Apakah Sahabat Wirausaha memiliki kendaraan, seperti sepeda motor atau mobil? Jika iya, berapa tahun sudah Sahabat Wirausaha menggunakan sepeda motor atau mobil tersebut? mungkin jawabannya akan sangat beragam ya, ada yang menjawab 3 tahun, 5 tahun, bahkan lebih dari 20 tahun lamanya.

Nah pertanyaan selanjutnya yang perlu Sahabat Wirausaha jawab adalah, apakah sepeda motor atau mobil tersebut bisa kita gunakan seumur hidup? Jawabannya tentu tidak, karena sepeda motor ataupun mobil tersebut memiliki masa umur pemakaian bukan? Terlebih mesin di dalam kendaraan tersebut tentu tidak luput dari kerusakan hingga usang.

Masa umur pemakaian atau umur ekonomis biasa kita sebut sebagai penyusutan di dalam bisnis. Setiap aset dalam bisnis yang kita miliki, tentu memiliki nilai penyusutan aset meskipun jangka waktunya berbeda-beda.


Mengenal Apa Itu Nilai Aset

Aset merupakan suatu hal yang memiliki nilai ekonomi (economic value), nilai komersial (commercial value), hingga nilai tukar (exchange value) yang dimiliki, baik oleh individu maupun perusahaan yang diharapkan dapat memberikan manfaat.

Baca Juga: Lima Alasan Kenapa Budaya Inovasi Penting Bagi UMKM

Di dalam bisnis, aset dapat bermanfaat secara langsung maupun tidak langsung, seperti membantu mengurangi pengeluaran kas perusahaan bisnis, menghasilkan kas atau setara dengan kas, hingga penghasil barang atau jasa yang dapat ditukar dengan aset lain untuk melunasi suatu kewajiban atau utang.

Secara umum, aset dibagi ke dalam 3 golongan jenis, yaitu :

1. Aset Lancar (Current Assets)

merupakan aset yang digunakan dan bermanfaat dalam waktu yang singkat, dimana biasanya tidak lebih dari satu tahun buku, seperti uang tunai, investasi jangka pendek (temporary investment), piutang dagang (accounts receivable), wesel tagih (notes receivable), persediaan (inventory), pendapatan yang masih akan diterima (accrued receivable), beban dibayar dimuka (prepaid expense), dan lainnya.

Baca Juga: Memahami Berbagai Jenis Aset Untuk Mulai Menyusun Langkah Diversifikasi Rasio

2. Aset Tetap (Fixed Assets)

merupakan sumber daya yang dimiliki oleh suatu entitas bisnis yang bersifat permanen dan dapat diukur dengan jelas, digunakan dan bermanfaat dalam waktu yang relatif lama, yaitu lebih dari satu tahun buku atau lebih dari 1 tahun. Contoh aset tetap, antara lain bangunan, tanah, peralatan kantor, mesin, kendaraan, investasi jangka panjang, dan lainnya.

3. Aset Tidak Berwujud (Intangible Assets)

merupakan aset yang tidak terlihat, tidak bisa dipegang, tidak bisa disimpan, namun dapat dirasakan manfaatnya, seperti hak paten, hak guna bangunan, hak sewa, hak kontrak, franchise, trademark, goodwill, dan lainnya.

Dari ketiga jenis aset diatas, hanya aset tetap (fixed asset) yang dapat dihitung biaya penyusutannya karena masa pemanfaatan yang lebih dari 1 tahun lamanya.

Baca Juga: Tips Mengelola Stok Barang Untuk Kelancaran Arus Kas


Mengenal Biaya Penyusutan Aset dan Faktor yang Mempengaruhi

Penyusutan dapat diartikan sebagai pengalokasian harga atau biaya suatu aktiva tetap selama masa kegunaannya. Timbulnya biaya penyusutan dalam hal ini diakibatkan oleh berkurangnya manfaat suatu aktiva dari waktu ke waktu. Namun, penyusutan tidak berlaku terhadap aktiva tanah karena harganya yang terus mengalami kenaikan setiap tahunnya.

Dalam penghitungan biaya penyusutan, terdapat 3 faktor yang mempengaruhi, yaitu harga perolehan, umur ekonomis aktiva, dan nilai residu. Dengan mengetahui nilai dari ketiga faktor ini, metode apapun dapat Sahabat Wirausaha gunakan untuk menghitung biaya penyusutan aset.

Terdapat empat metode perhitungan biaya penyusutan aset yang dapat Sahabat UKM ketahui, antara lain :

Metode Garis Lurus (Straight-Line Method)

Metode ini paling sering digunakan dalam akuntansi. Dalam metode ini, terdapat dua rumus yang dapat dipakai, yaitu perhitungan dengan nilai residu dan perhitungan tanpa nilai residu.

1. Perhitungan tanpa nilai residu

Cara perhitungan ini memakai rumus berikut:

Penyusutan = Harga Perolehan : Umur Ekonomis

Sebagai contoh, Bahtera Alif Group membeli mesin produksi senilai Rp 100.000.000, dapat beroperasi selama 5 tahun dan diperkirakan tidak akan mempunyai nilai residu pada masa akhir pemakaian. Maka, masa penyusutan mesin per tahun dapat kita hitung:

Rp 100.000.000 ÷ 5 tahun = Rp 20.000.000 per tahun atau Rp 1.670.000 per bulannya.

2. Perhitungan menggunakan nilai residu

Cara perhitungan ini memakai rumus berikut:

Penyusutan = (Harga Perolehan - Nilai Residu) : Umur Ekonomis

Sebagai contoh, Bahtera Alif Group membeli mobil operasional Seharga Rp 400.000.000 dan diperkirakan memiliki masa pakai selama 5 tahun dengan nilai residu Rp 100.000.000. Maka penyusutan per tahunnya dapat hitung :

(Rp 4000.000.000 ― Rp 100.000.000) ÷ 5 tahun = Rp 60.000.000 per tahun atau Rp 5.000.000 per bulan.

Metode Saldo Menurun Ganda (Double Declining Balance Method)

Selain metode garis lurus, cara menghitung penyusutan aktiva berikutnya adalah metode saldo menurun ganda. Dalam metode saldo menurun ganda, ada anggapan dimana masa awal penggunaan suatu aktiva tetap adalah masa yang paling maksimal. Misal biaya penyusutan pada aktiva mesin produksi.

Baca Juga: Meneropong Masa Depan Rantai Pasok Melalui Pemanfaatan Teknologi

Kinerja optimal atau masa penggunaan yang paling maksimal dari mesin produksi tersebut adalah masa-masa awal. Beberapa tahun selanjutnya, kinerja dan manfaat mesin produksi dirasa akan terus menurun. Karenanya, penyusutannya pun semakin menurun pula. Adapun rumus perhitungan dengan metode saldo menurun ganda sebagai berikut :

Penyusutan = (Persentase umur ekonomis x 2) x Nilai buku

Sebagai contoh, Bahtera Alif Group membeli mesin produksi seharga Rp 200.000.000. Mesin tersebut diperkirakan tidak mempunyai nilai residu pada masa akhir pemakaian dan bisa beroperasi selama 10 tahun. Sebelum menghitung biaya penyusutan, Sahabat Wirausaha dapat menghitung persentase umur ekonomis terlebih dahulu.

Baca Juga: Pentingnya Memiliki Visi Dalam Menentukan Arah Pengembangan Usaha

Karena dapat digunakan 10 tahun maka persentase umur ekonomisnya menjadi 100% : 10 = 10%. Ketika sudah mengetahui persentase umur ekonomis, maka kita bisa langsung menghitung penyusutan di setiap tahunnya, yaitu :

  1. Di tahun pertama : nilai buku didapatkan dari harga perolehan yaitu Rp 200.000.000. Maka, (10% x 2) x 200.000.000 = 40.000.000. Jadi, biaya penyusutan di tahun pertama sebesar Rp 40.000.000.
  2. tahun kedua : nilai buku menurun karena telah dikurangi dengan penyusutan tahun sebelumnya. Jadi, operasi hitungnya adalah (10% x 2) x (200.000.000 – 40.000.000). Hasilnya yaitu 20% x 160.000.000 = 32.000.000. Pada tahun kedua, biaya penyusutannya sebesar Rp 32.000.000.
  3. tahun ketiga : operasi hitungnya adalah (10% x 2) x (200.000.000 – 40.000.000 – 32.000.000). Sehingga, didapatkan biaya penyusutan di tahun ketiga adalah 20% x 128.000.000 = 25.600.000. Begitu seterusnya hingga tahun kesepuluh.
Metode Jumlah Angka Tahun (Sum of Years’ Digits Method)

Metode ini hampir serupa penggunaanya dengan metode saldo menurun ganda, yaitu sama-sama biasa dipakai untuk penyusutan mesin produksi. Namun, rumus yang digunakan sangat berbeda seperti berikut ini:

Penyusutan = (Harga Perolehan - Harga Residu) x [( n / ( n + (n-1) + (n-2) + … )]

Huruf “n” dalam rumus tersebut menggambarkan usia ekonomis dari aktiva. Misalnya, umur ekonomis dari sebuah mesin produksi adalah 4 tahun. Artinya, angka di bawah pecahan mewakili total dari usia ekonomis mesin. Angka penyebut yang dipakai ialah 4 + 3 + 2 + 1 = 10.

Metode Unit Produksi (Units of Production Method)

Metode ini banyak dipakai oleh perusahaan manufaktur untuk menggambarkan sisa usia dari aktiva. Adapun rumusnya sebagai berikut :

Penyusutan = (Harga Perolehan - Harga Residu) x (Pemakaian : Kapasitas Maksimal]

Sebagai contoh, Bahtera Alif Group membeli truk seharga Rp 500.000.000 dan dibayar secara tunai. Lima tahun kemudian, perusahaan bermaksud menjual mobil dengan harga Rp100.000.000. Mobil yang dibeli, sebetulnya dapat menempuh jarak sampai 150.000 km. Namun, mobil itu sekarang baru menempuh jarak 50.000 km selama pemakaian. Biaya penyusutannya menjadi :

(Rp 500.000.000 ― Rp 100.000.000) × (50.000 km ÷ 150.000 km) = Rp 133.333.333

Baca Juga: Pentingnya Kontrak Pengadaan Bahan Baku bagi UMKM

Bagaimana Sahabat Wirausaha, tidak sulit bukan mempelajari dan menghitung umur ekonomis dari aset yang kita miliki? Semoga bermanfaat ya.

Jika merasa artikel ini bermanfaat, yuk bantu sebarkan ke teman-teman Anda. Jangan lupa untuk like, share, dan berikan komentar pada artikel ini ya Sahabat Wirausaha.

Referensi:

investopedia.com. Depreciation Definition.