C:\Users\Public\Videos\Downloads\WhatsApp Image 2022-01-02 at 16.23.49.jpeg

Sumber gambar : Hasrul via WhatsApp

Arentim, Sukses Bisnis Gula Aren - Di Indonesia, umumnya Gula Aren dijual dalam bentuk bulat padat yang khas. Penggunaannya pun terbatas pada pembuatan kuliner serta minuman tradisional Nusantara. Namun, beberapa tahun belakangan, muncul satu minuman yang kepopulerannya melesat dengan cepat : Kopi Susu Gula Aren. Di kota-kota besar, menu ini hampir tak pernah absen kehadirannya di berbagai gerai kedai kopi kekinian.

Tak disangka, fenomena ini menjadi keuntungan tersendiri bagi para petani dan bisnis pengolahan gula aren. Salah satunya adalah Arentim, sebuah UKM produsen gula aren asal Kolaka Timur, Sulawesi Utara. Hasrul, pemiliknya, memulai bisnis ini sebagai sebuah misi sosial untuk membantu kesejahteraan petani aren di daerah asalnya. Lewat produk andalannya, Gula Aren Serbuk dan Gula Aren Cair, UKM ini sukses menembus pasar nasional dan mengangkat penghasilan petani lokal hingga dua kali lipat.


Sukses Bisnis Gula Aren, Arentim Punya Misi Mulia Untuk Petani

Memperkenalkan diri sebagai pemuda biasa, Hasrul merupakan putra asli Sulawesi Tenggara. Ia berasal dari Desa Matabondu di Kabupaten Kolaka Timur, sebuah wilayah yang baru saja mekar pada tahun 2013. Daerah tempatnya tinggal memiliki potensi besar sebagai penghasil gula aren lokal. Meski begitu, dari pengamatan Hasrul, pengolahan komoditas tersebut belum cukup mendapat perhatian dari pemerintah setempat.

Baca Juga: 10 Wirausaha Inovatif yang Ramah Lingkungan

“Para petani hanya mengandalkan ilmu turun temurun dan peralatan seadanya dalam memproduksi gula aren. Alhasil, gula aren tidak dapat menjadi sumber penghasilan yang bisa mensejahterakan hidup mereka,” jelas Hasrul panjang lebar.

Kondisi yang seperti jalan di tempat ini berpengaruh besar terhadap cara berkebun mereka. Dampaknya, para pengrajin gula aren terpaksa terus melakukan pembukaan lahan perkebunan baru di daerah pegunungan. “Tak heran kalau pegunungan di sekitar daerah saya kini sudah mulai gundul,” tambah Hasrul.

Suatu hari, Hasrul mendampingi istrinya berbelanja kebutuhan harian di sebuah pasar lokal dekat rumah. Hal yang ia lihat di sana menimbulkan rasa miris di hatinya. Stok gula aren di gerai-gerai penjual pasar itu melimpah ruah, tidak terjual. Sebagian bahkan sudah mulai menjadi lembek, hampir rusak, dan tak mungkin lagi dikonsumsi. “Saat itu, saya ingin sekali rasanya membantu para petani memasarkan produk mereka dengan cara yang lebih baik,” cerita Hasrul.

Baca Juga: Apa itu Sociopreneur?

Meskipun tekadnya sudah bulat, namun Hasrul sadar, bahwa percuma saja jika ia memasarkan gula-gula aren tersebut dengan kualitas yang ada saat itu. Hasrul harus menemukan metode tani dan pengolahan baru yang lebih baik bagi para petani. Maka ia pun memulai riset mandiri lewat informasi yang didapatnya melalui bacaan online dan komunitas pegiat aren di Indonesia.

Proses ini dimulainya pada tahun 2020. Dan setelah hampir satu tahun, Hasrul berhasil menemukan sistem produksi baru yang mampu membuat produk gula aren berkualitas tinggi, tahan lama, serta praktis. Selesai mengurus legalitas yang diperlukan, ia kemudian meluncurkan lini produk Gula Aren Serbuk dan Gula Aren Cair di bawah brand Arentim. Kedua produk ini dikemasnya dalam berbagai ukuran kemasan.

Baca Juga: Ragam Cara Mengembangkan Usaha Dengan Mengoptimalkan Dampak Sosial dan Pemberdayaan Komunitas

Sumber gambar : SultraKini.com


Berjuang Demi Taraf Hidup Petani yang Lebih Baik

Tanpa disangka, varian Gula Aren Serbuk dan Cair mendapatkan sambutan hangat dari masyarakat Sulawesi. Hanya dalam waktu tiga bulan, produk Arentim berhasil terjual sebanyak lebih dari 11 ribu pcs. Setelahnya, jangkauan konsumen mereka terus berlipat ganda dan meluas.

Produk Arentim memang memiliki berbagai keunggulan dibandingkan olahan gula aren produsen lain. Gula Aren Arentim dibuat dari tanaman aren asli Sulawesi yang terkenal dengan rasa khas berasal dari pohon aren pegunungan kaya akan mineral. Tak hanya itu, ia juga menawarkan harga yang 50 persen lebih rendah dibandingkan produk lain. “Ini karena kami menerapkan sistem produksi yang sangat efisien dan melibatkan petani dalam proses produksinya, sehingga tak butuh banyak karyawan,” jelasnya.

Baca Juga: Melirik Peluang Bisnis di Sektor Pertanian Lewat Inovasi

Namun, kesuksesan ini tidak diperoleh Hasrul secara instan. Beberapa bulan sebelum Arentim meluncurkan dua produk andalannya, pria ini mulai membina para petani lokal. Hal ini dilakukannya agar mereka bisa menerapkan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang telah ia tetapkan sesuai dengan Sistem Jaminan Produk Halal. SOP tersebut dibuatnya untuk menjamin konsistensi kualitas rasa yang mereka hasilkan.

Menurut Hasrul, proses pembinaan saja memakan waktu setidaknya enam bulan penuh. “Saya memberi mereka pelatihan dan juga membantu pengadaan alat produksi,” cerita Hasrul.

Beruntung, untuk pengadaan alat dan rumah produksi, ia mendapatkan bantuan dari Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Tenggara. Selain itu, pihak Bank Indonesia juga memberi fasilitas onboarding untuk pengembangan manajemen Arentim. Perjuangan Hasrul tidak berhenti di situ. Berbagai tantangan turut hadir dalam perjalanannya membina petani aren lokal.

Baca Juga: Semut Nusantara, Membuka Peluang Naik Kelas Untuk Petani dan Komunitas Lokal

Ia harus merubah kebiasaan petani yang awalnya hanya mengetahui cara membuat gula aren cetak bulat. Menurutnya, proses pengolahan menjadi gula aren serbuk membutuhkan waktu dan tenaga yang lebih banyak. Terlebih lagi, beberapa petani aren juga terbiasa membuat tuak (minuman keras) dari tanaman aren. Penting bagi Hasrul untuk menghilangkan praktek ini demi memenuhi kriteria halal dari MUI.

Lewat pendekatan personal yang dilakukannya secara konsisten dan memberikan kepastian harga serta pasar, para petani akhirnya bersedia memutar haluan. Namun, masalah baru datang. “Setelah para petani mulai coba membuat gula aren serbuk, ternyata hasil produksinya tidak sesuai ekspektasi,” cerita Hasrul. Efeknya cukup buruk. Hasrul harus kehilangan banyak sekali bahan baku yang tidak terpakai. Modal yang ia punya bahkan tergerus hingga 50 persen lantaran kegagalan tersebut.

Hasrul tetap tak menyerah. Ia dengan gigih melakukan riset lebih dalam terhadap metode pengolahan gula aren bubuk. Proses trial and error dilakukannya selama lebih dari 3 bulan, sebelum akhirnya menemukan pola produksi dan SOP yang tepat. Setelah melewati tahap ini, para petani pun mampu menghasilkan produk yang berkualitas tinggi.

Baca Juga: SOBI, Ketika Alam dan Teknologi Bersatu

Tapi tantangan kembali hadir dalam bentuk penolakan demi penolakan yang dialami Hasrul dalam tahap pengenalan produk kepada pasar. Pasalnya, saat itu produk Gula Aren Bubuk masih termasuk belum dikenal di Sulawesi Tenggara. Hasrul kemudian berhasil mengatasi hal ini dengan menawarkan kemudahan sistem pembayaran dan konsinyasi, serta konsisten memberikan tester pada calon pelanggan. “Alhamdulillah, sekarang sudah dikenal luas dan melayani mayoritas warung kopi, kedai Boba, dan industri kue,” ujarnya penuh syukur.


Memperluas Jangkauan Pasar dan Kapasitas Produksi

Sumber gambar : Hasrul Arentim, via WhatsApp Chat

Semua perjuangan Hasrul memang berbuah manis. Saat ini, produk Gula Aren Bubuk dan Cair dari Arentim sudah masuk ke gerai-gerai retail modern di Sulawesi Tenggara. Mereka juga merambah ke penjualan online, baik di marketplace, media sosial, hingga website Arentim. Berkat hal tersebut, jangkauan pasar mereka pun bertambah luas, hingga ke Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Jawa Timur, Jakarta, hingga Bali.

Baca Juga: Cara Mengoptimalkan Instagram Untuk Berbisnis, Yuk Simak Tipsnya!

Sebagai dampaknya, kesejahteraan petani aren di daerah Hasrul pun turut meningkat. Pendapatan mereka yang semula hanya sekitar 500 ribu rupiah per minggu, saat ini meningkat 2 kali lipat hingga 1,4 juta rupiah per minggunya. Dalam setahun belakangan, Hasrul berhasil menggaet hingga 31 orang petani, meningkat pesat dari jumlah awal yang hanya 2 orang.

Para petani juga sudah mulai kembali menanami kebun mereka dengan pohon-pohon aren dan tidak lagi membuka lahan baru di pegunungan untuk tanaman lain. “Harapannya, 5 tahun ke depan, hutan yang tadinya gundul bisa kembali lestari karena dipenuhi pohon aren yang notabene berfungsi sebagai tanaman konservasi hutan,” papar Hasrul.

Baca Juga: Ragam Bentuk Pelestarian Lingkungan Untuk UMKM

Di tahun depan, ia menargetkan produk Arentim untuk masuk ke dua retail besar Indonesia, yaitu Alfamidi dan Indomaret. Terlebih, Hasrul juga sedang mengembangkan produk-produk baru turunan Aren, seperti minuman isotonik fresh nectar, kecap, serta cuka. “Ke depannya, kami akan bentuk koperasi kalau sudah semakin besar kapasitas produksi kami,” paparnya mantap.

Harapannya tak muluk, ia hanya ingin di tahun 2022, Arentim bisa tetap tumbuh secara positif dan dampaknya pada masyarakat dan lingkungan sekitar semakin besar. Kegigihan Hasrul dalam mendirikan dan mengembangkan Arentim memang patut diacungi jempol. Di masa depan, seiring berkembangnya pasar kopi gula aren dan boba, bukan tidak mungkin Arentim bisa menembus pasar ekspor.

Yuk, Sahabat Wirausaha, kita jadikan Hasrul dan Arentim sebagai inspirasi untuk UKM Naik Kelas!

Baca Juga: Jitu Membidik Peluang Pasar dan Target Negara Ekspor

Referensi :

Wawancara langsung dengan Hasrul, Owner dan Founder UKM Arentim, via WhatsApp Chat sepanjang bulan Desember 2021