara membagi total tabungan dengan tingkat pendapatan (sudah dikurangi pajak). Contohnya, jika pendapatan adalah 100, kemudian total tabungan adalah 20, maka 20/100 = 0,2. Yang menjadi catatan disini adalah, APS tidak akan pernah menjadi 1 atau lebih besar dari 1. APS juga bisa menjadi negatif jika kita tidak memiliki pendapatan dengan tingkat konsumsi yang lebih dari satu. Atau, jika pendapatan sama dengan 0 sedangkan konsumsi adalah 20, artinya APS-nya = -0,2.


Faktor yang Mempengaruhi Average Propensity To Save (APS)

Sampai saat ini ada beberapa faktor yang mempengaruhi APS, yakni:

1. Inflasi

Ketika inflasi terjadi, kebanyakan orang panik kemudian membelanjakan uang-uangnya lebih banyak dari biasanya (panic buying). Hal ini dilakukan untuk mengamankan stok kalau-kalau harga kebutuhan pokok mengalami lonjakan hebat. Jika menunggu terlalu lama, ditakutkan malah harganya sudah naik.

Baca Juga: Pentingnya Pencatatan Keuangan Bagi UMKM

2. Suku Bunga

Faktor selanjutnya yang mempengaruhi APS adalah suku bunga. Saat suku bunga rendah, tentu saja kebanyakan dari kita memilih berbelanja. Hal sebaliknya juga berlaku jika suku bunga tinggi yang membuat banyak orang memilih untuk menyimpan uangnya.

3. Demografi

Tak hanya inflasi dan suku bunga, faktor demografi suatu daerah juga mempengaruhi APS. Kita ambil contoh populasi anak-anak dan remaja. Tipe orang seperti ini cenderung memiliki tingkat konsumsi lebih tinggi karena belum mencapai tingkat produktivitas. Beda hal dengan orang paruh baya yang berada dalam fase akumulasi kekayaan dalam hidup karena harus menyimpan uang untuk masa depan. Sedangkan orang yang lebih tua tentu saja sudah melewati tahun-tahun paling produktif mereka dan kebanyakan menghabiskan semua tabungan yang dikumpulkan saat masih muda.

Baca Juga: Tips Membaca Laporan Laba Rugi Bagi UMKM

Itu tadi sekilas mengenai apa itu Average Propensity To Save (APS). Cara menghitungnya pun cukup mudah. Hanya dengan membagi total tabungan dengan tingkat pendapatan. Semoga dengan artikel ini, Anda bisa terus menambah wawasan melalui ulasan berita terkini yang kami sajikan.

Jika merasa artikel ini bermanfaat, yuk bantu sebarkan ke teman-teman Anda. Jangan lupa untuk like, share, dan berikan komentar pada artikel ini.

Sumber artikel:

https://www.investopedia.com/terms/a/average-prope...